Oleh: Muhammad Plato
Allah menciptakan dunia
dan akhirat, dengan masing-masing karakternya. (Muhammad Plato). Manusia tidak
dapat menemukan kemutlakkan dalam kehidupan dunia, jika dia tidak mengenal
akhirat. Kematian adalah anugerah Tuhan untuk membebaskan manusia dari
kehidupan dunia yang memperdayakan.
“Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran, 3:185).
Manusia hidup dengan pola
pikirnya dan ucapan adalah karakternya yang bisa terdengar dan terlihat. Dunia memiliki
karaktertistik dan berbeda dengan akhirat. Manusia yang sudah terpengaruh
dengan kehidupan dunia akan menunjukkan karakter-karakter dunia sebagaimana
dijelaskan di dalam Al-Qur’an.
MANUSIA BERKARAKTER DUNIA CENDERUNG BERSENANG-SENANG SENDIRI MELAMPAUI BATAS (MUHAMMAD PLATO) |
Memperdaya.
Manusia
dengan karakter dunia, cenderung melakukan tipu daya, merencanakan jahat untuk
keuntungan pribadi. Kehidupannya diisi dengan tujuan-tujuan kesenangan pribadi
dengan mengorbankan kepentingan orang lain. “kehidupan dunia tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (Ali Imran, 3:185).
Sementara.
Manusia
dengan karakter dunia, tidak memiliki komitmen tinggi. Pendiriannya tidak
pernah ajeg, dan mudah berubah. Seperti kutu loncat, pendiriannya mudah berubah
tergantung pada dimana tempat menguntungkan bagi dirinya. “Qul mata’uddunyaa
qolilun = kesenangan di dunia ini hanya sebentar” (An Nisaa, 4:77).
Mengikuti Syahwat
Manusia
dengan karakter dunia, mengikuti setiap keinginan hati yang cenderung pada
kesenangan dunia. Kecintaannya pada harta melupakan kehidupan akhiratnya.
Seluruh pergerakannya untuk kepentingan dan kecintaannya kepada dunia. Hitung-hitungannya
berujung pada kesejahteraan dunia. Setiap pekerjaan diperhitungkan dengan keuntungan
dunia dan sedikit sekali memikirkan akhirat. “Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (ali Imran,
3:14).
Menghinakan
Manusia
dengan karakter dunia, cenderung menghinakan kedudukan manusia lain. Mereka memandang
manusia berdasar pembendaharaan harta kekayaan. Tinggi rendahnya manusia dihadapan
manusia berkarakter dunia, diukur dari kepemilikan harta dan benda. Semakin
mewah kepemilikan benda, semakin tinggi derajatnya. “Tatkala mereka (kaum
Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, (Yunus, 10:98).
Menggembirakan
Manusia
dengan karakter dunia menyukai pesta-pesta. Kegembiraan hidup tidak dapat
mereka dapatkan kecuali dengan pesta. Semakin besar pesta diadakan semakin puas
hatinya. Seluruh hidupnya diisi dengan pesta-pesta. Pesta-pesta pernikahan, khitanan,
ulang tahun, diciptakan melebihi batas keawajaran. Pesta-pesta dinikmati sampai
larut malam, berhari-hari, untuk kesenangan dirinya dan bukan untuk
membahagiakan orang lain. “Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia,”
(Ar ra’d, 13:26).
Perhiasan
Manusia
dengan karakter dunia menyenangi perhiasan. Mereka tampil di muka umum dalam
berbagai macam aksesoris. Kendaraan dengan segala fasilitas dan kelengkapan
yang hanya sekedar perhiasan. Rumah rumah dibangun besar dengan ukiran-ukiran
yang hanya berfungsi sebagai kesenangan. Semakin langka, unik, perhiasan yang
mereka miliki semakin senang hatinya. Ruangan interior rumah dihias dengan
lemari-lemari yang memperlihatkan kemegahan, dan di isi dengan barang-barang antik
yang harganya melebihi kebutuhan dasar hidup manusia. “Dan (Kami buatkan
pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain
hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu
adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (Az Zukhruf, 43:35).
Menghabiskan Rezeki
Manusia
dengan karakter dunia menyukai belanja bukan untuk kebutuhan hidup atau berbuat
baik pada orang lain, melainkan hanya untuk kesenangan semata. Barang-barang
belanjaannya dikoleksi kemudian dipertontonkan untuk kesenangan. "Kamu
telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu
telah bersenang-senang dengannya; (Al Ahqaaf, 46:20).
Kafir
Manusia
dengan karakter dunia akan melupakan balasan-balasan akhirat. Hati dan
pikirannya tertutup (Kafir). Mereka tidak begitu percaya pada balasan-balasan kebaikan
di akhirat. Bagi mereka dunia adalah kesempatan hidup satu-satunya yang nyata
dan jangan disia-siakan dengan bersenang-senang. “Dan orang-orang yang kafir
itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya
binatang-binatang”. (Muhammad, 47:12).
Permainan melalaikan
Manusia
dengan karakter dunia senang permainan. Judi, sepak bola, touring, game online
adalah permainan yang melalaikan. Manusia dengan karakter dunia, menyenangi
permainan melebihi kebutuhan hidupnya. Mereka berteriak, memaki, saling benci,
karena gagal dalam permainan. Manusia-manusia dengan karakter ini, menghabiskan
uang untuk permainan. “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan (la’ibun, walahwun), … Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (Al
Hadiid, 57:20).
Begitulah karakter-karakter
manusia dengan keterikatan dengan dunia. Prilakunya bisa kita saksikan
sebagaimana dikabarkan di dalam Al-Qur’an. Saya tidak menyinggung siapapun,
tetapi hanya menyamapaikan apa yang ada dalam Al-Qur’an. Jika berkenan
membenarkannya itulah dari Tuhan kita yang Esa, jika tidak berkenan mungkin ada
kesalahan bahasa lisan yang kurang santun dari saya. Tulisan ini tidak bertujuan
menggurui orang lain, tetapi untuk memeringati diri sendiri.
Tuhan mencitapakan dunia
dengan karakternya bukan untuk dihindari, tetapi untuk diamnfaatkan sesuai
dengan kadar kebutuhan yang wajar, atau tidak melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai kepada orang-orang yang melampaui batas. Hanya Allah pemilik
kebenaran dan manusia tempatnya salah dan kekurangan. Wallahu ‘alam.