OLEH: MUHAMMAD PLATO
Ada dua cara untuk meredakan
ketagangan antara Israel dan Palestina. Dua cara itu seperti perjuangan bangsa
Indonesia melepaskan diri dari penjajahan yaitu konfrontasi dan diplomasi.
Sepanjang perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dua langkah ini
selalu mewarnai perjuangan kemerdekaan.
Terbelahnya negara-negara di
dunia dalam menyikapi konfik Israel dan Palestina, tidak serta merta dibaca sebagai dukungan terhadap eksistensi Israel. Dalam politik dan bernegara menolak
keberadaan suatu negara tidak berarti harus selalu dengan jalan konfrontasi.
Jalan diplomasi sebenarnya lebih power full untuk melemahkan kedudukan
sebuah negara. Nabi Muhammad saw dalam menyampaikan ajaran Islam tidak mengirimkan
pasukan, tetapi menyampaikan utusan untuk mengajak para raja hidup damai dengan
mengimplementasikan nilai-nilai Islam yang universal tanpa meruntuhkan
kedudukannya.
Jalur konfrontasi yang ditempuh bangsa Palestina merupakan hak dan jalan mereka untuk mempertahankan kemerdekaannya, karena mereka sendiri yang merasakan kekerasan demi kekerasan dalam menghadapi agresi Israel. Ketika serangan rudal Israel, dengan pasukan dilengkapi sejata otomatis dan rudal meruntuhkan masjid, rumah sakit, rumah penduduk, sekolah, membunuh dan melukai anak-anak, perempuan, dan orang tua adalah suatu tindakan yang tidak dapat ditelolir sekalipun kondisinya dalam perang. Hak rakyat Palestina untuk membela dan mempertahankan dirinya dari agresi. Jiwa mana yang tidak terkoyak ketika anak-anak tidak berdosa menjadi hantaman rudal dan bom pesawat tempur. Rudal-rudal Israel tidak dapat mematikan jiwa, sebaliknya akan menghidupkan jiwa-jiwa yang mati untuk bangkit dan membela kehormatan negaranya. Sampai kapanpun konflik di Yerusalem tidak akan berakhir jika kekerasan demi kekerasan terus ditampilkan.
Selanjutnya, konfrontasi yang ditampilkan tidak murni
perang, bisa jadi pamer kekuatan atau iklan perdagangan senjata. Konfrontasi
bisa jadi cara Israel untuk mengukuhkan eksistensi negaranya dengan
memperlihatkan kecanggihan senjata dan kekuatan militernya. Kecerdasan dan kemutakhiran
teknologinya dipamerkan untuk meyakinkan penduduk dunia bahwa Israel
semakin kuat dan tidak akan tertaklukkan. Kemutakhiran alat dan sistem senjata
militer Israel diharapkan dapat menarik negara-negara dunia untuk mengadakan
hubungan diplomatik sebagai bukti kedaulatan Israel.
Sikap negara-negara dunia yang
sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tidak dapat dipandang sebagai dukungan agresi Israel terhadap
Palestina. Hubungan diplomatik adalah salah satu cara soft untuk mengendalikan
atau melemahkan sebuah negara. Artinya perjuangan diplomasi tidak serta merta
dipandang sebagai dukungan penuh pada pendudukan Israel. Diplomasi adalah tindakan politik tujuannya adalah untuk mengukuhkan kedaulatan negara ke dalam dan mengendalikan
negara lain. Rencana Gus Dur untuk membuka diplomasi dengan Israel, adalah
cara-cara soft untuk menekan dan mengendalikan Israel.
Diplomasi tidak lepas dari
perang opini di media informasi. Israel dengan penguasaan teknologi informasi
memainkan perannya untuk memenangkan opini publik tentang kedudukan Israel di
Yerusalem. Propaganda keunggulan-keunggulan ras Yahudi dipertontonkan untuk
menundukkan bangsa-bangsa di dunia bahwa dirinya merupakan ras unggul pilihan
Tuhan. Doktrin agama yang menjadikan mereka sebagai umat pilihan disebar
luaskan dengan dukungan fakta-fakta keunggulan yang dimilikinya dalam bidang
sains dan teknologi. Dengan berbagai cara berita-berita diciptakan dan
disebarluaskan untuk mengukuhkan eksistensinya di muka bumi.
Hai Rasul, janganlah hendaknya
kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera kekafirannya, yaitu di antara
orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah
beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara
orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar
(berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain
yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat)
dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang
sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu
diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barang siapa yang Allah
menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak
sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang
Allah tidak hendak menyucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan
di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. (Al Maa’idah, 5:41)
Jika semua peduli pada kemanusiaan antara Palestina
dan Israel, jalur diplomasi melalui perjanjian adalah cara damai yang sangat baik
untuk meminimalisir korban perang. Cara
diplomasi jika dilihat kasat mata memang seperti mengukuhkan pendudukan Israel
di Palestina, namun pada saat perjanjian dilakukan, Israel akan bermain peran sebagai negara di dunia yang tidak lepas dari bantuan dan kendali dari
negara-negara lain. Dengan dipomasi kekuasaan Israel menjadi terbatas dan terkontrol.
Selain itu, Israel yang
didirikan oleh bangsa Yahudi, tidak akan lepas dari takdir Tuhan. Bangsa Yahudi memang ditakdirkan memiliki kelebihan dari bangsa-bangsa lain, namun kelebihan inilah
yang akan melemahkan kedaulatan Israel itu sendiri. Israel bisa jadi dapat
mengukuhkan kembali eksistensi bangsa Yahudi dalam pentas politik dunia. Namun
demikian, takdir telah menetapkan, jika bangsa Yahudi berkuasa, kekuasaannya tidak
akan berumur panjang. Sekalipun fakta bangsa Yahudi ras unggul, mereka sudah
ditetapkan Tuhan menjadi bangsa terusir.
(yaitu) orang-orang yang telah
diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali
karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya
Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain,
tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut
nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al
Hajj, 22:40).