Sunday, February 25, 2018

CARA MEMAHAMI ARTI TAKWA


Oleh:
Muhammad Plato

Di dalam khutbah-khutbah jumat, para khotib (penceramah), selalu tidak lepas mengajak kita untuk selalu bertakwa atau  meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Bahkan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa ketika berkhutbah, para khotib tidak boleh lupa untuk selalu mengajak meningkatkan ketakwaan.

Mengapa begitu pentingnya bertakwa bagi kita semua? Ada apakah dengan bertakwa. Untuk memahaminya , pertama kita harus paham dfinisi takwa. Jika tidak paham definisi, dijamin kita tidak akan pernah memiliki keyakinan bahwa kita telah bertakwa. Demikian juga jika tidak paham definisi, kita tidak mungkin bisa untuk berusaha menjadi orang-orang bertakwa.

Untuk memahami definisi bertakwa, saya akan coba menguraikan definisi takwa dari sumber Al-Qur’an. Rumus membuat definisi adalah menghubungkan konsep satu dengan konsep lain, kemudian menyusunnya menjadi kalimat terstruktur sesuai dengan aturan penyusunan kalimat. Rumus penusunan kalimat, dalam bahasa Indonesia kita kenal SPOK (subjek, predikat, objek dan keterangan).

Sekarang kita identifikasi kata-kata takwa yang terkandung dalam setiap ayat Al-Qur’an. Lalu kita identifikasi setiap ayat yang konsep takwa, berhubungan dengan konsep predikat apa. Dengan mengetahui konsep-konsep predikat yang berkaitan dengan takwa maka kita bisa memahami apa yang harus dilakukan jika kita menjadi orang bertakwa. Jika kita cek pada Al-Qur’an digital, kata takwa terdapat dalam 208 surat. Surat-surat tersebut saya identifikasi sebagai berikut:

Takwa ------tidak ada keraguan (Al-baqarah:2)
Takwa------sembahlah Tuhan (Al-Baqarah:21)
Takwa------membenarkan (Al-Quran)  (Al-Baqarah:41)
Takwa------pegang teguh-teguh (Al Baqarah:63)
Takwa----mengetahui (albaqarah:103)
Takwa----beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan (Al Baqarah:177)
Takwa----puasa (Al Baqarah:183)
Takwa----kisas (194)
Takwa----haji, umrah, sedekah, berkorban (Al Baqarah:196)
Takwa----pemaaf (Albaqarah:237)
Takwa---Tinggalkan riba (Albaqarah:238)
Takwa---istri-istri yang disucikan (Ali Imran : 15)
Takwa---bersabar (ali imran:200)

Data di atas adalah sebagai dari surat-surat di dalam Al-Qur’an yang memiliki keterkaitan dengan takwa. Silahkan anda bisa membuat definisi tersendiri apakah yang dimaksud dengan takwa.

Kata takwa jika kita buat definisi dari Al-Qur’an maka takwa selalu berkaitan dengan aktivitas positif sesuai dengan perintah Tuhan. Saya setuju dengan para ulama terdahulu bahwa takwa itu adalah melaksanakan segala perintah Tuhan. Lalu apa saja perintah Tuhan bagi orang-orang takwa? Mohon diperhatikan perintah bertakwa yang paling saya anggap penting adalah  mengetahui dan tidak ada keraguan.

Jadi hal paling mendasar yang harus dimiliki oleh orang-orang bertakwa adalah harus banyak mengetahui, sebagaimana perintah pertama adalah membaca. Lalu hal berikutnya yang harus dimiliki orang-orang bertakwa jangan ragu-ragu, segala sesuatu yang perintahkan Tuhan akan berakibat pada kebiakan, kesejahteraan, keunggulan, dan kemenangan manusia melawan hawa nafssunya yang cenderung jahat.

Demikian kawan-kawan saya deskripsikan tentang makna takwa. Dan silahkan kawan-kawan definisikan sesuai kemampuan masing-masing. Kuncinya dalam mendefisikan sesuatu harus bermanfaat bagi banyak orang.
 
(Master Trainer logika_Tuhan)

Thursday, February 8, 2018

KONFLIK ADALAH TAKDIR TUHAN


OLEH
MUHAMMAD PLATO

Masyarakat awam menyimak konflik sebagai hal yang negatif. Dalam pikiran awam, damai adalah kondisi tanpa konflik. Padahal konflik adalah kenyataan yang tak dapat dihindari dan dihilangkan dalam kehidupan. Konflik adalah takdir Tuhan. Kemanapun manusia pergi, konflik akan mengikuti.

Dalam pandangan kaum materialis, konflik adalah naluri manusia. Penyebab konflik adalah berbagai kebutuhan hidup manusia yang bersinggungan dengan kebutuhan manusia lain. Maslow mengkategorikan sedikitnya ada lima kebutuhan manusia yaitu, kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri. Selama manusia hidup, dia akan memenuhi kebutuhan hidupnya dan akan selalu bersinggungan dengan kebutuhan hidup orang lain, maka dari itu konflik akan tetap ada selama manusia hidup.

Maka dalam pandangan kaum empiris, konflik dapat didefinisikan sebagai persaingan antar individu untuk dapat memenuhi kebutuhan material hidupnya. Untuk menghindari konflik terbuka, dibuatlah aturan-aturan melalui permufakatan.

Pada kenyataannya konflik terbuka selalu terjadi antar sesama manusia, sampai saling menumpahkan darah. Peperangan besar dari abad ke abad terus berlangsung dengan mengatasnamakan berbagai macam kepentingan. Perang dunia ke I dan II adalah bukti bahwa konflik manusia dari abad ke abad akan terus berlangsung.

Lalu Tuhan mengutus para Nabi dan Rasul, untuk memberi petunjuk kepada manusia agar hidup lebih cenderung pada damai. Setiap Nabi dan Rasul mengajarkan kepada manusia untuk hidup damai, dengan mengikuti ajaran-ajaran Tuhan yang mereka sampaikan.

Para Nabi dan Rasul mengajarkan bahwa sebab konflik atau damai bukan diciptakan dari luar manusia, melainkan dari dalam diri manusia sendiri. Dari hadis Nabi Muhammad SAW, tersirat bahwa konflik terbesar bukan persaingan terbuka antar manusia, tetapi persaingan antara manusia dengan hawa nafsunya. Maka manusia-manusia terbaik adalah bukan penakluk dalam peperangan masal, tetapi mereka yang bisa menaklukkan hawa nafsunya yang jahat.

“…jihad terbesar itu adalah jihad melawan hawa nafsu” (HR. Muslim).

Selama hayat dikandung badan, hawa nafsu tidak akan pernah lepas dari manusia. Nafsu cenderung kepada keburukan, kecuali yang diberi petunjuk, dan dikendalikan oleh ilmu.

Jika penyebab konflik adalah nafsu untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka para Nabi dan Rasul mengajarkan hukum-hukum abadi dari Tuhan Yang Esa, agar manusia tetap hidup di bumi. Hukum-hukum tersebut diajarkan kepada para Nabi dan dituliskan dalam kitab-kitab suci.

Agar memperoleh kemenangan, keberuntungan besar, kedamaian, dan pahala tanpa batas, kuncinya manusia harus lepas dari cinta kepada kesenangan dunia yang bersifat materi. Untuk itu Tuhan mengajarkan, shalat, sedekah, haji, puasa. Keempat ajaran ini merupakan ajaran Tuhan agar manusia terlepas dari ikatan-ikatan kehidupan material, keterikatan pada material adalah sebab penderitaan dan kebinasaan manusia.

Maka hawa nafsu Kabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. (Al maa’idah, 5:30)

KONFLIK AKAN MELAHIRKAN PEMENANG, YAITU MEREKA YANG PALING SABAR

Kejahatan manusia di mana pun bersumber pada nafsu-nafsu nya yang cenderung jahat. Jika seluruh manusia sebagai individu mampu mengendalikan nafsunya dengan ilmu dan petunjuk Tuhan, maka dunia ada dalam kesejahteraan. Maka tanggung jawab mendamaikan dan mensejahterakan manusia ada pada masing-masing individu bukan di kelompok atau golongan. Kelak pertangungjawaban di hadapan Tuhan, berada di pundak individu-individu.

Maka dari itu setiap manusia pasti berkonflik dengan hawa nafsunya. Setiap manusia harus berjihad sepanjang hayat melawan hawa nafsunya. Para pememang adalah mereka yang paling sabar taat di jalan Tuhan sampai datang pengadilan Tuhan. 

Musuh terbesar kita tidak datang dari luar, tetapi ada dalam diri kita masing-masing. Maka menyelamatkan diri masing-masing dari serangan hawa nafsu yang buruk, sama dengan menyelamat dunia, karena dunia sebenarnya ada di pundak individu-individu. wallahu 'alam.

(Master Trainer of Logika Tuhan).