Buat kawan-kawan tercinta, dalam
pikiran saya hanya ada niat, ingin membantu agar teman-teman bisa hidup lurus
di jalan Tuhan. Saya punya rumus, agar hidup lurus di jalan Tuhan, logikanya
harus benar-benar seperti yang dianjurkan Tuhan. Sumber petunjuk itu ada dalam
kitab suci (Al-Qur’an), yang masih otentik, terlepas dari campur tangan
manusia.
Berlogika Tuhan adalah berpikir
sebab akibat mengikuti pola-pola yang terdapat dalam Al-Qur’an. Berlogika Tuhan
berarti bepikir tunduk pada ketentuan Tuhan. Berlogika Tuhan adalah upaya agar
kita tunduk pada Tuhan. Mengapa kita harus tunduk pada logika Tuhan? Karena di
balik logika-logika yang diajarkan Tuhan, sesungguhnya ada kesejahteraan hidup
di dunia dan akhirat. Mari saya ajarkan bagaiman memahami logika Tuhan dengan
sederhana.
METODE UNTUK MEMAHAMI LOGIKA
TUHAN, saya beri nama METODE HUBUNGAN KONSEP. Mengapa? Alasan pertama saya
berkesimpulan setelah ditemukan fisika kuantum, diketahui bahwa hakikat dunia
ini bukan terpisah-pisah, tapi saling berhubungan atau interkoneksi. Para ahli
fisika percaya, jika ingin memahami suatu BENDA atau KONSEP maka yang harus
dilakukan HUBUNGAN.
Tentang dunia sebagai satu
kesatuan, selain dijelaskan oleh ilmu fisika, juga terdapat dalam keterangan
Al-Qur’an. “Dan apakah orang-orang yang
kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang PADU, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al-Anbiyaa’ : 30).
Pola hubungan dalam dunia kuantum
bersifat acak, tidak teratur seperti yang dikenal dalam logika yang kita baca
di alam perpisah-pisah. Demikian juga pola hubungan dalam Al-Qur’an bersifat
acak. Jadi dalam menghubungkan konsep-konsep yang terdapat dalam Al-Qur’an, bersifat
multiarah. Selama konsep-konsep yang kita kembangkan bisa kita pahami dan secara
prinsip tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah ajaran agama yang disepakati,
dan bisa dibuktikan secara logis dan nyata, kita bisa berpendapat bahwa itulah
kebenaran. Jika terjadi perbedaan
pendapat, kita kembalikan bahwa kebenaran itu milik Tuhan, yang sumber dasarnya
adalah wahyu Tuhan (Al-Qur’an).
Contoh metode hubungan konsep;
pulpen jika berdiri sendiri tidak akan bisa dimengerti definisinya. Maka pulpen
akan dimengerti karena ada kegunaannya jika dihubungkan dengan buku tulis.
Definisinya pulpen adalah alat yang digunakan untuk menulis di atas buku tulis.
Dengan definisi ini, pulpen akan bermakna (bermanfaat) karena alat untuk
menulis di atas buku tulis. Boleh di cek, semua pengertian di bangun dengan menghubungkan
beberapa benda atau konsep.
POLA HUBUNGAN DASAR YANG SERING
KITA LAKUKAN DALAM MENGHUBUNGKAN BENDA-BENDA ATAU KONSEP-KONSEP ADALAH POLA
SEBAB AKIBAT. BERPIKIR DENGAN POLA SEBAB AKIBAT, SERING DISEBUT BERLOGIKA.
Contoh sehari-hari, kita sering
bertanya, “mengapa orang itu hidup miskin?” jawabannya harus menjelaskan
sebab-sebab orang menjadi miskin. Misalnya dijawab bahwa penyebab orang miskin
karena tidak berpendidikan. Dengan memahami sebab, maka kita temukan solusi,
agar tidak miskin maka orang-orang harus berpendidikan. Kebenaran logika, agar
tambah yakin perlu ditambah bukti nyata. Maka kita ungkapkan bahwa rata-rata
orang miskin tidak berpendidikan.
Dimana dan kapan kita bisa berlogika
Tuhan? Kita dikatakan berlogika Tuhan jika, sebab-sebab, dan akibat-akibat yang
kita kemukan berdasarkan pada keterangan dari Tuhan yang bersumber dari kitab
suci Al-Qur’an.
Sebagai contoh, mari kita jawab
pertanyaan di atas dengan bantuan logika Tuhan. Mengapa orang-orang hidup
miskin? Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu):
Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak,
kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang MISKIN, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Al Baqarah:83)
MARI KITA AMBIL SATU KONSEP MISKIN. Jika kita tetapkan MISKIN
adalah sebagai akibat. Maka dari konsep-konsep di atas kita bisa mencari
SEBAB-SEBAB MISKIN. Mari kita ambil konsep lainnya. MENYEMBAH SELAIN ALLAH
(KAFIR). BERBUAT BAIK PADA IBU BAPAK, KERABAT DST. BERKATA YANG BAIK-BAIK,
SHALAT, dan ZAKAT.
Dari konseo-konsep di atas yang
bernada larangan adalah menyembah kepada selain Allah, dan konsep lainnya
berupa perintah. Maka tidak logis jika orang taat pada perintah Allah hidupnya
miskin. Maka satu-satunya larangan adalah menyembah kepada selain Allah. Dapat
diambail kesimpulan, PENYEBAB ORANG MISKIN ADALAH KARENA DIA MENYEMBAH KEPADA
SELAIN ALLAH (KAFIR).
Untuk menguji kebenaran ini,
boleh di cek, bahwa orang-orang miskin adalah mereka yang tidak taat pada
perintah-perintah Allah. Jika anda berpendapat bahwa banyak orang-orang yang
menyembah kepada selain Allah hidupnya kaya raya. Di sini perlu pemahaman lebih
dalam tentang kekayaan.
Orang-orang beriman yang terlihat
hidup miskin, belum tentu dia tidak bisa kaya. Bisa jadi orang-orang beriman
hidup miskin karena berpikir bahwa kekayaan bukan tujuan yang dicari, tetapi yang
dicari kesejahteraan akhirat yang tidak perlu lagi butuh kekayaan dalam bentuk materi.
Umar bin Khattab, sebagai khalifah hidupnya miskin, Nabi Muhammad saw, diakhir
hayatnya tidak ada lagi kekayaan tersisa (miskin), tapi bukan berarti dia tidak
bisa mendapat kekayaan, tapi Beliau sudah memahami esensi kehidupan bahwa bukan
banyaknya kekayaan yang diharapkan tetapi kedekatannya dengan Tuhan. Namun
sebelumnya, Nabi Muhammad saw bukan orang miskin, karena terbukti Beliau (Rasulullah) meminang Khadijah dengan mas
kawin 10 ekor unta, bukan dengan seperangkat alat shalat.
Jadi jelas penyebab kemiskinan
itu adalah kesalahan manusia, yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya
pengharapan. Dan orang-orang miskin adalah mereka yang banyak tidak taatnya
pada Tuhan dibanding taatnya. Hanya orang-orang yang berani berlogika Tuhan
yang bisa taat sepenuhnya kepada Tuhan. Siapa yang lebih banyak taat kepada
Tuhan, tersedia kekayaan dunia dan akhirat. Dan tentu mereka yang hidup dengan
logika Tuhan tidak akan tertipu dengan mengejar-ngejar kehidupan dunia semata.
Agar kita bisa taat pada Tuhan,
perlu pendidikan. Salah satunya pendidikan yang mengajarkan logika-logika Tuhan
dalam mengarungi kehidupan. Wallahu ‘alam