OLEH: MUHAMMAD PLATO
Menyaksikan diskusi Gubernur Jawa
Barat degan Ustad Rahmat Baequni di akun youtube Atalia Kamil publikasi tanggal
10 juni 2019, berjalan dengan beberapa audien yang tidak mengikuti etika
musyawarah. Musyawarah
adalah forum adu argumentasi logis, adu data, fakta, berteori, berdalil, dan
menafsir, bukan teriakan-teriakan seperti nonton sepak bola atau demontrasi. Musyawarah perlu suasana tenang, agar bisa konsentrasi dan menyimak paparan pembicara. setelah itu, audien memahami, menerapkan, menaganalisis, mensintesa, dan menilai pengetahuan yang diterimanya, selanjutnya memutuskan. Apakah mau jadi orang baik atau tetap berburuk sangka?
Saya mengamati, apa yang
dilakukan Ustad Baequni murni adalah menafsir bentuk bangunan masjid, dan menghubungkan
dengan dalil-dalil tentang akan munculnya dajjal. Sebatas ini apa yang
dilakukan Ustad tidak mengundang permasalahan, namun ketika tafsir ini
mengundang reaksi berupa cemoohan, ejekan, dan fitnah, dan merendahkan kepada orang dibalik
perancang masjid, inilah prilaku yang bertentangan dengan agama.
Setelah mengamati penjelasan
Gubernur Ridwan Kamil, menjadi jelas bahwa bentuk bangunan masjid tidak ada ketentuan
khusus dalam penggunaan bidang. Lingkaran, segitiga, bujursangkar, persegi panjang,
jajaran genjang, travesium, limas adalah kenyataan alam. Semua masjid ternyata
memiliki unsur-unsur bidang tersebut, dan menjadi jelas bahwa kita tidak bisa
konsisten mengatakan satu bidang milik kelompok kelompok tertentu.
"Sebuah keberuntungan bagi para ibu kandung, ketika anak-anaknya dihujat dan direndahkan, karena penderitaan ibu kandung adalah kedudukan tinggi anak-anaknya dihadapan Allah". (Muhammad Plato) |
Kesimpulannya, tafsiran Ustad
Baequni tentang Dajjal adalah peringatan kepada umat untuk meningkatkan keimanan
kepada Tuhan, untuk hidup lebih baik berada di jalan Tuhan. Penjelasan Gubernur Ridwal Kamil mengajarkan agar umat Islam
berpengetahuan luas, agar niat baik tidak dikotori dengan prilaku buruk. Menghina,
mencemooh, merendahkan, adalah prilaku sangat dilarang dalam agama, apalagi dilakukan kepada seorang pemimpin.
Namun dalam diskusi itu ada pesan
mendalam dari hati Gubernur Ridwan Kamil, pertama; resiko terberat seorang
pemimpin harus kuat menerima hujatan dan fitnahan yang tidak akan pernah ada hentinya. Pesan ini beliau sampaikan
dengan bersumpah dan menghadirkan Ibu kandung dalam diskusi tersebut. Tindak tanduk
seorang pemimpin tidak lepas dari tafsir masyarakat, yang kadang lebih cepat
beredar tafsir negatif.
Kedua; kehadiran ibu kandung
dalam diskusi adalah pesan mendalam dari hati Gubernur Ridwan Kamil kepada
masyarakat, ketika seorang manusia dihujat dan direndahkan, kita harus
merasakan apa yang dirasakan oleh ibu-ibu yang mengandung dan melahirkannya. Kehadiran ibu
kandung Gubernur dalam diskusi sesungguhnya Beliau ingin mengingatkan bahwa
ibu-ibu kandung kita menginginkan anak-anaknya hidup sejarahtera, menjadi orang
yang bermanfaat bagi orang lain, bukan jadi manusia-manusia penghujat yang
menentang ajaran agama.
Sebenarnya sebuah keberuntungan
bagi para ibu kandung, ketika anak-anaknya dihujat dan direndahkan, karena penderitaan
ibu kandung adalah kedudukan tinggi anak-anaknya dihadapan Allah. Sebaliknya
sebuah kerugian besar bagi ibu kandung, ketika anak-anaknya jadi penghujat dan
pencemooh, sebab penderitaan ibu kandung melihat anaknya jadi pencemooh adalah kedudukan rendah anak-anaknya
dihadapan Allah.
“Sesungguhnya kamu hanya diberi
balasan menurut apa yang kamu kerjakan”. (At Tahrim, 66:7). Niat adalah prilaku
yang melandasi setiap tindakan. Hadis menjelaskan, niat baik sudah terhitung
satu kebaikan, dan niat buruk tidak dihitung keburuhkan sebalum dilakukan.
Gubernur Ridwan Kamil sudah menjelaskan tidak ada niat untuk hal-hal buruk
dalam setiap bangunan masjid yang Beliau rancang. Semuanya diniatkan untuk
kebaikan.
Saya pikir, dari kejadian ini
semua orang harus banyak membaca agar berwawasan luas apa lagi umat Islam.
Setiap manusia dibekali dengan kemampuan untuk menafsir setiap benda atau
kejadian. Saya ingatkan kembali, ilmu dasar menafsir adalah tafsirlah semua
benda dan kejadian dengan positif, jika tafsir itu negatif cari efek positifnya.
Alam raya diciptakan Allah dengan kebaikan, maka semua benda dan kejadian harus
jadi kebaikan. Wallahu ‘alam.