Showing posts with label the great man theory. Show all posts
Showing posts with label the great man theory. Show all posts

Sunday, December 19, 2021

LOGIKA SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Selain imam besar Al-Ghazali (w. 505 H.), salah satu tokoh terkenal berpengaruh dikalangan umat Islam adalah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, lahir tahun 470 H/1077 dan wafat tahun 561 H/1166. Beliau dikenal sebagai tokoh pendidikan ruhani dan akhlak. Salah satu karya bukunya adalah Jawahir al-Fath al-rabbani. Ringkasan inti sari bukunya sudah dapat dinikmati, dalam karya terjemahan, sehingga sedikit-demi sedikit banyak orang bisa menikmati kecerdasan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam mengelola ruhani dan akhlak. Kajian ini akan membuktikan bahwa siapapun orangnya, ketika megembangkan pola pikir dari Al-Qur’an akan memiliki persamaan-persamaan pola pikir. Untuk itu siapapun orangnya jika belajar dari pola pikir Al-Qur’an rasa persatuan dan hidup damainya akan muncul. Al-Qur’an jika kita kaji dari sudut pandang pola pikir, dapat dikatakan sebagai kitab pemersatu.

Orang-orang yang memahami pola berpikir Al-Qur’an maka pemikiran-pemikirannya akan bersentuhan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Kesimpulan saya, seluruh isi pola pikir yang ada dalam Al-Qur’an menjadikan manusia akan tetap menghambakan diri kepada satu Tuhan. Nasihat-nasihat Syeh Abdul Qadir Jailani tidak lepas dari pola pikir beliau yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai induk pengetahuan.

Syekh berkata, “dalam keramaian engkau muslim tapi dalam kesendirian kau bukan muslim”. Nasihat ini ingin mengingatkan bahwa manusia sering terjebak kepada pandangan selain Tuhan. Pada saat dilihat orang penampilannya selalu baik, selalu berusaha tampil baik, tetapi pada saat sendirian, hanya Tuhan yang melihat prilaku baik dilupakan. Oleh karena itu kemusliman seseorang tidak dapat dilihat dalam keramaian tetapi justru pada saat kesendirian yaitu saat hanya Tuhan yang menyaksikan. Pada saat kesendirian sebenarnya ujian besar bagi manusia untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar baik karena selalu ingin dilihat baik oleh Tuhan, dan pada saat keramaian kebaikannya akan tetap berfokus pada penglihatan Tuhan. Berikut sumber pemikiran Syekh;

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (Al Baqarah, 2:14)

Selanjutnya Syekh berkata, “manusia paling pandai adalah yang taat pada Allah, sedangkan manusia paling bodoh adalah manusia yang maksiat kepada-Nya”. Saya pernah mengatakan, “secerdas-cerdasya orang Atheis dia bodoh, dan sebodoh-bodohnya orang beriman pada Tuhan Yang Esa, dia cerdas”. Dua pernyataan ini memiliki konsep pola pikir yang sama, bahwa manusia tanpa keyakinan pada Tuhan akan bertemu dengan Kesia-sian yang abadi, dan manusia dengan keyakinan pada Tuhan setidaknya dia akan mendapat balasan segala perbuahan baik yang pernah dilakukannya dari Tuhan. Orang-orang Atheis memilih dunia sebagai kehidupan terakhir, dan orang-orang beriman setelah dunia berakhir masih punya harapan hidup di dunia setelah kematian. Jadi orang-orang Atheis harapannya terbatas, dan orang-orang beriman harapannya tanpa batas. Orang Atheis memilih dunia yang fana, sementara orang beriman memilih dunia yang kekal. Sepertinya orang-orang beriman itu terlihat bodoh, tapi kebodohan sesungguhnya adalah mereka yang tidak percaya Tuhan. Berikut sumber pemikiran dari Syekh;

“Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (Al Baqarah, 2:13)

Kemudian Syekh memberi nasihat, “Kurangi kesenangan, perbanyak kesedihan, sebab, saat ini engkau benar-benar berada di negeri kesedihan dan negeri penahanan”. Logika ini dapat dipahami jika orang-orang punya keyakinan pada kehdiupan dunia dan akhirat. Dua dunia ini punya karakter berbeda. Bagi orang-orang yang taat kepada Tuhan, karakter dunia saat ini sifatnya banyak mengandung kesedihan, kesulitan, kepayahan, dan penderitaan. Dunia seperti penjara karena orang-orang beriman kemanapun pergi merasa dilihat oleh Tuhan. Orang orang beriman tidak memiliki kebebasan untuk berbuat jahat, sekalipun dari kejahatan yang hanya diniatkan. Kejahatan yang yang dilakukan orang-orang beriman akan jadi penyesalan seumur hidupnya. Maka orang-orang beriman akan terbiasa dengan kesedihan, kesulitan, dan hanya sedikit mencicipi kesenangan dunia. Namun demikian karena orang-orang beriman terbiasa dengan kesedihan dan kesulitan, maka pribadi-pribadi orang beriman akan tampil sebagai pribadi tangguh dan dapat diandalkan. Kesulitan dan kesedihan karena jadi kebiasaan maka seluruh hidupnya menjadi kesenangan karena harapannya dibangun bukan diatas kesenangan sesaat sekarang, tetapi ada kesenangan yang dijanjikan pasti didapatkan yaitu setelah kematian. Logika berpikir seperti ini, bersumber pada keterangan Al-Qur’an sebagai berikut;

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (At Taubah, 9:82)

Nasehat Syekh selanjutnya, “Tidaklah ada suatu nikmat kecuali di sampingnya ada siksaan. Tidakah ada suatu kemudahan kecuali bersamanya ada kesulitan, tidak ada suatu kelapangan kecuali setelahnya ada kesempitan”. Saya pernah mengatakan bahwa kesulitan itu sebab dan kesuksesan itu akibat, maka tidak ada kesuksesan tanpa kesulitan. Kesimpulan saya adalah orang-orang sukses itu pasti mengaami kesulitan, kegagalan, dna penderitaan. Semakin besar kesulitan yang dihadapi seseorang maka akan semakin besar pula keberhasilan yang akan diperolehnya. Sumber pemikiran ini saya kembangkan dari ayat Al-Qur’an di bawah ini:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Alam Nasyrah, 94:5-6)

Artinya apa yang saya pikirkan ternyata memiliki kesamaan dengan pemikiran Syekh Abdul Qadir Jaillani.  Pertanyaanya mengapa demikian? Karena apa yang saya pikirkan sumbernya dari Al-Qur’an. Inilah kesimpulan saya, jika orang-orang benar-benar menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber pemikiran dipastikan akan ada persamaan, sekalipun berbeda kita akan saling menghormati karena sumbernya sama. Sebagai sama-sama penafsir tidak akan merasa paling benar karena pemilik kebenaran adalah Allah semata. Puji syukur penulis panjatkan pada Allah swt.  dan merasa bahagia rasanya jika sudah satu pemikiran dengan ulama-ulama besar terdahulu. Wallahu’alam.  

Friday, July 2, 2021

LOUIS FREDERICK THE GREAT MAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Terakhir saya berkomunikasi dengan Pak Louis 29 Mei 2021, saya undang beliau untuk memberikan motivasi kepada anak-anak untuk menjadi entrepreneur di acara wisuda virtual SMAN 2 Padalarang yang akan dilaksanakan tanggal 3 Juni 2021. Beliau mengatakan, “tanggal 3 saya masih di Sumbawa, lagi turing pakai motor, berangkat kemarin tanggal 27 Mei sampai 8 Juni 2021”.  Saya jawab, waduh jalan-jalan terus. Baiklah saya agendakan khusus kegiatan lain. Semoga Selamat.

Tanggal 28 Juni 2021, saya dapat informasi dari kawan SMP, “Bismmillah…Innalillahiwainnailaihi rojiun, telah meninggal dunia Bp. Louis Frederick, suami tercinta dari Bunda Euis, semoga Beliau khusnul khotimah. Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau semasa hidupnya, dan keluarga yang ditinggalkan sabar dan tawakkal menjalani takdir Allah”. Assalamulaikum bro, bilih teu acan dapat info.  Itulah pesan yang saya terima. Saya cek nama dengan mengeja nama Pak Louis, dan ingat-ingat nama istri Pak Louis. Setelah beberapa menit saya baru menerima Pak Louis telah meninggal. Saya sampaikan informasi ke kawan-kawan Yayasan SBI di Cianjur. Saya minta kepada kawan-kawan dan kepala SMK SBI untuk mengadakan shalat ghaib untuk Pak Louis.

Jujur, saya sangat kehilangan sosok Pak Louis. Sejak saya kenal Pak Louis, saya lebih mengenal karakter beliau sebagai seorang entrepreneur tulen. Karakter yang saya lihat dari beliau adalah bersahabat, tidak pernah marah, sabar dan penyantun. Karakter uniknya sebagai seorang entrepreneur adalah tidak banyak debat hingga cepat dalam mengambil keputusan dan sangat berani mengambil resiko dan tidak takut gagal. Keberaniannya dalam mengambil resiko dan tidak takut gagal menurut saya didasari bukan pola pikir manusia biasa. Pola pikir Pak Louis adalah pola pikir The Great Man.

Pola pikir The Great Man dapat saya pahami dari cerita beliau ketika berdiskusi tentang rencana Beliau membangun kampus. Beliau berkata, “karena kampus yang dibangun butuh biaya besar, maka saya harus sedekah dalam jumlah besar". Beliau merencanakan akan membangun masjid dengan biaya satu miliar. Pola pikir ini tidak akan terjangkau oleh orang-orang yang berpikir matematika material.

Bagi saya yang sudah kurang lebih 15 tahun sedikit-sedikit mempelajari pola pikir dari Al-Qur’an, pola pikir Pak Louis seperti pola pikir Nabi Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat, para pemimpin besar dunia, dan para pemimpin besar di republik ini. Pola pikir Pak Louis ini ada dalam penjelasan ayat Al-Qur’an.

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”  (Al Baqarah, 2: 261).

Bagi saya apa yang dikemukakan oleh Pak Louis bersumber dari rumus dalam Al-Baqarah ayat 261, yaitu 1-1 = 700. Rumus ini tidak akan dimengerti oleh orang-orang yang belajar matematika alam. Rumus ini dianggap klenik, mengada-ngada, dan takhayul. Allah berfirman, “Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila.”. (At Takwir, 81:22). Rumus 1-1=700 bukan ilmu nuzum, pesugihan atau hitung-hitungan orang mabuk. Rumus hidup sukses dari Al-Baqarah ayat 261 yang dibicarakan Pak Louis bukan untuk diperdebatkan, tapi untuk diujicobakan seperti apa yang dilakukan Pak Louis.

Apa yang dilakukan Pak Louis seperti apa yang diakukan Nabi Ibrhami dalam pejelasan Al-Baqarah ayat 260. “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”.

Itulah persepsi saya tentang Pak Louis dari apa yang saya lihat dan dengar. Dan beliau memang melakukannya sesuai dengan apa yang diomongkan, antara ucapan dan perbuatannya seirama, (walk the talk), dalam bahasa Al-Qur’an, “mengerjakan apa-apa yang dia kerjakan”. Semoga menjadi sosok yang dicintai Allah.

Bagi saya yang sudah mengalami dua kali kehilangan orang-orang terbaik dalam hidup, mereka orang-orang yang gugur dijalan Islam sesungguhnya tidak meninggal. “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, mati; bahkan mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Al Baqarah, 2:154).

Ujung dari kehidupan ini bukan kematian tapi kehidupan. Inilah pemahaman yang benar jika kita beriman kepada Al-Qur’an. Jasadlah yang terlihat mati, tetapi ruh tetap hidup. Jasad itu fana. Ruh berpindah ke dimensi kehidupan yang abadi kembali ke Allah Yang Abadi. Manusia diciptakan dari ruh Allah yang hidup. "Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud". (Al Hijr, 15:29). Ruh yang hidup adalah milik Allah dan akan kembali pulang ke Allah. Sesungguhnya cita-cita hidup kita di dunia adalah supaya bisa hidup kembali bersama Allah.

Saya bersaksi, sepengetahuan saya, Pak Louis telah hidup di jalan Allah, dan Beliau gugur dijalan Islam, dan akan hidup abadi di sisi Allah. "Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan." (Yasin, 36:83).   

Kita doakan semoga Beliau hidup sejahtera di sisi Allah, dan kita kelak akan menyusulnya, semoga kita meninggal dalam keadaan muslim dan berkumpul bersama keluarga bersama orang-orang sholeh di akhirat kelak. Walahu’alam.

Sunday, June 20, 2021

PEMIKIRAN TUN MAHATIR

Oleh: Muhammad Plato

Menyimak wawancara Tun Mahatir oleh Nazwa Shihab dalam tayangan youtube dapat sedikit informasi tentang pandangan agama dari seorang Perdana Menteri Senior kelas dunia. Pandangan agama Tun Mahatir sangat modern karena mengacu kepada sumber otentik ajaran agama yaitu Al-Qur’an. Tun Mahatir dapat dikatakan sebagai sosok politisi dan negarawan muslim yang benar-benar telah menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupan politik.

Tun Mahatir berpandangan bahwa saat ini para guru agama tidak benar-benar mengajarkan ajaran agama sesuai sunnah. Para guru agama hanya mengajarkan tentang shalat, zakat, puasa, ibadah haji, tanpa mengajarkan bagaimana agama diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu para guru agama kebanyakan mengajarkana tentang pemikiran-pemikiran para ulama sehingga dalam beragama menimbulkan perpecahan karena mengikuti pedoman pemikiran-pemikiran para ulama. Para guru agama jarang mengajarkan bagaimana tuntutan beragama sesuai dengan ajaran yang ada dalam Al-Qur’an. Hadis-hadis yang digunakan sesungguhnya tidak dapat menjamin sebagai ajaran agama yang benar karena dari 600-700 ribu hadis setelah melalui penelitian hanya 7000 hadis saja yang shahih.

Tun Mahatir mengatakan jika umat Islam benar-benar menerapkan ajaran agama dari Al-Qur’an, Islam itu akan mendorong sebuah negara menjadi negara berperadaban. Dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab yang pada zaman itu hidup jahiliyah, dengan tuntutan Al-Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad SAW, mampu menjadi sebuah masyarakat dengan peradaban tinggi menyebar sampai ke Afrika, Eropa, dan Asia.

Pandangan Tun Mahatir mirip dengan pendapat penulis yang menilai jika Al-Qur’an benar-benar menjadi pedoman hidup, tidak akan ada pembunuhan dan perselisihan antar umat beragama dan bangsa. Jika Al-Qur’an menjadi pedoman tidak akan ada sekelompok manusia mendirikan negara Islam dengan membunuh orang-orang Islam atau non muslim. Pembunuhan dilarang jika kita berpedoman kepada Al-Qur’an. Jika beragama berdasarkan petunjuk pada Al-Qur’an tidak ada permusuhan berkepanjangan. Perselisihan hanya terjadi karena ada hal yang dirasakan tidak adil, setelah musyawarah ditempuh dan ditemukan keadilannya maka permusuhan selesai karena permasalahannya sudah terselesaikan.

Bagi penulis pemikiran dan pendapat orang bisa berbeda-beda. Jika beragama mengandalkan pedoman pada pemikiran-pemikiran seseorang maka sudah pasti akan terjadi perpecahan karena kebenaran telah menjadi milik seseorang bukan milik Allah. Jika kebenaran sudah ditempatkan pada pemikiran orang per orang, maka sudah tentu setiap orang menginginkan kebenaran menjadi miliknya. Dengan demikian akan terjadi perebutan siapa yang benar dan akan terjadi saling menjatuhkan. Apalagi perebutan kebenaran sudah melibatkan organisasi, kelompok, aliran,  maka perebutan siapa yang paling benar akan melibatkan banyak orang dan perselisihanpun melibatkan banyak orang, fatalnya akan memakan banyak korban.

Berpikir mencari kebenaran tujuannya bukan untuk mencari siapa yang paling benar, tetapi siapa yang paling menghargai nyawa manusia, saling bekerjasama, mengutamakan perdamaian, dan rasa persaudaraan. Kebenaran sudah mutlak milik Allah, yang harus dipikirkan adalah bagaimana manusia bisa mentaati ajaran-ajaran berkehidupan dari Allah dengan hasil damai, sejahtera, dan mensejahterakan.

Berpedoman pada Al-Qur’an artinya menyerahkan diri bahwa hasil pemikiran siapapun orangnya  tidak ada yang dijamin kebenarannya, sekalipun Nabi Muhammad SAW, kecuali urusan wahyu yang diterimanya. Semua pemikiran manusia berpotensi salah karena manusia dibatasi oleh pengetahuan yang diinderanya. Penglihatan dibatasai oleh jarak yang bisa dilihat, dan cahaya yang tersedia. Pikiran dibatasi oleh pengetahuan yang dimiliki dan kemampuan  penalarannya, serta pengalaman yang pernah dialaminya. Berpedoman pada Al-Qur’an artinya tidak membajak kebenaran seolah-olah ketika berpikir merujuk pada ayat Al-Qur’an dirinya merasa paling benar. Berpedoman pada Al-Qur’an hanya berusaha menemukan kebenaran dengan keraguan-raguan hasil pemikirannya tidak benar karena Allah pemilik pengetahuan Al-Qur’an.

Tun Mahatir adalah fenomena gambaran model tokoh politik senior dunia yang telah berupaya hidup dengan panduan Al-Qur’an. Usianya diberkahi Allah dan karakternya dapat menjadi panutan para politisi. Beliau tidak menyimpan permusuhan atas dasar kekuasaan tetapi karena ketidakdilan yang harus ditegakkan. Semoga damai sejahtera untuk Tun Mahatir dan kita semua umat manusia. Wallahu’alam.  

Saturday, August 1, 2020

TIAP AKHIR PEKAN BUAT JEMBATAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kita lanjutkan ngobrol bersama orang nomor satu di pabrik pencetak manusia di kota Tauco. Saya hobi menulis dan senang menulis kisah siapa saja yang memiliki kisah hidup sukses di atas jalan-jalan kebenaran. Bagi saya menulis kisah teladan seseorang yang inspiratif bagi umat manusia adalah sedekah. Nyatanya setiap orang sukses di belahan bumi manapun selalu berada di jalan-jalan kebenaran yang ditetapkan Allah. Saya tidak berkuasa, mengapa bisa menulis tokoh ini beberapa artikel dengan lancar, semua berada di atas kehendak Allah. Baik kita lanjutkan ceritanya.

Beliau bercerita selama masih usia muda selalu menyempatkan diri untuk berolah raga jalan kaki. Beliau selalu olah raga jalan kaki menyusuri kampung-kampung yang indah, dihiasi dengan pematang-pematang sawah dan kebun melewati rumah-rumah warga. Olah raga menyusuri jalan-jalan setapak di kampung-kampung terasa menyegarkan tubuh dan sekaligus berkomunikasi, menyambung dan menjaga silaturahmi dengan warga.

Menyehatkan tubuh bukan hanya dengan olah raga tetapi harus dibarengi dengan menyambung tali silaturahmi. Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda, “silaturahmi memanjangkan umur”. Artinya silaturahmi dapat menyehatkan tubuh, karena orang yang panjang umur berarti tubuhnya sehat.

Sambil olah raga jalan kaki ke kampung-kampung, Beliau selalu memperhatikan bagaimana warga beraktivitas. Beliau melihat ketika melewati jalan setapak selalu terpotong oleh selokan-selokan kecil tanpa jembatan. Untuk melewatinya orang-orang tua atau muda harus melompat. Ada juga warga yang berinisiatif membuat jembatan sederhana dari anyaman bambu sederhana. Ada juga yang membuat hanya dengan sebatang kayu disandarkan seadanya. Hingga orang-orang yang melewatinya harus seperti pemain akrobat menjaga keseimbangan agar tidak jatuh ke selokan.

Dengan mengamati aktivitas warga tersebut, dalam hati Beliau terbersit untuk membantu meringankan kesulitan warga dengan membuat jembatan sederhana dari bahan tembok permanen. Beliau menghubungi pemeritah RT setempat untuk menawarkan pembuatan jembatan kecil agar jembatan kecil itu nyaman dan mudah dilalui oleh siapa saja. Panjangnya hanya satu meter atau satu setengah meter, tapi jika jembatan dibuat nyaman akan sangat bermanfaat bagi warga yang melewatinya. Dengan menyumbangkan pasir, batu, batu bata, dan besi, Beliau serahkan bantuan itu kepada warga setempat untuk membuatnya.

Bagi Beliau membuat jembatan yang panjangnya satu meter, nilai rupiahnya tidak seberapa tetapi hasilnya sangat bermanfaat bagi warga. Apa lagi jalan itu dilalui warga setiap hari, pahala akan sangat belipat ganda dan bisa jadi amal jariah yang akan tetap mangalir sampai akhirat. Jika setiap hari ada 100 orang melewati jembatan kecil tersebut, maka setiap hari kita menuai pahala kebaikan dari jembatan kecil tersebut. Selama jembatan kecil itu ada dan tidak rusak dalam jangka waktu lama kita akan mendapatkan kebaikannya.

Menurut saya, ide kecil ini cukup cemerlang dan sangat mengandung filosofi hidup tinggi. Bisa jadi jembatan kecil ini akan jadi sarana melewati jembatan sirotol mustakim dengan mudah di akhirat kelak. inilah karakter muslim rahmatan lil alamin.  

Dari ide kecil ini, akhirnya menjadi kebiasaan Beliau setiap akhir pekan. Setiap olah raga sambil jalan-jalan menyusuri kampung, dimana ketemu selokan kecil tanpa jembatan, Beliau selalu menawarkan pembuatan jembatan kepada warga. Kegiatan olah raga rutin menjadi kegiatan rutin mencari jembatan-jembatan kecil yang terputus untuk disambungkan dengan membuat jembatan kecil baru. Kebiasaannya memberi makan lima mulut setiap hari bertambah menjadi membuat jembatan kecil untuk lalu lintas warga kampung.

Kata beliau, "selalu ada ide untuk berbuat kebaikan sekalipun dengan hal-hal kecil". Kegiatan ini terhenti karena seiring dengan usia yang terus bertambah dan tidak mampu lagi melakukan perjalanan jarak jauh. Tetapi langkah kecil ini pernah dia lakukan hanya karena ingin hidup bermanfaat bagi orang lain, sekalipun dengan membangun jembatan-jembatan kecil.  

Allah tidak mengukur peemberian seseorang dari besar dan kecilnya tapi dari niat-niat dan keikhlasannya. “Semoga langkah-langkah kecil ini bermanfaat bagi kehidupan saya di dunia dan akhirat kelak”, kata Beliau.  Berbuat baiklah untuk orang banyak sesuai dengan kemampuan, karena pada dasarnya Allah telah memberi kemampuan kepada semua manusia untuk berbuat baik dengan harta-harta yang dimilikinya.

Tidak ada satu manusia pun yang lahir ke muka bumi dengan tidak dibekali harta oleh Allah swt. Harta yang paling besar dan tak ternilai harganya adalah anggota tubuh kita. Seterbatas apapun anggota tubuh kita, jika Allah masih memberi ruh kehidupan, maka tubuh kita bisa digunakan untuk berbuat kebaikan. Minimalnya dengan tidak berbuat keji dan munkar sebagai mana Allah perintahkan kepada orang-orang yang shalat. Wallahu’alam…to be continue… 

Friday, July 31, 2020

SETIAP HARI LIMA MULUT

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Melanjutkan obrolan dengan orang nomor satu di pabrik pencetak manusia unggul di kota Tauco. Sambil menitikkan air mata, Beliau tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Matanya memerah dan berusaha mengambil beberapa tisu karena air mata membasahi sisi sisi kelopak matanya. Beliau ingin menyampaikan pesan orang tuanya yang betul betul berkesan selama hidupnya. Orang tua bagi Beliau adalah sosok inspirator, motivator, dan legislator dalam hidupnya. Beliau rupanya sangat hormat dan menjadikan orang tua sebagai sosok pendidik yang selalu mengarahkan dan membimbing jalan hidupnya.

Setelah ceritanya terjeda karena deraian air mata haru yang tak tertahan, Beliau melanjutkan kisah hidupnya. Rahasia sukses hidupnya ada di nasihat bapaknya yang terus Beliau pegang hingga kini. Bapaknya memberi nasehat, agar hidup diliputi keberkahan rezeki dari Allah, “jangan lupa minimal untuk memberi makan dua atau lima mulut setiap hari”.  Nasehat ini Beliau jaga hingga saat beliau berusia senja. Beliau katakan selama menjaga nasehat ini hidupnya tidak pernah mengalami kekurangan dan rezekinya melimpah melebihi kebutuhan makan dan minum yang Beliau butuhkan bersama keluarga. Bisnisnya berkembang dan selalu mendapat keberuntungan.

Demi menjaga nasehat hidup dari bapaknya, Beliau selalu melaksanakan nasehat itu dalam kesehariannya. Bagi beliau memberi makan lima mulut tiap hari menjadi hal wajib yang harus dilakukannya. Setiap hari selalu mencari cara bagaimana agar lima mulut terbantu dari tangan dan hartanya. Memberi makan lima mulut menjadi standar hidupnya yang selalu Beliau pelihara sejak menerima nasehat dari orang tuanya.

Beliau katakan memberi makan lima mulut tiap hari bisa dilakukan dengan hal-hal sederhana. Ide memberi makan lima mulut setiap hari selalu hadir dari hati dan pikirannya. Nasehat ini terus dijaga hingga menjadi mind set dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Jika lupa, Beliau harus melaksanakannya sekalipun dengan lima buah permen. Jangan menganggap makanan-makanan kecil tidak bernilai, karena niat membantu lima mulut adalah bagian dari ajaran agama sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam sebuah hadis, “selamatkan diri mu dari api neraka sekalipun dengan sebiji kurma”.

Memberi makan lima mulut tidak berarti harus dalam bentuk makan dalam jumlah besar. Hal terpenting kata Beliau adalah konsisten sekalipun kecil. Jika kebetulan ada rezeki besar maka pemberian pun ditingkatkan. Menjaga makan lima mulut setiap hari harus dijaga baik di kala sempit maupun lapang. Memberi makan lima mulut per hari bisa kita lakukan dengan berdoa sebelum makan dan mendoakan minimal lima orang yang kita cintai atau siapa saja yang kita ingat agar selalu diberi limpahan rezeki oleh Allah swt.

Pelajaran terpenting dari memberi makan lima mulut per hari adalah menjaga akhlak agar senantiasa selalu berbagi. Akhlak baik yang diajarkan Rasulullah agar setiap muslim menjadi ahli sedekah, Beliau pelihara dengan menjaga nasihat orang tuanya untuk memberi makan lima mulut per hari. Itulah rahasia sukses yang Beliau pegang selama hidupnya hingga sekarang beliau sukses menjadi seorang pengusaha dan birokrat di lembaga pemerintah. Nasibnya selalu beruntung karena hidup berada di atas lisannnya Allah. Bukan hanya lima mulut yang berhasil Beliau beri makan tapi ribuan mulut dengan bisnis rumah makan yang dia kembangkan. 

Pelajaran bagi kita semua, nasihat memberi makan lima mulut per hari bukan semata-mata keluar dari mulut orang tua, tapi dari lisan Allah yang disampaikan melalui mulut manusia. Perintah sedekah merupakan perintah paling banyak yang diberitakan di dalam Al-Qur’an. “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (Al Baqarah, 2:3).

Sifat Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang diimplementasikan oleh Beliau dalam rumus memberi makan lima mulut per hari. Hingga saat ini Beliau merasakan selalu mendapat limpahan ramhat, rezeki, kedudukan, hidayah, kesabaran, dan kesejahteraan hidup berkeluarga lahir batin. Semoga menjadi hidayah bagi kita semua. Wallahu’alam. To be continue…

HARUS AMBISI JANGAN AMBISIUS

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kita lanjutkan ngobrol dengan orang tertinggi pemilik pabrik manusia di kota Tauco. Beliau sudah malang melintang menduduki berbagai jabatan diberbagai lembaga pemerintah daerah. Selama menjadi abdi negara beliau tidak pernah pusing dengan posisi dimanapun ditempatkan. Selalu taat pada pimpinan dan memberi kebebasan kepada pimpinan untuk menempakan dirinya pada posisi apapun. Bagi dia posisi dimanapun selalu berusaha bekerja profesional.

Bagi beliau posisi, kedudukan, tidak pernah jadi persoalan dalam hidupnya. Berubah-ubah posisi dalam hitungan minggu, bulan pernah dirasakannya. Bagi beliau posisi apapun adalah posisi terbaik dari Allah. Kita tidak pernah tahu dimana posisi terbaik untuk ditempati, hanya Allah yang tahu. Untuk itu kita hanya bisa berprasangka baik pada Allah bahwa apapun, di mana pun tempat yang kita tempati pasti Allah kasih kita tempat terbaik.

Bagi beliau dalam hidup ini harus punya ambisi untuk mendapatkan apapun yang kita inginkan, termasuk posisi dan kedudukan di masyarakat atau pemerintahan. Untuk menjadi orang nomor satu di pemerintahan harus berambisi. Namun dia memberi nasihat kepada saya, “kita harus berambisi tetapi tidak boleh ambisius”. Bagi saya ini pelajaran menarik dari seorang entrepreneur plus birokrat di lembaga pemerintah.

Kemudian, saya memperdalam apa yang dimaksud harus berambisi tapi jangan  ambisius dalam mengejar apa yang kita inginkan? Ternyata bagi beliau, ambisi adalah bekerja keras sesuai kadar kemampuan yang kita miliki. Orang-orang berambisi selalu bekerja mengikuti norma dan aturan yang berlaku. Cita-cita hidupnya akan diwujudkan dengan bekerja keras dalam koridor norma agama yang dianut dan aturan formal dalam bernegara. Jadi ambisi adalah naluri atau kemampuan yang diberikan Allah kepada manusia untuk menghadapi permasalahan hidup dan menggapai segala tujuan hidupnya. Sebagaimana Allah berfirman, “dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk”. (Al A’laa, 87:3)

Orang-orang yang berambisi memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu berada di atas kehendak  Allah. Bekerja keras adalah perintah Allah, tapi hasil dari sebuah kerja keras rahasia Allah. Makna keberhasilan bagi orang-orang yang berambisi adalah proses yang benar. Bertahan di dalam proses yang benar adalah keberhasilan sejati, sedangkan keberhasilan dari sebuah usaha belum tentu menjadi kebenaran.

Ketika berambisi, orang masih mengakui kekuatan diluar manusia yaitu Allah. Orang-orang berambisi masih sadar bahwa ada kekuatan yang mengatur segala kejadian di luar dirinya. Orang-orang berambisi bekerja keras dalam kepasrahan kepada takdir Allah.

Sebaliknya ambisius adalah sebuah kondisi dimana orang bekerja keras untuk mencapai segala tujuan dan cita-cita hidup tanpa memperhatikan kekuatan di luar dirinya. Orang-orang ambisius merasa bahwa segala sesuatu bisa diraih dengan kemampuan dirinya tanpa campur tangan kekuatan dari luar dirinya. Orang-orang ambisius adalah mereka yang menjadikan dirinya sebagai kekuatan untuk mencapai segala cita-cita hidupnya. Orang ambisius tidak memposisikan Allah sebagai penasehat dan penentu dalam hidupnya. Segala sesuatu diperoleh merasa karena hasil kerja dan kemampuan yang dimilikinya tanpa ada campur tangan Allah.

Orang-orang ambisius, termasuk golongan yang melampaui batas. Dia telah menjadikan dirinya sebagai Tuhan dan bisa mewujudkan segala kehendaknya. Manusia-manusia ambisius menganggap dirinya besar dan berkuasa. “Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kedzaliman.” (Al Furqaan, 25:21).

Akhirnya Beliau memberi nasehat, “jika kita ambisius akan sangat mudah kecewa dan terserang sakit jiwa”. Hidup ini realitasnya hanya dua, yaitu  gagal dan sukses. Bagi mereka yang ambisius, sekuat tenaga bekerja untuk menghindari kegagalan, sehingga akan sangat kecewa jika gagal. Bagi mereka yang berambisi, sekuat tenaga bekerja melakukan yang terbaik, gagal dan sukses adalah keputusan terbaik dari Allah. Wallahu’alam. To be Continue…

Friday, May 6, 2016

AA GYM JUGA BERLOGIKA TUHAN


Memperhatikan dakwah Aa Gym di Facebook akun KH. Abdullah Gymnastiar. Saya tertarik untuk memahami pola pola pikir Aa Gym dalam dawahnya. Mudah-mudahan ini jadi ilmu bagi kita semua untuk menjadi orang-orang terbaik di hadapan Allah, Tuhan semesta alam

Berikut adalah salah satu kutipan dakwah Aa Gym yang akan saya analisis dari ilmu berpikir yang saya kembangkan, yaitu berpikir dengan petunjuk Tuhan (logika_Tuhan).
   
“Saudaraku, musuh paling berat yang harus selalu kita waspadai adalah diri kita sendiri. Kita tak akan celaka kecuali oleh diri kita sendiri. Orang yang menyakiti kita, menghina kita, memfitnah kita, itu tidaklah berbahaya. Yang berbahaya ada jikalau kita yang menyakiti, menghina, memfitnah orang lain.”

Kita rendah bukan karena direndahkan oleh orang lain, tapi kita rendah jikalau kita melakuan perbuatan rendah. Kita hina bukan karena dihinakan oleh orang lain, tapi kita hina jikalau kita melakukan perbuatan hina. Na’udzubillahi mindzalik”. (Aa Gym).


Pola berpikir (berlogika) seperti di atas petunjuknya banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an. Misalnya yang sering dijadikan dalil oleh Aa Gym adalah;

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, ..” (Al Israa, 17:7)

“Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan”. (Al Waaqiah, 56:24)

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Ar Rahmaan, 55:60)

“Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al Qashsash, 28:84)

PANDUAN BERPIKIR DARI AYAT-AYAT DI ATAS ADALAH PERBUATAN BAIK DAN BURUK KITA AKAN MEMANTUL KEPADA DIRI KITA SENDIRI.
Dari panduan Al-Qur’an di atas, jelas terang benderang kebaikan dan keburukan datang dari diri kita sendiri. Kesimpulannya seperti yang dikatakan Aa Gym, “yang paling berbahaya bagi diri kita sendiri adalah diri kita”. Inilah cara berpikir yang benar menurut petunjuk Tuhan. Believe it!

Berikut kita bahas pola berlogika Aa Gym yang kedua. Saya kutif juga dari facebook KH. Abdullah Gymnastiar.  

“saudaraku, setiap perbuatan kita disaksikan oleh Alloh Swt. Tidak ada yang kecil bagi Alloh. Besar atau kecil, itu adalah bagi kita sebagai manusia. Bagi Alloh, sama saja, setiap hal perbuatan diketahui oleh-Nya. Oleh karena itu, marilah kita menyibukkan diri dalam amal-amal kebaikan, termasuk amal-amal yang sepertinya kecil dalam pandangan manusia, namun besar dalam pandangan Alloh Swt.

Pola berpikir Aa Gym banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an. Salah satu dalilnya saya kemukakan sebagai berikut:

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”. (Az Zalzalah, 99 :7-8).

Dan inilah fakta sejarah yang mengisahkan tentang diterimanya dan tidaknya suatu perbuatan di hadapan Allah. 

“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Al Maa’idah, 5:27)

Kisah di atas memberi panduan berpikir kepada kita bahwa dalam berbuat sesuatu jangan mempertimbangkan besar dan kecilnya, tetapi berpikirlah apakah pekerjaan itu diterima atau tidak oleh Tuhan. 

Maka, Nabi Muhammad saw memberi panduan berpikir kepada kita semua dalam hadis berikut yang sangat terkenal dan harus jadi pola pikir:

“sesungguhnya setiap perbuatan itu diberi ganjaran sesuai dengan niat” .
“Sesungguhnya orang-orang yang terbunuh itu akan dibangkitkan sesuai dengan niatnya”.
“betapa banyak orang yang terbunuh di antara dua kelompok tersebut dan Allah Maha Mengetahuai tentang niatnya”.
“Barang siapa yang berperang dan dia tidak berniat kecuali sekedar untuk memenuhi kewajibannya, maka pahal yang akan diterimanya sesuai dengan niatnya”.

Saya sependapat dengan Umar Sulaiman Al-Asqar (2012), niat berkaitan dengan pekerjaan suatu ibadah. Niat adalah usaha untuk melakukan perbuatan baik demi mendapat ridha Allah”. Inilah yang memberikan kesimpulan bahwa “perbuatan baik tidak dilihat dari besar dan kecilnya tapi dari NIATNYA, sehingga disimpulkan Allah tidak melihat perbuatan baik dari besar dan kecilnya. 

Jadi saudara-sauradara sekalian, berpikir itu ada standarnya, dan Allah swt Tuhan seluruh alam, telah memberikan petunjuk BERPIKIR dalam Al-Qur’an. BERLOGIKA ATAU BERPIKIR bukan milik seseorang, kelompok, atau bangsa, berlogika itu milik semua makhluk dan penciptanya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato @logika_Tuhan)

Tuesday, February 12, 2013

SUKSES HABIEBIE DALAM LOGIKA TUHAN

Oleh: Muhammad Plato

Dalam buku “Hidup Sukses dengan Logika Tuhan” yang saya karang, sudah saya jelaskan, bahwa di balik orang-orang sukses ada penderitaan. Penderitaan di sini adalah upaya bertahan hidup guna memperbaiki hidup, tentunya di jalan yang benar, sampai menemukan kesulitan yang sangat memilukan hati jika orang melihatnya. Dalam arti lain, penderitaan adalah kualitas usaha atau perjuangan yang diperlihatkan seseorang dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Mengapa harus demikian? Inilah ketentuan-Nya.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”.(Al Balad:4)

Lalu mengapa Tuhan menciptakan manusia harus berada dalam susah payah. Apakah Tuhan menginginkan manusia hidup dalam penderitaan (susah payah). Tentu tidak. Justru dengan demikian Tuhan memposisikan manusia pada tempat yang memyebabkan hidupnya jauh lebih mudah (sejahtera). Dan ini keterangan selanjutnya;

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(Alam Nasyrah:5-6).

Jadi sudah pastilah, orang-orang sukses itu telah bekerja keras sekeras-kerasnya hingga menderita dan setelah itu meraih sukses besar dalam hidupnya. Semua itu terjadi atas kehendak-Nya. Maka, jika kalian ingin mendapatkan sukses besar, hiduplah dalam ketentuan-Nya. Bekerjalahah dengan keras sampai kalian menderita karena pekerjaan itu.


Inilah prilaku orang-orang sukses yang terekam berada dalam ketentuan Tuhan. Anda sudah membaca buku kisah HABIEBIE DAN AINUN, atau menonton filmnya? Di sana diceritakan bagaimana penderitaan Habiebie dan Ainun ketika berada di Jerman. Mereka hidup pas-pasan.Untuk bertahan hidup, Habiebie sering berjalan 15 km dalam udara dingin musim salju. Saking seringnya jalan, sepatunya sampai bolong-bolong, dan untuk melindungi kakinya dari dingin salju, Habiebie hanya menambal apa adanya. Sewaktu sekolah di Jerman, Habiebie terkena penyakit paru-paru, dan harus di rawat di rumah sakit tanpa ibu, bapak dan sanak saudara. Sedangkan karena sakitnya Habiebie hampir bertemu dengan ajalnya. Dia pun hidup dalam kondisi yatim sejak usia anak-anak. Itulah penderitaan terpahit Habiebie dan mengantarkan Beliau menjadi ilmuwan dan pemimpin besar di negeri ini.

Coba baca juga buku BOB SADINO. Setelah pulang merantau, Bob Sadino benar-benar terpuruk hidupnya. Mobil taksi gelap yang dimilikinya dari hasil rantau rusak parah karena kecelakaan dan tidak bisa digunakan lagi untuk mencari uang guna menyambung hidup. Setelah itu Bob Sadino jatuh miskin dan menderita. Hanya untuk makan saja, dia harus mencari lalab-lalaban yang biasa hidup di rawa-rawa. Menjadi kuli bangunan Dia lakukan demi menyambung hidup. Dalam penderitaannya Dia tidak mau mendapatkan bantuan keluarganya. Dia terus hadapi kemiskinan dengan caranya sendiri. Setelah itu Bob Sadino bangkit menjadi pengusaha sukses. Untuk itu dalam pernyataannya, Bob Sadino lebih memilih hidup miskin. Kenapa? Karena kemiskinan adalah penyebab kesuksesan dan itu ketentuan dari Tuhan.

Anda juga perlu baca atau nonton talk show di youtube tentang kisah DAHLAN ISKAN. Terlahir dari keluarga miskin, Dahlan Iskan baru bisa membeli sepatu pada saat masuk SMA kelas 2. Dipakai hanya hari Senin saat upacara bendera. Sepatu yang dibelinya bukan baru, tapi sepatu bekas yang bagian jempolnya sudah bolong.

Sepulang sekolah jarang sekali tersedia makanan di rumah. Dalam kondisi yatim, untuk bertahan hidup, Beliau harus mengembala kambing milik tetangga. Sementara kambing makan rumput, Beliau berenang di sungai mencari ikan dan hasil tangkapannya dibakar di atas kotoran sapi yang sudah kering. Itulah penderitaan Dahlan Iskan di masa lalu yang menyebabkan dia sukses di masa sekarang.

Boleh di cek, tak akan ada orang-orang sukses tanpa latar belakang penderitaan. Semua harus mengalaminya karena itu sudah jadi ketetapan Tuhan. Contoh teladan kita dalam meraih sukses adalah Rasulullah saw, beliau 13 tahun bertahan dalam penderitaan dan setelah itu ajarannya berkembang di tiga benua. Bacalah buku Sejarah Nabi Muhammad saw karya Muhammad Husein Haikal, pasti merinding membacanya...

Semoga kita bisa meneladaninya. Salam Sukses dengan Logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.