Showing posts with label ingat Allah baik sekali. Show all posts
Showing posts with label ingat Allah baik sekali. Show all posts

Sunday, November 8, 2020

INGAT ALLAH BAIK SEKALI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Apa yang anda pikirkan ketika shalat? Ingat makanan, hutang, pekerjaan, atau mantan? Jika itu yang terjadi ubah saja saat itu juga apa yang kita ingat dalam shalat sebagai topik komunikasi kita dengan Allah. Ketika ingat hutang dalam shalat, jadikanlah doa minta lunas utang dalam shalat di waktu sujud. Kalau tidak bisa bahasa Arab, pakai saja bahasa sendiri dalam hati. Bagaimana ketika ingat mantan? Ya silahkan terserah mau didoain apa mantan anda ketika shalat.

Ketika shalat memang pikiran kita kadang gagal fokus dengan mengingat pengetahuan-pengetahuan yang membuat kita tidak sadar sedang shalat. Jika kita baca keterangan dari Al-Qur’an, salah satu isi dari shalat adalah ingat Allah. “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Thaahaa, 20:14). Di dalam ayat lain dikatakan, “dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.” (Al A’laa, 10:15).

Hati kita berpikir. Pikiran berubah-ubah dalam hitungan detik. Jika shalat kita lamanya lima menit atau 300 detik, maka dalam hitungan detik berapa mampu bertahan pikiran kita ingat Allah. Kualitas shalat kita bisa diukur berapa lama pikiran bertahan tetap fokus ingat pada Allah. Ini pekerjaan berat yang harus dilakukan ketika kita shalat. Bisa jadi kita hanya ingat Allah 10%, 20%, 30%, 50%, 70%, dan tidak mungkin 100%.

Selama shalat kita harus konsentrasi mengerahkan energi ke otak untuk menjaga ingatan fokus pada Allah. Untuk memudahkan kerja pikiran pada saat shalat, lakukanlah sesuai perintah Allah, “berprasangka baiklah pada Allah”, lakukan pola pikir ini ketika shalat. Ingatlah Allah baik sekali apapun kebaikan yang ingin terjadi pada diri kita pikirkan Allah yang maha baik.

Ketika kita shalat, kita sedang ada pada prilaku yang diperintahkan Allah, gerakan tangan, kaki, kepala, sudah ada dalam perintah Allah. Demikian juga pikiran kita harus seperti tangan, kaki, dan kepala ketika shalat. Namun pikiran tidak seperti tangan, kaki, dan kepala yang bisa terkendali ketika shalat. Allah membimbing pikiran kita agar bisa terkendali, dengan menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman. “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (Al Baqarah, 2:2).

Petunjuk bagi mereka yang bertakwa, yaitu petunjuk berpikir. Agama terletak di pola pikirnya. Segala tingkah laku manusia sangat tergantung pada pola berpikirnya. Kesalahan prilaku manusia diawali dari kesalahan prilaku berpikir. Mengingat Allah dalam shalat adalah prilaku pikiran. Kekhusyuaan seseorang dalam shalat sangat tergantung pada yang dipikirkan ketika shalat.

Bertahun tahun saya shalat mencari tahu bagaimana cara agar bisa merasakan shalat dengan fokus pada Allah. Kini untuk membantu pikiran fokus pada Allah, ketika shalat hanya berusaha ingat bahwa Allah Baik Sekali. Ingatan ini membantu hati menjadi rilek dan tetap optimis. Ketika dalam shalat ingat Allah Baik Sekali, maka ketika ingat sesuatu di luar Allah, pikiran dikembalikan kepada Allah Yang Baik Sekali menjadi harapan yang pasti diberikan karena Allah Baik Sekali.

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (Al Israa, 17:110).

Jadi shalat adalah latihan berpikir untuk mengingat Allah karena Allah Baik Sekali. Dengan mengingat Allah Baik Sekali maka energi positif akan terus masuk ke dalam hati dan pikiran selama shalat. Jadikan semua pengetahuan yang masuk ke pikiran ketika shalat menjadi harapan baik kepada Allah Yang Maha Baik ketika sujud dalam shalat. Mudah-mudahan shalat ritual kita menjadi shalat faktual di lapangan. Wallahu’alam.   

Tuesday, July 14, 2020

HIDUP INI SEMUA SKENARIO ALLAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

“Manusia hanya bisa berecana dan Allah yang menentukan”. Sepertinya kalimat ini benar, padahal jika kita kaji dengan ilmu tauhid kalimat ini mengandung kesyirikan. Jika manusia bisa berencana dan Allah yang menentukan, berarti ada dua kekuasaan yaitu manusia dan Allah. Manusia perencana dan Allah penentu. Kalimat ini telah menduakan Allah dan menjadikan manusia berkuasa sebagai perencana.

Semua gerak gerik manusia ada di bawah kendali Allah. Berencana atau tidak dalam menentukan hidup manusia di dunia, semua di atas kehendak Allah. “dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, (Al A’laa, 87:3).

Seluruh kejadian yang terjadi dalam hidup manusia berada di atas kehendak Allah. Direncanakan atau tidak direncanakan, terpaksa atau dengan sengaja, diketahui atau tidak, semua kejadian pada diri manusia berada di atas kehendak Allah. “kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.” (Al A’laa, 87:7).

Nabi Muhammad saw mengajari, dalam kondisi sempit maupun lapang, bersihkanlah diri dari dosa dengan ingat Allah dan shalat. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat”. (Al A’laa, 87: 14-15). Ketika dalam peperangan kaum muslimin melakukan shalat malam, dan ketika dalam kemenangan kaum muslimin melakukan shalat malam.

Kemenangan tidak berarti kita bebas dari dosa, kekalahan tidak berarti kita penuh degan dosa. Kelapangan tidak berarti kita dimuliakan dan kesempitan tidak berarti kita dihinakan. Dihadapan Allah kelapangan maupun kesempitan dinilai bukan dari kejadiannya, tetapi Allah menilai manusia, dari akhlak manusia ketika bersikap terhadap kejadian.

Prangsaka buruk pada setiap kejadian membuat manusia menjauhi Allah. Prasangka buruk terhadap kejadian membuat manusia menjadi penghuni neraka. Bukankah setiap kabar berita dari Allah adalah kabar baik? Jika kita percaya bahwa setiap kejadian adalah kabar dari Allah, mengapa kita tergoda untuk berprasangka buruk?

Hidup ini semua skenario Allah, tidak ada kekuatan yang bisa merencanakan, mengatur, dan menentukan hidup manusia kecuali atas kehendak Allah. Jika manusia beriman kepada takdir Allah maka apakah ada satu kejadian yang luput dari takdir Allah? Berprasangka bahwa kejadian-kejadian di muka bumi ini terjadi karena skenario manusia sama dengan kita tidak percaya kepada Allah yang maha mengatur segala kejadian.

Jika kita beriman bahwa segala takdir Allah untuk kebaikan, maka tidak akan ada satupun kejadian yang dikhawatrikan terjadi pada diri manusia, kecuali kematian dalam kekafiran. Apapun kejadian yang terjadi menimpa manusia, asal tidak menyebabkan manusia berprasangka buruk dan kafir kepada Allah, semua kejadian biasa-biasa saja. Seburuk-buruknya kejadian bukan karena terasa sempit atau lapang tetapi karena kafir atau beriman. Barang siapa beriman karena kesempitan dan kelapangan maka dialah orang-orang yang dicintai Allah. Barang siapa kafir karena kesempitan dan kelapangan maka dialah orang-orang yang akan mendapat kesulitan di dunia dan akhirat.

Hidup ini semua skenario Allah. Masihkah kita akan terus berprasangka buruk pada Allah? Sesungguhnya prasangka buruklah yang membuat hati dan pikiran kita terasa sempit. Prasangka buruk pada kejadian adalah bagian dari kekafiran manusia kepada Allah yang tidak pernah dirasakan dan dilakukan hampir setiap saat.

Hidup ini semua skenario Allah! Ada manusia hidup dalam skenario menentang Allah dan ada manusia yang hidup dalam skenario dicintai Allah. Hati dan pikiran manusia yang hidup akan cenderung pada skenario hidup yang dicintai Allah. Wallahu’alam.