Sunday, December 26, 2021

TERUNGKAP PENYEBAB SUKSES KETUA YAYASAN PCI

Oleh: Muhammad Plato

Kisah perjalanan hidup Prof. Dadan Wildan Ketua Yayasan PCI bisa dibilang fenomenal. Takdir hidupnya memiliki keunikan. Alumni lulusan Pendidikan Sejarah UPI tahun 89, selesai tepat waktu, hanya menganggur enam bulan, langsung diangkat menjadi dosen Kopertis Wilayah IV. Setelah menjadi dosen tiga tahun, tahun 1993 melanjutkan kuliah S2, setelah lulus melanjutkan S3 dan pada Usia 34 tahun sudah menyandang gelar doktor. Uniknya lagi  setelah tiga tahun mendapat gelar doktor mendapat penghargaan guru besar. Dalam waktu 14 tahun menjadi dosen Beliau sudah menjadi Profesor dalam usia 37 tahun. Selanjutnya pada Usia 38 tahun bertugas menjadi staf khusus di kementerian. Karirnya terus bertahan, di rezim SBY dan Jokowi. Di organisasi masyarakat Beliau juga menjabat sebagai sekretaris umum dan penasehat Persis yang membuat darah spiritualnya mengalir deras.

Seperti takdir sejarah yang tidak bisa dihindari oleh setiap makhluk, karirnya seperti kilat, Dadan Wildan yang sekarang mendedikasikan dirinya menjadi Ketua Yayasan PCI, ternyata pernah mengalami kegagalan bahkan mungkin penderitaan. Pada saat pemilihan rektor di sebuah universitas swasta di Jawa Barat, Beliau terpilih dengan suara terbanyak sebagai rektor termuda se-Indonesia yaitu usia 34 tahun. Namun karena alasan usia terlalu muda pihak Yayasan tidak berkenan melantik beliau jadi rektor.

Darah spiritual yang sudah mengalir deras dalam jiwanya, tidak membuat kegagalan patah arang. Kegagalan disikapinya dengan ketaatan kepada Tuhan dengan melaksanakan ibadah haji. Lalu nasib yang dialaminya diadukan langsung kepada Tuhan dihadapan Ka’bah. Beliau berdoa, “ya Allah jika jabatan rektor tidak pantas untuk ku, maka berikanlah yang pantas”. Doa sederhana ini dijawab langsung oleh Allah, melalui sebuah mimpi, “sebuah mobil plat merah terparkir di Masjidil Haram”.  Merinding bulu kuduk mendengar cerita ini, Allah mendengar dan menjawab langsung keluhan hambanya. Tidak lama, sepulang haji dipanggil Menteri, Beliau diminta membantu tugas-tugas menteri, dan dalam waktu singkat langsung bekerja di staf khusus kementerian. Karir Beliau bertahan di dua rezim presiden dan empat menteri.

Di tengah karirnya yang cemerlang, beliau bercerita bahwa pada saat kuliah bukanlah tipe mahasiswa cerdas, karena pada saat kuliah pernah gagal matakuiah Sejarah Asia Timur sampai mengulang empat kali. Namun karena ketekunannya mata kuliah itu Beliau taklukkan hingga melahirkan sebuah buku tentang Sejarah Asia timur.   

Melihat takdir sukses yang dialaminya, Beliau layak di daulat sebagai Man of The Year, teladan manusia berkarakter di abad 21. Keberaniannya menghadapi kegagalan, dan caranya menyikapi kegagalan adalah kekuatan karakter entrepreneur yang dimiliki Dadan Wildan. Kesantunan, ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi kegagalan telah menggerakkan aras Tuhan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Sebagai akademisi dan birokrat, kecerdasan spiritualnya tidak menjadi sirna. Kekuatan-kekuatan spiritual selalu melekat membangun visi, semangat dan tindakan-tindakan yang mengundang kecintaan Allah.  

Inilah kisah Indah hidup manusia yang telah dikisahkan di dalam Al-Qur’an. Manusia tidak boleh berhenti berusaha untuk mencari takdir-takdir terbaik dari Allah. “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Ar ra’ad, 13:11).

Ayat di atas menakdirkan bahwa hidup manusia bergiliran antara keburukan dan kebaikan. Bagi Allah penolakkan manusia terhadap suatu takdir yang harus dijalani seseorang adalah wujud perlindungan Allah pada hambanya. Berserah diri pada takdir-takdir hidup dari Allah adalah realitas kekuatan pribadi  seseorang. Allah kemudian menegaskan takdir-Nya untuk manusia, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Alam Nasyrah, 94:5-8). Inilah takdir Allah, dan barang siapa berserah diri mengikuti skenario-Nya, maka di atas kehendak Allah segala bentuk tindak tanduknya. 

Dadan Wiladan bercerita bahwa sejak kuliah sudah sering menulis. Tulisan pertamanya dimuat di koran Pikiran Rakyat, berjudul Bandung Lautan Api, dan setiap bulan menulis di Suara Daerah PGRI. Sebagaimana tokoh-tokoh besar dunia, selalu menandai sukses karirnya dengan literasi tinggi. Inilah bagian dari takdir penyebab sukses yang dijalani ketua Yayasan PCI.

Berada dalam puncak karirnya, kini Beliau mendirikan sekolah dengan bangunan sangat modern. Menampilkan sekolah Islam dalam wajah modern. Tujuannya ingin mewariskan harta yang dimilikinya untuk dinikmati oleh orang banyak. Sekaligus ingin menjawab kebutuhan masyarakat yang ingin mendapatkan sekolah Islam dengan sentuhan modern. Kurikulumnya mendekatkan anak-anak dengan Al-Qur’an. Buku-buku digital dan pembelajaran lebih banyak berbasis audio visual. Sekolahnya hanya menerima lima kelas. “Sekolah kecil tapi punya cita-cita besar”, ucap Beliau. Pembelajaran full day dari jam 7 sampai jam 4 sore. Posisi sekolah sengaja di lingkungan pinggiran kota Bandung Selatan. Biaya sekolah termasuk murah untuk sekolah modern, hanya 750 ribu per bulan, dan biaya masuk 10-11 juta tiga tahun. Tujuan mendirikan sekolah bukan cari uang tapi cari untung berupa pahala. Sekolah didirikan dari dana pribadi dengan menjual aset yang ada. Cita-cita selanjutnya sangat mulia yaitu wafat khusnul khotimah. Beliau menegatakan, urusan dunianya sudah selesai dan sekarang hidupnya hanya tinggal menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Inilah bagian takdir hidup dari manusia utusan. Ketaatannya kepada Allah adalah penyebab semua kesuksesan ketua Yayasan PCI. Semoga menjadi pelajaran untuk dunia pendidikan. Wallahu’alam.

Sunday, December 19, 2021

LOGIKA SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Selain imam besar Al-Ghazali (w. 505 H.), salah satu tokoh terkenal berpengaruh dikalangan umat Islam adalah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, lahir tahun 470 H/1077 dan wafat tahun 561 H/1166. Beliau dikenal sebagai tokoh pendidikan ruhani dan akhlak. Salah satu karya bukunya adalah Jawahir al-Fath al-rabbani. Ringkasan inti sari bukunya sudah dapat dinikmati, dalam karya terjemahan, sehingga sedikit-demi sedikit banyak orang bisa menikmati kecerdasan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam mengelola ruhani dan akhlak. Kajian ini akan membuktikan bahwa siapapun orangnya, ketika megembangkan pola pikir dari Al-Qur’an akan memiliki persamaan-persamaan pola pikir. Untuk itu siapapun orangnya jika belajar dari pola pikir Al-Qur’an rasa persatuan dan hidup damainya akan muncul. Al-Qur’an jika kita kaji dari sudut pandang pola pikir, dapat dikatakan sebagai kitab pemersatu.

Orang-orang yang memahami pola berpikir Al-Qur’an maka pemikiran-pemikirannya akan bersentuhan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Kesimpulan saya, seluruh isi pola pikir yang ada dalam Al-Qur’an menjadikan manusia akan tetap menghambakan diri kepada satu Tuhan. Nasihat-nasihat Syeh Abdul Qadir Jailani tidak lepas dari pola pikir beliau yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai induk pengetahuan.

Syekh berkata, “dalam keramaian engkau muslim tapi dalam kesendirian kau bukan muslim”. Nasihat ini ingin mengingatkan bahwa manusia sering terjebak kepada pandangan selain Tuhan. Pada saat dilihat orang penampilannya selalu baik, selalu berusaha tampil baik, tetapi pada saat sendirian, hanya Tuhan yang melihat prilaku baik dilupakan. Oleh karena itu kemusliman seseorang tidak dapat dilihat dalam keramaian tetapi justru pada saat kesendirian yaitu saat hanya Tuhan yang menyaksikan. Pada saat kesendirian sebenarnya ujian besar bagi manusia untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar baik karena selalu ingin dilihat baik oleh Tuhan, dan pada saat keramaian kebaikannya akan tetap berfokus pada penglihatan Tuhan. Berikut sumber pemikiran Syekh;

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (Al Baqarah, 2:14)

Selanjutnya Syekh berkata, “manusia paling pandai adalah yang taat pada Allah, sedangkan manusia paling bodoh adalah manusia yang maksiat kepada-Nya”. Saya pernah mengatakan, “secerdas-cerdasya orang Atheis dia bodoh, dan sebodoh-bodohnya orang beriman pada Tuhan Yang Esa, dia cerdas”. Dua pernyataan ini memiliki konsep pola pikir yang sama, bahwa manusia tanpa keyakinan pada Tuhan akan bertemu dengan Kesia-sian yang abadi, dan manusia dengan keyakinan pada Tuhan setidaknya dia akan mendapat balasan segala perbuahan baik yang pernah dilakukannya dari Tuhan. Orang-orang Atheis memilih dunia sebagai kehidupan terakhir, dan orang-orang beriman setelah dunia berakhir masih punya harapan hidup di dunia setelah kematian. Jadi orang-orang Atheis harapannya terbatas, dan orang-orang beriman harapannya tanpa batas. Orang Atheis memilih dunia yang fana, sementara orang beriman memilih dunia yang kekal. Sepertinya orang-orang beriman itu terlihat bodoh, tapi kebodohan sesungguhnya adalah mereka yang tidak percaya Tuhan. Berikut sumber pemikiran dari Syekh;

“Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (Al Baqarah, 2:13)

Kemudian Syekh memberi nasihat, “Kurangi kesenangan, perbanyak kesedihan, sebab, saat ini engkau benar-benar berada di negeri kesedihan dan negeri penahanan”. Logika ini dapat dipahami jika orang-orang punya keyakinan pada kehdiupan dunia dan akhirat. Dua dunia ini punya karakter berbeda. Bagi orang-orang yang taat kepada Tuhan, karakter dunia saat ini sifatnya banyak mengandung kesedihan, kesulitan, kepayahan, dan penderitaan. Dunia seperti penjara karena orang-orang beriman kemanapun pergi merasa dilihat oleh Tuhan. Orang orang beriman tidak memiliki kebebasan untuk berbuat jahat, sekalipun dari kejahatan yang hanya diniatkan. Kejahatan yang yang dilakukan orang-orang beriman akan jadi penyesalan seumur hidupnya. Maka orang-orang beriman akan terbiasa dengan kesedihan, kesulitan, dan hanya sedikit mencicipi kesenangan dunia. Namun demikian karena orang-orang beriman terbiasa dengan kesedihan dan kesulitan, maka pribadi-pribadi orang beriman akan tampil sebagai pribadi tangguh dan dapat diandalkan. Kesulitan dan kesedihan karena jadi kebiasaan maka seluruh hidupnya menjadi kesenangan karena harapannya dibangun bukan diatas kesenangan sesaat sekarang, tetapi ada kesenangan yang dijanjikan pasti didapatkan yaitu setelah kematian. Logika berpikir seperti ini, bersumber pada keterangan Al-Qur’an sebagai berikut;

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (At Taubah, 9:82)

Nasehat Syekh selanjutnya, “Tidaklah ada suatu nikmat kecuali di sampingnya ada siksaan. Tidakah ada suatu kemudahan kecuali bersamanya ada kesulitan, tidak ada suatu kelapangan kecuali setelahnya ada kesempitan”. Saya pernah mengatakan bahwa kesulitan itu sebab dan kesuksesan itu akibat, maka tidak ada kesuksesan tanpa kesulitan. Kesimpulan saya adalah orang-orang sukses itu pasti mengaami kesulitan, kegagalan, dna penderitaan. Semakin besar kesulitan yang dihadapi seseorang maka akan semakin besar pula keberhasilan yang akan diperolehnya. Sumber pemikiran ini saya kembangkan dari ayat Al-Qur’an di bawah ini:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Alam Nasyrah, 94:5-6)

Artinya apa yang saya pikirkan ternyata memiliki kesamaan dengan pemikiran Syekh Abdul Qadir Jaillani.  Pertanyaanya mengapa demikian? Karena apa yang saya pikirkan sumbernya dari Al-Qur’an. Inilah kesimpulan saya, jika orang-orang benar-benar menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber pemikiran dipastikan akan ada persamaan, sekalipun berbeda kita akan saling menghormati karena sumbernya sama. Sebagai sama-sama penafsir tidak akan merasa paling benar karena pemilik kebenaran adalah Allah semata. Puji syukur penulis panjatkan pada Allah swt.  dan merasa bahagia rasanya jika sudah satu pemikiran dengan ulama-ulama besar terdahulu. Wallahu’alam.  

Sunday, December 5, 2021

ALLAH ITU GUE BANGET

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Diskusi dengan seorang ahli pendidikan Dudung Nurullah Koswara (DNK) menjadi inspirasi tuisan ini. Beliau melontarkan kaimat singkat namun perlu pemahaman mendalam, “Allah itu gue banget”. Kalimat ini mengandung makna sangat mendalam sekalipun disampaikan dalam bahasa anak millennial. Bahasa ini jika dirunut dari para pemikir muslim terdahulu, akan menuju pada satu imam besar yang menjelaskan tentang kisah cinta makluk kepada Tuhannya. Manusia bebas mengekpresikan rasa cintanya kepada Tuhan dengan kemampuan bahasa masing-masing. Demikian juga, Sujiwo Tejo mengambarkan Tuhannya sebagai  “Tuhan Yang Maha Asyik”. Sujiwo Tejo menggambarkan Tuhan sebagai Yang Maha Ngangenin dan selalu membuat orang senang.

Orang-orang yang sudah merasa dekat dengan Tuhannya akan mengekspresikan yang dicintainya dengan bahasa-bahasa tafsirnya sendiri. Seperti Nabi Muhammad SAW memanggil istrinya siti Aisyah dengan “yang bermuka merah”. Itulah manusia, bebas merefresentasikan kecintaannya dengan ekspresi hatinya. Bagi para motivator, Allah adalah motivator, bagi pemikir Allah adalah inspirator.

Terlepas dari persepsi orang tentang Allah, esensinya adalah manusia bebas mendekati Allah dengan kemampuan bahasa dan berbagai cara untuk tetap menjaga kedekatannya dengan Allah. Namun demikian, apapun persepsi orang, keyakinan yang harus tetap dijaga adalah Allah tetap Esa, Allah tidak sama dengan makhluk, dan Allah tidak beranak, ibu dan bapak. Adapun ekspresi cintanya pada Allah tergantung pada manusia bagaimana cara mendekatinya.

Berlogika Tuhan bukan memakhukkan Tuhan, tetapi hanya sebatas refresentasi manusia agar pikiran selalu dekat dengan Tuhan. Allah mengabarkan bahwa orang-orang yang selalu merasa dekat dengan Tuhan adalah mereka yang akan diberi kesejahteraan dunia dan akhirat. Wahyu Al-Qur’an adalah anugerah Tuhan untuk manusia, logika-logika yang terkandung di dalamnya adalah panduaan agar manusia merasa selalu dekat dan dibimbing oleh Tuhan.

“Allah itu gue banget”, menurut penulis adalah ekpresi seorang DNK bagaimana beliau begitu kenal dengan siapa Tuhannya. “Allah itu gue banget” mengekpresikan bahwa DNK sangat sering berkomunikasi dengan Tuhan. Kedekatannya dengan Tuhan, DNK mengidolalakan Tuhan sehingga DNK ingin menjadi seperti sifat-sifat seperti yang dimiliki Tuhan dan berakhlak seperti Tuhan. Sekaipun sebagai manusia DNK tidak bisa menyamai Tuhan, tetapi keinginannya hanya bisa diungkapkan dengan ekpresi bahasa dengan pilihan kata khusus dan spesial, “Allah itu gue banget”.

Untuk itu tidak ada yang mematasi seseorang untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan Tuhan Yang Esa. Manusia bebas mengekpresikan bagaimana cintanya kepada Tuhan, namun jika sudah cinta sama Tuhan, jangan coba-coba menduakan cinta kepada Tuhan, karena Syeh Abdul Qadir Jailani mengatakan, “Tuhan Maha Cemburu”. Jadi rayulah Tuhan dengan kata-kata paling menyenangkan yaitu, “Ya Tuhan hanya engkaulah satu-satuhnya Tuhan yang aku cintai, maka cintailah Aku dengan segenap hati Mu”. Semoga Allah ridha dan berkata, “jika cinta mu seluas lautan, maka cinta Ku pada Mu seluas langit dan bumi”.

“Allah itu maha asyik, Allah itu gue banget, Allah itu pencemburu, dan Allah Maha Pemilik Logika”, adalah ekpresi-ekpresi penuh rasa cinta manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Allah pasti membalas setiap cinta manusia dengan berlipat ganda. Amin. Walahu’alam. 

Saturday, December 4, 2021

PENJAJAHAN BERPIKIR

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Pepatah lama mengatakan, “lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikan”. Berdasarkan hasil penelitian tentang air berlaku juga pepatah, “lain sumur lain karakter dimiliki seseorang”. Pepatah ini memberi tanda kebenaran bahwa setiap individu atau masyrakat dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka tinggal. Untuk itu pola pikir masyarakat setiap daerah, suku, bangsa, akan berbeda, sekalipun pasti ada persamaan.

Pola pikir masyarakat Barat sudah pasti berbeda dengan pola pikir masyarakat Timur. Minimalnya ada beberapa pola pikir yang dimiliki masyarakat yaitu rasional materialis, mistis materialis, rasional religius dan mistis religius. Rasional materialis adalah pola-pola berpikir ilmiah yang dilandasi pada pengetahuan empiris. Pola pikir mistis materialis adalah pola pikir filosofis bersumber pada pengetahuan dari akal yang dilandasi oleh pengetahuan materialis. Rasional religius adalah pola pikir ilmiah bersumber pada fakta pengetahuan dari wahyu. Sedangkan mistis religius adalah pola pikir rasional bersumber pada akal yang dilandasi pengetahuan wahyu.

Budaya Timur sangat kental dengan pola pikir mistis yang bersumber pada fakta empiris dan mistis bersumber pada wahyu. Budaya Barat sangat kental dengan pola pikir rasional empiris dan mistis materialis. Pola pikir yang tidak dimiliki oleh Barat maupun Timur adalah rasionalis ilmiah bersumber pada wahyu. Artinya Barat maupun Timur mengabaikan pengetahuan wahyu sebagai sumber pengetahuan ilmiah. Akibatnya pola pikir Barat dan Timur sama-sama berkembang pada pola pikir materialis.

Dominasi pemikiran Barat telah mendorong budaya pola pikir materalis menjadi trend dunia dan mengakar. Pola pikir umat beragama tergeser mengikuti pola-pola pikir ilmuwan materialis. Beragama tidak lagi menginduk pada pengetahuan wahyu tetapi lebih mengikuti pendapat-pendapat para pemikir bidang agama. Hasil pemikir-pemikir kaum agama diikuti, dikutif, dirujuk, disertai emosi keyakinan dan sedikit menggunakan nalar. Umat beragama nasibnya seperti pada awal perkembangan masyarakat Barat, mereka terpecah-pecah menjadi negara-negara bangsa akibat perbedaan kiblat pada hasil pemikiran manusia.

Sebenarnya jika disadari penjajahan ke seluruh dunia diawali dengan penjajahan pola pikir. Penjajahan pola pikir dilakukan dengan kekuatan politik, ekonomi,  senjata perang, dan teknologi informasi. Penaklukkan-penaklukkan ternyata bukan sebatas penyerahan kekuasaan tetapi menjadi ketidakberdayaan dalam berpikir. Dalam kondisi ketidakberdayaan berpikir, mental-mental miskin terus diciptakan berabad-abad hingga terbentuk menjadi tradisi turun-temurun. Pemahaman agama ditarik ke pola pikir material yang berkiblat pada pemikiran manusia, dan wahyu hanya ditafsir dari sudut pandang mistis agar masyarakat beragama tidak menemukan kebenaran nyata dan terus terlihat miskin di dunia hingga akhirnya agama akan ditinggalkan pengikutnya.

Barat menggaungkan kebebasan berpikir sebagai alat untuk menggiring umat beragama keluar dari komunitasnya, dengan memasukkan metodologi berpikir ilmiah material ke dalam pikiran umat beragama. Cara beragama bukan lagi beriman pada kitab suci, tetapi menjadi panatik pada hasil pemikiran agama. Isi kitab suci sengaja, dikondisikan, hanya diperdebatkan untuk urusan transenden, yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan di dunia, karena kebenarannya hanya akan diketahui di akhirat dihadapan Tuhan. Pada saat berdebat umat beragama seperti sedang membela agamanya, padahal mereka sedang diadu domba, untuk terus berdebat berebut kebenaran akhirat dengan mengadu kemampuan nalar di dunia. Hasilnya, kehidupan dunia tertinggal, umat beragama miskin dan terpecah belah.

Kemerdekaan berpikir harus dimulai dari menjadikan kitab suci sebagai induk pengetahuan, untuk dikembangkan sebagai sumber pola pikir, kajian ilmiah untuk menambah keyakinan kepada Tuhan. Keimanan harus tetap pada kitab suci, bukan pada hasil pemikirannya. Menjaga keimanan pada kitab suci akan tetap menghargai setiap pemikiran dan umat akan tetap terjaga dalam satu kesatuan. Saatnya melakukan refleksi dan terus memperbaiki kemampuan berpikir ilmiah bersumber pada kitab suci sebagai sumber dari segala sumber pengetahuan. Wallahu’alam.

Sunday, November 14, 2021

TIGA AYAT AMALAN ORANG PALING KAYA DI INDONESIA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Inilah tiga ayat amalan ilmu orang paling kaya di Indonesia, Aditya Prayoga. Kemungkinan, sedekahnya 500 persen lebih besar dari penghasilannya. Gagasan mendirikan Rumah Makan Gratis (RMG), bisa dibilang ide yang tidak bisa dipahami nalar rasional material. Dalam kondisi terbatas, pendidikan hanya sekolah dasar, rumah petakan kontrak, dan penghasilan tidak menentu, gagasan mendirikan RMG sangat tidak diterima nalar awam yang mainstream material. Inilah keunggulan orang-orang yang berpikir mengikuti logika Tuhan. Siapapun pelakunya, dari lapisan manapun, kalangan manapun dia akan tampil jadi sosok pribadi inspiratif dan edukatif.

Aditya Prayoga tidak sekolah khusus tentang agama, tetapi apa yang dilakukannya telah mengikuti apa yang telah diajarkan dalam pelajaran agama. Adit drop out dari dunia pendidikan, tetapi dia belajar dari sekolah kehidupan dengan merantau, terjun ke dunia real dan berusaha survival. Tulisan ini akan mengambil pelajaran-pelajaran penting yang bisa kita tiru dan ajarkan dalam dunia pendidikan. Banyak pesan moral yang harus kita renungkan dari kesuksesan Adit Prayoga yang berhasil membangun RMG dan berhasil membuka beberapa cabang di berbagai daerah. Inilah kunci kesuksesan Adit Prayoga yang bisa kita teladani.


Pertama,
komitmen Adit sebagai anak yang benar-benar berbakti pada orang tua sepenuh hati. Berbakti pada orang tua sebagai kunci sukses bukan semata dongeng rakyat tetapi sebuah ketetapan dari Tuhan yang bagi siapapun dapat melakukannya, dia akan mendapatkan apa yang diinginkannya. Berbakti pada orang tua adalah rumus sukses bisnis orang-orang China, rumus sukses para pengusaha, rumus ilmu sosial dasar, dan grand theory ilmu pendidikan. Allah telah menetapkan ketentuan ini sejak dulu hingga sekarang.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Al Israa, 17:23).

Ketentuan ini berlaku general tidak hanya untuk orang tua kandung, tapi untuk seluruh orang tua. Ketentuan yang berat ini, berhasil Adit aplikasikan dengan sempurna. Beliau mengurus seorang nenek yang hidup, sakit, sebatang kara hingga ajalnya tiba. Ketulusan Adit yang tidak berpendidikan tinggi dalam menghargai, menghormati, dan memelihara orang tua, telah mengguncang dunia spiritual. Malaikat bersujud dan Allah memuji prilakunya.

Kedua, secara faktual Adit tidak menjadikan shalat dan sabar sebagai ritual dan ucapan tanpa makna, tetapi menjadi alat berkomunikasi dirinya dengan Tuhan ketika berhadapan dengan kesulitan, dan tempat berkeluh kesah kesah tentang kondisi hidup yang dihadapinya. Kemampuannya dalam bersabar telah dibuktikan oleh Adit dengan mengambil ajaran yang terberat dirasa manusia, dan tidak semua orang bisa melakukannya yaitu:

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (At Thalaaq, 65:7).

Prilaku Adit bertentangan dengan pola umum tetapi sangat dianjurkan di dalam Islam, yaitu sedekah di kala sempit. Sedekah dikala tidak punya uang. Sedekah dikala sakit. Sedekah di kala tidak punya pekerjaan. Sedekah dikala tidak punya uang untuk bayar kontrakkan. Sedekah dikala hidup dilanda kegelisahan. Cara berpikir ini tidak dapat dijelaskan oleh cara berpikir rasional materialis, tapi hanya bisa dipahami oleh cara berpikir rasional religius.

Ketiga, Adit mengimplementasikan cara berpikir berkelimpahan sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, 1-1=700. Ini cara berpikir orang-orang besar terdahulu. Cara berpikir para Nabi dan cara berpikir para sahabat Nabi. Cara berpikir ini akan melahirkan semangat jiwa berkorban, semakin mengabdi pada Tuhan, dan semangat untuk mensejahterakan banyak orang. Ayat ini mengandung rumus bagaimana orang-orang besar dapat memperoleh keberhasilan yang besar. Rumus ini tidak dapat dipahami dengan matematika material, hanya bisa dipahami oleh matematika Al-Qur’an yang belum dapat diketahui turunan rumusnya tetapi bisa dibuktikan adanya secara nyata.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Al-Baqarag, 2:261).

Bagi siapapun yang berani hidup di jalan ini, pasti hidupnya sejahtera. Kuncinya hanya keberanian. Jika belum berani, sedikit-sedikit saja kerjakan tapi konsisten. Mari kita ajarkan pada anak-anak kita, agar mereka menjadi manusia-manusia pemberkah di masa mendatang. Ini standar kompetensi dari Tuhan. Jangan percaya apa yang saya katakan, pikirkan saja ayatnya! Wallahu’alam. 

Tuesday, November 9, 2021

SHALAT LIMA WAKTU DI AL-QUR’AN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Ada pernyataan seseorang yang menyatakan, “shalat lima waktu tidak ada di Al-Qur’an”. Kepada seorang yang mengatakan shalat tidak ada di Al-Qur’an, ayo kita diskusi!!!

Bagaimana menurut pendapat Anda?

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Nabi Muhammad SAW sumber syariatnya dari Al-Qur’an.

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

Diskusi

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat” (Huud, 11:114).

Kedua tepi siang = dua waktu

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)” (Al-Israa, 17:78).

sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam = dua waktu

subuh = satu waktu

dua waktu + dua waktu + satu waktu = lima waktu

 “Dari Abdullah Ibnu Amr Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Waktu Dhuhur ialah jika matahari telah condong (ke barat) dan bayangan seseorang sama dengan tingginya selama waktu Ashar belum tiba, waktu Ashar masuk selama matahari belum menguning, waktu shalat Maghrib selama awan merah belum menghilang, waktu shalat Isya hingga tengah malam, dan waktu shalat Shubuh semenjak terbitnya fajar hingga matahari belum terbit." Riwayat Muslim.

Sudah begitu saja diskusinya.

Terimakasih semuanya. Walahu’alam

Saturday, October 23, 2021

TINGKATAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Semua tujuan pengajaran untuk diri sendiri, orang lain hanya mendengar, mempertimbangkan dan memutuskan. Semua pengajaran konkritnya akan ditanggkap oleh diri kita dan orang lain adalah pengetahuan. Setiap orang punya level-level pengetahuan yang dipahaminya.

Secara singkat saya jelaskan bagaimana level pengetahuan seseorang dengan menggunakan analogi dari struktur benda. Level benda menurut fisika terdiri dari atom, molekul, partikel, dan quanta. Empat level benda ini saya bandingkan dengan konsep pengetahuan dalam pemikiran Islam sebagai berikut:

LEVEL PEGETAHUAN

LEVEL PENGETAHUAN

LEVEL PENGETAHUAN

ATOM

SYARIAT

FORMAL

MOLEKUL

TAREKAT

INTELEKTUAL

PARTIKEL

HAKIKAT

MISTIK

QUANTA

MA’RIFAT

PROPHETIK


(Sumber: Fritjop Capra, Fahrudin Faiz)

Level pengetahuan atom terdapat pada level pengetahuan awam level alam nyata. Pengetahuan yang didapat atau diterima begitu saja apa adanya. Pengetahuan yang diterima bersumber dari apa yang ditangkap dari panca indera; didengar, dilihat, diraba, dirasa dan dicium. Penngetahuan yang di dapat panca indera langsung diterima disimpan di memori tanpa ada proses pemahaman. Dalam teori pengetahuan Bloom, pengetahuan yang didapat panca indera ini ada pada level ingatan (recalling data). Orang yang pengetahuannya di level atom (benda besar) sama dengan level pengetahuan syariat (jalan besar) atau formal (pola umum). Tindakan orang pada level ini berdasar pendapat umum, opini atau apa kata orang banyak. Pada level ini orang melihat alam ini pada level benda-benda besar yang terpisah-pisah, out group-in group. Cintanya pada materi masih sangat besar.

Level pengetahuan molekul (pola khusus), merupakan level pengetahuan tarekat (jalan kecil) atau intelektual. Pengetahuan yang diterima seseorang sudah melalui proses pemahaman. Pada proses pemahaman sudah ada proses kerja akal. Setiap informasi yang diterima sudah melalui proses pemahaman sebab akibat. Pengetahuan orang pada level ini sudah mulai mendalam dan sedikit kritis. Prilaku orang pada level ini sudah memiliki dasar pemahaman mengapa suatu tindakan harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Pada level ini orang melihat alam sebagai kelompok-kelompok kecil yang terpisah-pisah, out group-in group. Cintanya pada materi sudah mengecil.

Level pengetahuan partikel (pola sangat khusus), merupakan level hakikat, atau mistik. Pengetahuan yang diterima melibatkan akal dan perasaan (hati). Pada level ini, pengetahuan yang diterima sudah melalui proses uji rasa. Setiap informasi yang masuk sudah melalui proses analisis dan evaluasi. Tindakan orang pada level pengetahuan ini, mempertimbangkan ketenangan jiwa, kesucian diri, dan tidak merugikan orang lain. Pada level ini orang melihat alam sebagai benda dalam bentuk individu-individu kesendirian. Menagsingkan diri, menjauhkan diri dari hiruk pikuk merupakan jalan hidup yang harus ditempuh untuk mendapatkan ketenangan dan kesucian diri. Cintanya pada materi hanya tinggal apa yang ada dalam dirinya.   

Level pengetahuan quanta, (pola general), merupakan level ma’rifat atau prophetik. Pengetahuan yang diterima sudah melalui proses sistesa antara akal dan perasaan mendalam, dengan tujuan-tujuan kemanusiaan. Pada level ini orang sudah bisa menemukan ketanangan sekalipun dalam hiruk pikuk kehidupan.  Pada level ini orang sudah melihat alam sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Keberadaan benda lain tidak lepas dari keberadaan benda-benda lain. Keberadaan dirinya tidak lepas dari keberadaan orang lain. Keberadaan dirinya tidak terlepas dari keberadaan orang lain. Antara dirinya dengan orang lain terikat oleh sebuah sistem yang saling berhubungan. Pola tindak orang pada level ini bukan hanya untuk kesenangan, ketenangan jiwa untuk dirinya sendiri. Tindakan-tindakan yang dilakukannya bukan saja untuk pertimbangan rasa untuk ketenangan dan kesejahteraan dirinya sendiri, tetapi sudah mempertimbangkan ketenangan dan kesejahteraan orang lain. Cintanya pada materi hanya terbatas apa yang dibutuhkan untuk hidup dan sebagian besar untuk kesenangan dan kesejahteraan orang lain.

Orang-orang pada level pengetahuan quanta, ma’rifat atau prophetik adalah orang-orang yang layak untuk menjadi guru atau pemimpin di muka bumi ini. Orang-orang pada level ini sudah melarutkan diri menjadi bagian dari sebuah sistem alam, yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga keharmonisan sistem kerja alam. Tuhan dengan dirinya sudah hampir tidak ada jarak. Jarak antara Tuhan dan dirinya hampir tanpa batas. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (Qaaf, 50:16). Pada level ini orang sudah mengenal sistem kekuatan di luar manusia yaitu Tuhan yang maha esa yang maha besar kekuasaannya.

Isi tulisan ini merupakan sintesa dari pemikiran-pemikiran yang telah ada. Semoga membantu mempermudah meningkatkan kapasitas diri kita sebagai manusia. Secara pribadi, berdasar tulisan ini saya semakin memahami diri bagaimana saya harus memantaskan diri menjadi manusia yang menyenangkan dan membahagiakan seluruh alam. Menurut saya ini jalan yang lebih mendekatkan diri kepada Tuhan tempat kita kembali. Wallahu’alam. 

Saturday, October 16, 2021

METODE BERAGAMA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Saya amati ada dua metode beragama yang ada di masyarakat. Metode pertama adalah metode langsung (direct). Pada metode ini seseorang bisa langsung berhubungan dengan Allah, tanpa perantara. Kedua, metode tidak tidak langsung (indirect). Pada metode ini seseorang untuk bisa berhubungan dengan Allah harus melalui perantara. Kedua metode ini perangkatnya sama yaitu otak, akal, dan penalaran.

Metode beragama secara langsung (direct), jika seseorang ingin berkomunikasi dengan Tuhannya bisa langsung mengakses sumber ajarannya yaitu kitab suci. Melalui kemampuan akalnya dan keilmuan yang dimilikinya, seseorang bisa membaca, memahami, mempraktekkan, menganalisis, mensintesis,  menemukan nilai etika dan moral yang terkandung dalam kitab suci yang diyakininya.

Metode langsung memosisikan bahwa manusia adalah makhluk sempurna, diberi alat yaitu otak, kapasitas akal dan penalaran. Metode langsung dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas dan keberanian untuk memahami kitab suci dengan kemampuan akalnya. Metode langsung dilakukan oleh orang-orang yang mengakui bahwa antara Allah dan dirinya tidak ada batas. Akal yang dimiliki manusia adalah anugerah dari Allah yang lebih dari cukup untuk bisa memahami ayat-ayat Allah sekemampuannya, karena manusia dipandang Allah bukan dari kapasitas keilmuannya tetapi ketakwaan akalnya kepada Allah.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujuurat, 49:13).

Pada dasarnya, ilmu hanya membantu pemahaman seseorang tentang hakikat Allah dan ciptaannya. Hasil dari kepemilikan ilmu adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah. Allah tidak mengukur berapa kapasitas keilmuan seseorang, tetapi Allah memuliakan berdasar keimanan dan ketaatannya. Allah tidak membedakan orang berdasarkan lulusan sekolah dasar dan perguruan tinggi, tetapi sejauhmana keimanan dan ketakwaan seseorang.

Dalam metode beragama tidak langsung (indirect); seseorang untuk berkomunikasi dengan Allah, tidak bisa langsung tetapi memerlukan bantuan dari orang-orang yang dianggap lebih paham dalam memahami ayat-ayat Allah. Untuk itu dibutuhkan guru pembimbing dalam memahaminya. Ketergantungan pada guru-guru pembimbingnya sangat erat, sehingga akalnya diposisikan terikat oleh apa yang telah dijelaskan oleh guru-gurunya. Dalam hal ini seperti penganut ajaran Nasrani yang sangat terikat kepada pemahaman para pendetanya. Tidak ada yang berhak memahami kitab suci kecuali para pendetanya.

Mereka yang beragama tidak langsung, akalnya tidak memiliki kebebasan dan memosisikan akalnya tidak pantas untuk memahami ayat-ayat Allah secara langsung. Akalnya dianggap memiliki keterbatasan dan rendah di banding dengan gurunya. Ketaatan pada gurunya terdahulu dianggap sebagai satu-satunya cara memahami agama.  

Dua metode ini masing-masing memiliki kelemahan. Kelemahahan dari dua metode beragama ini adalah egoisme, sikap berlebihan yang melampaui batas kewenangan bahwa Allah sebagai pemilik kebenaran. Kedua metode ini sama-sama akan terjebak pada egoisme individu atau kelompok, akibatnya akan terjadi saling klaim kebenaran dan menimbulkan perpecahan. Sikap egosime akan melampaui batas kewenangan dengan saling klaim sebagai pemilik kebenaran. Risikonya, secara berlebihan kelompok yang beragama secara langsung akan bergeser men-Tuhan-kan dirinya, dan kelompok yang tidak langsung akan men-Tuhan-kan guru-gurunya.

Dari dua metode ini tidak ada yang lebih diunggulkan, pemahaman yang harus dipahami bersama adalah sebagai umat beragama tidak pantas untuk mengambil hak Allah sebagai pemilik kebenaran. Sebagaimana para Nabi diutus ke bumi hanya untuk menyampaikan kebenaran dari Allah. Kebenaran-kebenaran dari Allah disampaikan kepada manusia untuk membimbing mereka agar bisa  hidup damai dan sejahtera di dunia dan akhirat.

Pada akhirnya manusia dengan kapasitas akalnya secara langsung atau tidak langsung akan mengambil pilihan berdasarkan keputusan dirinya masing-masing dan kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilan Allah. “orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.” (Al Insyiqaaq, 84:25). Dihadapan Allah tidak ada yang lebih mulia kedudukannya kecuali yang beriman dan bertakwa. Wallahu’alam. 

Wednesday, October 13, 2021

LEBIH BAIK JADI TANAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Akal itu berpikir, dan setiap akal memiliki pola berpikir sesuai dengan pengetahuan dan kebiasaanya yang dia lakukan. Pengetahuan yang sering dioleh oleh akal manusia akan menentukan arah pola pikir manusia itu sendiri. Jika manusia ini selalu mengolah pengetahuan berdasar pengalaman dan pendapat orang saja, maka dapat dipastikan dia sedang berpikir menggunakan pendekatan materialistik.

Ciri dari pola pikir orang beriman adalah selalu ada konsep akhirat di dalam pikirannya. Akhirat sebagai dunia yang hidup setelah kematian diyakini menjadi tempat kehidupan sebagai akibat dari kehidupan dunia. Kabar tentang dunia akhirat adalah kabar dari masa depan, yang dikabarkan oleh Allah swt kepada manusia.


“Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (Yasin, 36:54).

Dari masa depan Allah mengabarkan kepada kita bahwa di dunia akhirat kelak bukan mulut yang akan berkata dan memberi kesaksian, tetapi  tangan dan kaki kita. Di akhirat tangan akan berkata dan kaki akan bersaksi atas apa yang telah kita kerjakan di dunia sekarang. Maka, kehidupan yang kita terima di akhirat adalah akibat dari apa yang kita lakukan di dunia sekarang.

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Yasin, 36:65).

Orang-orang yang mendustakan adanya Tuhan, menganggap negeri akhirat sebagai dongengan orang-orang terdahulu. Mereka tidak yakin aka nada kehidupan setelah kematian, karena keyakinan mereka harus berdasar pada penglhatan dan pengalaman semata.

“yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu". (Al Mutaffifiin, 83:13).

Allah kembali mengabarkan bahwa di masa depan akan ada orang berkata, “alangkah baiknya jika aku menjadi tanah”. Perkataan ini adalah pealajara bagi kita yang hidup di masa lalu sekarang. Kabar ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an:

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu  siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah". (An Naba’, 78:40).

Mengapa orang-orang kafir berkeinginan menjadi tanah? Tanah itu tidak mengemban tugas seperti manusia, tetapi tanah banyak berjasa untuk kehidupan manusia. Manusi diciptakan dari tanah, hidup di atas tanah, makan dari tanah, kembali ke tanah. Pada hari perhitungan tanah bebas dari segala tuntutan, karena selama hidupnya tanah telah melaksanakan seluruh perintah Allah. Tanah tidak terikat perjanjian dengan Allah sebagai pengembagan amanah sebagaimana diemban manusia. Maka kelak di akhirat alangkah bahagianya jadi tanah yang bebas dari segala tuntutan. Walahu’alam.

Sunday, September 26, 2021

CARA MEMBACA TANDA-TANDA DARI ALLAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Dua sahabat dengan cepat telah pergi mendahului kita. Di saat-saat kita butuh kehadiran guru-guru terbaik untuk melahirkan generasi-generasi terbaik, Allah punya rencana lain, Allah memanggil sahabat-sahabat terbaik kembali pulang kepada-Nya. Rasanya ingin protes mengapa terjadi di saat-saat situasi sedang seperti ini? Untung saja ada sedikit kesadaran terbersit, bahwa orang-orang terbaik dihadapan Allah akan diuji dengan ujian-ujian besar agar selalu dekat dengan Allah.

Jika kita akan kehilangan sesuatu, sebenarnya Allah telah memberi tahu. Cara Allah memberi tahu dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada alam, hewan, teman, saudara, pikiran dan bisikan hati. Allah memberi tanda-tanda. Kemampuan kita membaca tanda-tanda dapat jadi pengingat diri menjadi selalu waspada.

Sebagaimana Allah memberi tahu dengan tanda-tanda alam, mendung sebagai tanda akan turun hujan, angin kencang sebagai tanda akan terjadi penggantian musim, banjir bandang sebagai tanda telah terjadi kerusakan hutan, gunung meletus sebagai tanda pergerakan dapur magma. Semua tanda dikejadian alam adalah Allah yang menggerakkan, manusia membaca sebab dan akibatnya sebagai tanda.

Kejadian alam di rumah, ketika nasi sering basi Allah memberi tanda. Burung menabrak kaca, kupu-kupu, ular, kelabang, serangga, masuk rumah adalah tanda. Hati tiba-tiba gelisah dan pikiran jadi berprasangka negatif itu adalah tanda-tanda. Ilmu tanda-tanda Allah kabarkan dalam Al-Qur’an.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh  tanda-tanda  bagi kaum yang memikirkan. (Al Baqarah, 2:164).

Lalu bagaimana kita membaca tanda-tanda? Bukan kejadian fisik apa yang akan terjadi yang kita baca. Bukan siapa yang akan berbuat dzalim kepada kita yang kita baca. Bukan penderitaan apa yang akan menimpa kita yang kita baca. Allah memberi kabar cara membaca kejadian di dalam Al-Qur’an.

“Bacalah atas nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,” (Al ‘Alaq, 96:3).

Membaca atas nama Tuhan berarti manusia tidak boleh sembarangan membaca tanpa ada petunjuk dari Allah. Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman adalah petunjuk membaca segala kejadian alam yang pada hakikatnya adalah tanda-tanda dari Allah.

Lalu bagaimana cara membaca tanda-tanda dari Allah berdasar petunjuk Al-Qur’an? Tanda-tanda dari Allah dapat dibaca oleh kaum yang memikirkannya, sebagaimana bunyi kata terakhir dalam Al Baqarah ayat 164, “la ayaatilliqoumi ya’qiluun”. Membaca kejadian sebagai tanda-tanda dari Allah adalah sebagai sebab dan manusia memikirkan akibatnya. Sebaliknya membaca tanda-tanda dari Allah sebagai akibat dan memikirkan sebabnya. Dua pola ini menjadi cara membaca tanda-tanda kejadian dari Allah. Untuk mempermudah kita buat tabel seperti di bawah ini, bacalah dari atas ke bawah pada tiap kolom agar bisa dipahami secara kronologis.

Tanda-tanda

Sebab

Akibat

Semua tanda-tanda kejadian adalah dari Allah

Membaca dengan memikirkan apa sebabnya

Membaca dengan memikirkan apa akibatnya

Menurut Petunjuk Allah, semua sebab kejadian baik dan buruk datang dari diri sendiri

Menurut petunjuk Allah semua akibat adalah apa yang dikehendaki Allah

Membaca sebab kejadian menurut petunjuk Allah adalah  berpikir, merenungi, merefleksi diri, atas apa-apa yang telah dilakukan di masa lalu.

Membaca akibat apa yang akan terjadi menurut petunjuk Allah adalah berpikir dengan bertauhid berserah diri atas apa yang akan terjadi sesuai kehendak Allah.

Perintah Allah, hapuslah keburukan dengan berbuat baik, atau ingat Allah banyak banyak agar akibat yang terjadi tetap baik.

Perintah Allah, “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (2:163)

Saya sederhanakan logikanya biar mudah memahaminya. Jadi jika kita mau membaca tanda-tanda kejadian dari Allah. Cara kerja logikanya sederhana, bacalah bahwa semua sebab kajadian yang kamu anggap buruk itu datang dari dirimu sendiri, dan bacalah semua akibat yang akan terjadi hanya Allah satu satunya yang tahu, tidak ada satu pun yang tahu selain Allah.

Harus kita pahami dalam hal membaca akibat-akibat yang akan terjadi, selalu ada manusia atau makhluk selain Allah yang merasa tahu. Manusia atau makhluk selain Allah ini kadang posisinya menjadi seperti Allah, dan inilah yang tidak boleh dilakukan oleh manusia, yaitu memiliki keyakinan  kepada selain Allah.

Jadi tanda-tanda itu hanya berfungsi sebagai peringatan untuk manusia, agar selalu ingat Allah, mohon ampun kepada Allah, dan berusaha memperbaiki diri dihadapan Allah, lalu setelah itu berserah dirilah atas segala akibat yang akan terjadi kepada Allah. Namun harus diingat, segala akibat yang akan terjadi jika kita telah memohon ampunan dan berserah diri kepada Allah, maka segala akibatnya adalah keberuntugan besar. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar.” (Al Buruuj, 85:11).

Begitulah cara membaca tanda-tanda dari Allah, semuanya dibaca atas perintah dari Allah. Hati-hatilah dari tanda-tanda itu, semoga iman kita tetap kepada Allah saja. Wallahu’alam.  

Wednesday, August 25, 2021

SURAT AL JIN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Surat Al Jin berisi tentang kisah ajaran ketauhidan yang di bawa Nabi Muhammad SAW. Jin adalah makhluk ghaib yang bisa membelok keimanan seseorang. Jin bisa membisikkan hati dan pikiran sehingga pandangan manusia berdasarkan pandangannya seperti melihat kebaikan. Jin bersama dengan orang yang mendua dan mentigakan Tuhan, padahal Allah telah menetapkan dirinya Tunggal.

“dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.” (Al Jin, 72:3).

Dijelaskan dalam surat Al Jin, orang-orang kurang akal bersekutu dengan Jin untuk menentang keesaan Allah. Mereka menghina Allah dengan melampaui batas. Mereka yang menghina Allah telah bersekutu dengan jin.

“Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah, (Al Jin, 72:4).


Allah sudah menetapkan ada dua jalan yang akan ditempuh manusia yaitu jalan kiri dan kanan. Jalan kanan adalah jalan mendaki yang ditempuh orang-orang shaleh. Orang-orang yang shaleh adalah mereka yang taat kepada Allah dan Rasulnya. Sebagaimana di dalam surat Al Jin dijelaskan:

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shaleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Al Jin, 72:11)

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. (Al Jin, 72:14).

Sesungguhnya tempat-tempat ibadah adalah tempat menyembah Allah, tidak ada yang disembah selain Allah. Tidak ada orang-orang yang wajib di sembah di tempat-tempat ibadah kecuali Allah. Orang-orang yang membuat tempat ibadah sebagai tempat menyembah manusia dan selain Allah, maka sesungguhnya mereka telah bersekutu dengan Jin.

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya. Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya". (Al Jin, 72:18-20).

Di dalam surat Al Jin, Nabi Muhammad sudah menetapkan bahwa masjid atau tempat ibadah adalah tempat menyembah Allah Yang Esa. Jin-jin memengaruhi untuk membelokkan hati, pikiran, pandangan, pendengaran, untuk menyembah orang atau selain Allah. Namun Nabi Muhammad SAW sebagaimana di wahyukan Allah tetap mengatakan, aku hanya menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah.

Jadi berdasarkan keterangan surat Al Jin, hidup manusia ada dua jalan. Mereka ada yang mengabil jalan lurus ada yang mengabil jalan sesat. Orang-orang yang mengambil jalan sesat adalah mereka yang menyekutukan Allah. Mereka menjadikan manusia sebagai sesembahannya dengan menyebut tuhan anak, tuhan ibu, dan tuhan bapak. Di dalam tempat-tempat ibadah orang sesat, mereka menjadikan patung-patung manusia sebagai sesembahannya.

Jadi mereka yang bersekutu dengan Jin adalah mereka yang menyembah kepada selain Allah dan mereka menjadikan manusia sebagai sesembahannya. Jadi sebenarnya, bagi orang-orang yang berakal sehat, surat Al Jin ini menjelaskan orang-orang yang sesat karena bersekutu dengan Jin. Jadi dalam surat Al Jin, dikabarkan Nabi Muhammad SAW mendapat godaan dari jin-jin, namun Nabi Muhammad tetap bersikukuh berpegang pada wahyu Allah, bahwa “aku hanya menyembah Allah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Nya.”  

Inti dari surat Al Jin adalah menegakan ajaran ketauhidan, dan manusia harus berhati-hati pada Jin karena jin bisa menyesatkan ketauhidan manusia. Selain itu, ajaran agama yang benar adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan. Jika ada manusia-manusia menjadikan masjid, tempat-tempat ibadah sebagai tempat menyembah selain Allah, maka orang-orang itu tidak sedang berada dijalan lurus, mereka tersesat bersama jin-jin yang menyesatkannya. Jadi siapa yang bersekutu dengan jin? Jawab dengan akal sehat. Wallahu’alam.

Monday, August 23, 2021

SAKSI MUHAMMAD UTUSAN ALLAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sudah 30 tahun lamanya tidak jumpa kawan semasa SMA, ketika bertemu diskusi tak terasa sampai menjelang pagi. Diskusi-diskusi menarik sekitar masalah kehidupan pribadi, keluarga, dan bangsa. Namun diskusi lebih banyak tentang masalah pribadi yang berkaitan dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya jarang didiskusikan karena tabu. Saya mengingatkan kawan-kawan bahwa usia kita sudah kepala empat hampir masuk umur 50. Sudah saatnya kita bertanya mencari pengetahuan tentang hakikat kehidupan.

Diskusi pun berlangsung hangat ditemani kopi dan mie baso buatan istri.  Pertanyaan-pertanyaan nyeleneh pun bermunculan. Apakah benar Nabi Muhammad itu ada, dan apakah Nabi Muhammad itu utusan? Pertanyaan itu pernah ditanyakan pada ustad, lalu dijawab oleh ustad dengan jawaban yang tidak memuaskan dengan menyuruhnya kembali bersyahadat.

Baiklah saya akan membantu saudara kita yang memiliki pertanyaana seperti ini. Saya tidak marah dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, karena saya merasa bahwa mereka butuh jawaban dan yang ditanya harus memberi jawaban untuk menolong mereka yang punya pertanyaan.

Saksi Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah adalah Allah. Ketika Nabi Muhammad bertemu dengan malaikat Jibril di Gua Hira tidak ada saksi manusia. Kejadian bertemunya Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril, saksinya adalah Allah swt. Maka dari itu Allah sebagai saksi kerasulan Nabi Muhammad SAW memiliki kekuatan yang tak terbantahkan.

Berbeda jika saksi kerasulan seorang nabi saksinya manusia. Derajat kerasulan seorang nabi dengan kesaksian manusia kebenarannya tidak 100 persen, karena ada faktor yang membuat kesaksian manusia tidak dapat dikatakan 100 persen benar, yaitu posisi manusia yang punya potensi salah dan benar. Jadi kesaksian manusia tentang kerasulan sebagai syarat kerasulan tidak memiliki derajat kesaksian yang kuat, artinya masih bisa terbantahkan karena kesaksian manusia bisa kemungkinan salah.

Lalu apa buktinya bahwa kerasulan Nabi Muhammad saksinya Allah swt. Allah kan tidak terlihat, tidak bicara langsung seperti manusia, tidak menulis kitab sejarah seperti manusia? Bagaimana membuktikannya bahwa Allah telah menjadi saksi kerasulan Nabi Muhammad? Untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad sebagai rasul saksinya Allah, kita dapat mengecek kebenaran kitab suci A-Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad sebagai utusan.

Di dalam Al-Qur’an dikatan bahwa orang-orang menganggap Nabi Muhammad saw tidak sehat akal, karena mengatakan sesuatu kebenaran tetapi tidak memiliki saksi manusia seorang pun. Kejadian ini terekam di dalam ayat Al-Qur’an.

“sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman utusan yang mulia”. (At takwir, 81:19). Melalui ayat ini Allah menegaskan Allah menjadi saksi bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar firman yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad saw.

Selanjutnya Allah menjelaskan lagi, “Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila”. (A takwir, 81:22). Ayat ini menegakan Allah menjadi saksi bahwa apa yang disampaikan Nabi Muhammad saw adalah kebenaran dari Allah.

“Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang”. (At Takwir, 81:23). Ayat ini menegaskan lagi bahwa Allah menjadi saksi pertemuan antara Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril.

Sekanjutnya kesaksian Allah dipertgas lagi, “Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib. Dan apa yang dikatakan Muhammad (Al Qur'an) itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk,” (At takwir, 81:24:25).

Jadi kenabian nabi Muhammad SAW sebagai Rasul saksinya bukan manusia tapi langsung Allah swt, dan kesaksian itu tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an, kemudian Allah juga menegaskan bahwa wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad bukan perkataan setan. Artinya Allah ingin menegaskan bahwa wahyu Al-Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad adalah juga kebenaran dari Allah.

Lalu untuk menujukkan eksistensi-Nya, Allah menantang atau mengingatkan manusia dengan bersumpah, “Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam, demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing,” (At takwir, 81:15-18). Sumpah Allah ini ditujukan untuk orang-orang yang ingin membuktikan eksitensi Allah, mereka diminta untuk memperhatikan bagaimana pergerakan bintang-bintang dengan keteraturan dan fenomena-fenomenanya.

sesungguhnya perkataan Muhammad (Al Qur'an) benar-benar firman Allah dari utusan yang mulia (Jibril), (At Takwir, 81:19). Jadi berdasarkan ayat ini, Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad adalah firman Allah. Untuk itu jika ingin membuktikan kebenaran bahwa Allah yang menjadi saksi kenabian Nabi Muhammad, maka Allah mempersilahkan kepada seluruh manusia untuk menguji dan membuktikan kebenaran-kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an dengan memperhatikan alam semesta ciptaan-Nya.

Saya berpikir, sejak saya dilahirkan matahari, bulan, gunung, laut, udara, air, api, sudah ada. Fasilitas hidup ini saya gunakan setiap hari, tanpa tahu asal-usulnya dari mana. Teralu berat dan rumit untuk otak saya harus mencari tahu sendiri siapa yang menyediakan fasilitas ini semua. Beruntung ada firman Allah berisi informasi, pengetahuan, yang dibawa Nabi Muhammad, SAW sehingga saya bisa mengungkap dan menemukan jawaban-jawaban untuk membuktikan kebenaran. Wallahu’alam.