Sunday, September 29, 2019

TERJEBAK DIRI SENDIRI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Prof. Ika Rochdjatun Sastrahidayat mengatakan, “Jika ada orang berbicara, menyampaikan  firman Allah dalam kitab suci, maka dengarkanlah dengan seksama jangan melihat siapa yang menyampaikannya". Jika ada orang sedang meyampaikan kitab suci, lalu ada orang mengatakan, "jangan didengarkan karena dia bukan golongan kita, atau pendidikannya tidak sesuai, maka orang itu sedang disesatkan”.

Firman Tuhan tidak akan berubah kualitasnya hanya karena siapa orang yang menyampaikannya. Banyak orang terjebak dan tidak mendapat hidayah kebenaran dari Allah, karena melihat siapa yang menyampaikannya.

Banyak orang terjebak dengan pendidikan, gelar, tampilan, terlalu menyucikan makhluk, mengultuskan individu, dan terlalu egois. Jebakan-jebakan ini banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jebakan-jebakan ini menjadi sebab manusia sulit mendapat pelajaran dari Allah.

Kitab suci adalah perkataan atau lisan Allah. Firman Allah dalam kitab suci akan disampaikan oleh seluruh makhluk yang ada di muka bumi. Setiap kejadian alam, di bumi dan di langit, ada kalimat kalimat Allah di dalamnya. Pada prinsipnya alam semesta sedang menyampaikan kalimat kalimat Allah.

Kehidupan sosial, politik, budaya, adalah fenomena yang sedang menyampaikan kalimat-kalimat Allah. Kehidupan sehari-hari, obrolan, tayangan televisi, terdapat kalimat-kalimat Allah.

Untuk itu, penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan, guru, mahasiswa, pelajar, pada hakikatnya sedang mencari kalimat-kalimat Allah dari materi ajar yang dipelajarinya. Seorang ilmuwan yang bisa menemukan teori, menemukan teknologi, belum tuntas penelitiannya sebelum menemukan dan menyampaikan ada kalimat-kalimat Allah dalam ilmu yang ditemukannya.

Seluruh guru mata pelajaran di sekolah pada intinya harus mengabarkan kepada seluruh siswa tentang kalimat-kalimat Allah karena itu esensi dari seluruh mata pelajaran. Sudah sekian lama kegiatan belajar di sekolah kering makna, karena sedikit sekali ditemukan kalimat-kalimat  Allah dalam setiap pembelajaran. Kalimat-kalimat Allah hanya disampaikan dalam mata pelajaran agama, dan anak-anak kita terjebak oleh mata pelajaran yang tidak berkenalan dengan Allah.

Masyarakat ketika belajar agama, sering terjebak oleh siapa orang yang menyampaikannya, dari mana pendidikannya, dari mana kelompoknya, dari mana alirannya? Pola pikir masyarakat seperti ini menjadi sebab miskinnya hidayah dan berkah ilmu dari Allah, karena kita terjebak dan tidak sadar telah menolak kebenaran-kebenaran dari Allah karena tertutup oleh siapa yang menyampaikan bukan apa yang disampaikannya.

Dalam surat Al-Alaq kita sudah diperintahkan, “sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan), (Al ‘Alaq, 96:19).

Allah memberitahu kepada seluruh manusia, jangan berpaling dari kebenaran Allah karena melihat sukunya, bangsanya, negaranya, rasnya, alirannya, kelompoknya, pendidikannya, pakaiannya, gelarnya, egonya, atau prasangka buruk. Temukanlah kalimat-kalimat Allah dari seluruh jagat raya ini, karena jagat raya adalah ayat-ayat Allah yang mengabarkan kepada manusia tentang kebenaran-kebenaran Allah yang nyata.

PENDIDIKAN ADALAH MENGAJARKAN KALIMAT-KALIMAT ALLAH YANG ADA DALAM SELURUH MATA PELAJARAN (MUHAMMAD PLATO)
Jangan menjadi orang buta, tuli, dan bisu, dalam mengenal kalimat-kalimat Allah, hingga hati kita menjadi buta. Hati yang buta adalah jiwa kita yang sudah terjebak oleh pikiran yang memandang baik ciptaan-ciptaan Allah hingga menghalangi kebaikan-kebaikan dari Allah. 

“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al Hajj, 22:46).

Lalu apakah penyebab terjebaknya diri kita dari mengenal kalimat-kalimat Allah? Itu karena kita berprasangka menurut persepsi kita sendiri, tidak mengikuti petunjuk-petunjuk berpikir yang benar dari Allah yang tertuang dalam kitab suci Al-Qur'an. Sesungguhnya kita sering terjebak oleh persepsi diri kita sendiri, karena tidak berani belajar memahami kalimat-kalimat Allah dari kitab suci. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer logika Tuhan)

Tuesday, September 24, 2019

KANGEN ALLAH KARENA TERSESAT DUNIA MATERI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Fitrah manusia adalah kangen Allah. Sekalipun Atheis, manusia akan kembali kepada Pencipta. Para ahli neurologi membuktikan ada titik Tuhan di dalam otak manusia, yang menjadi sebab di dalam diri manusia akan selalu ada Tuhan. 



“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”. (Faathir, 35:15).

Titik tuhan ini dikenal dengan God Spot. Ini bukti kemurahan Tuhan kepada manusia, Dia tidak menciptakan manusia di muka bumi tanpa rahmat dan kasih sayangnya. Setiap manusia diberi potensi untuk mengenal Tuhannya dengan adanya titik Tuhan dalam otak. Inilah dalil yang menjelaskan bahwa di dalam diri manusia ada titik Tuhan.

Maka apabila  telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". (Shaad, 38:72).

Konsep Tuhan selalu ada dalam pikiran manusia. Setiap manusia akan mencari siapa Tuhannya. Ketika manusia menjadi penghuni bumi yang bersifat materi, dia akan terjebak dengan kehidupan materi dan menemukan Tuhannya sesuai dengan kemampuan panca inderanya. Panca inderanya mempersepsi setiap benda dan menjadikan tuhan-tuhan sesembahannya. Dunia yang bersifat materi akan selalu menjebak manusia dalam mengenal tuhan, dan tersesat dalam dunia materi.

Untuk itulah manusia membutuhkan petunjuk (pengetahuan) dari Tuhan, maka Tuhan mengutus para Nabi dan Rasul pemberi petunjuk dilengkapi dengan kitab suci. Manusia diajak berpikir (membaca) alam semesta dengan memberi tahu bahwa Tuhanlah penciptanya. Diberi tahulah konsep iman, yaitu membakukan Tuhan Yang Maha Esa sebagai sebab dari segala kejadian.

"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Al Baqarah, 2;151).

Akhirat adalah pengetahuan dari Tuhan, yang tidak diketahui keberadaannya oleh manusia. Tuhan mengabarkan bahwa orang-orang yang mengenal kehidupan akhirat adalah orang-orang yang telah disucikan Tuhan.

“Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat". (Shaad, 38:46)

MANUSIA SUCI DAN BERAKHLAK TINGGI ADALAH MEREKA YANG SELALU MENGINGATKAN SEMUA ORANG TENTANG ADANYA NEGERI AKHIRAT (MUHAMMAD PLATO)
Akhirat adalah konsep alam non materi yang karakateristiknya berbeda dengan alam materi. Akhirat bersifat pasti dan alam materi bersifat relatif. Tanpa keyakinan pada hari akhirat, manusia tidak akan memiliki kepastian dalam hidup. Mengenal karakersitik alam akhirat adalah pintu bagi manusia untuk mengenal lebih dekat siapa Tuhannya.

Alam akhirat adalah tempat hidup manusia setelah kematian. Di alam akhirat, manusia akan menemukan keadilan yang memperhitungkan segala perbuatan dimuka bumi untuk mendapat balasan. Tuhan akan memperlihatkan kemurahannya kepada manusia-manusia berakhlak tinggi, dengan memberikan kehidupan yang menyenangkan dan mendapatkan segala apa yang diinginkannya selama hidup di dunia materi. Di akhirat manusia bisa melihat dan bahagia tanpa batas bertemu dengan Tuhannya. Inilah kehidupan sejahtera yang dinanti-nantikan oleh manusia berakhlak tinggi.

Hidup di dunia materi bagi manusia-manusia berakhlak tinggi seperti hidup dalam penjara, namun berasa nikmat karena harapannya selalu optimis, karena kelak akan bertemu dengan Tuhannya dan terbebas dari segala penderitaan. Manusia berakhlak tinggi, tidak akan menukar kesenangan sementara dengan kesenangan abadi bersama Tuhannya di akhirat.

Manusia berakhlak tinggi, akan selalu kangen bertemu dengan Tuhannya. Manusia berakhlak tinggi, sangat menanti-nantikan tibanya saat bertemu dengan Tuhan. Saat itu diawali dengan datangnya kematian yang dihadapi dengan senyuman. Apapun yang dilakukan manusia berakhlak tinggi di muka bumi, tidak lepas dari hitung-hitungan keuntungan di akhirat. Segala tindakan manusia berakhlak tinggi di muka bumi, tujuannya adalah menciptakan rasa damai dan kesejahteraan untuk umat manusia dan alam semesta.  

Manusia bermoral tinggi, adalah mereka yang selalu kangen bertemu dengan Tuhannya. Dunia materi dikuasainnya dan tidak sulit melepaskannya. Melepaskan dunia materi adalah sarana untuk bertemu dengan Tuhan. Semakin besar kekuasaannya di dunia materi, semakin banyak manusia disejahterakannya.

Dari dulu sampai sekarang, alam materi ini membutuhkan manusia-manusia (pemimpin) yang selalu kangen bertemu dengan Tuhannya Yang Esa. Di tangan manusia-manusia kangen pada Tuhan, alam materi ini akan terjaga keseimbangan dan kesejahteraannya.

“Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan. (Yasin, 36:83). Manusia-manusia berakhlak tinggi, menanti saat-saat bertemu dengan Allah tuhannya dalam keadaan suci. Manusia diciptakan dari citranya Yang Maha Suci maka harus kembali dalam keadaan suci. Ya Rahman, semoga kami semua dikembalikan dalam keadaan suci. Wallahu’alam.


(Penulis Master Trainer Logika Tuhan).

Sunday, September 22, 2019

MANUSIA LABA LABA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Al Ankabut, 29:41).

Untuk memahami perumpamaan dalam ayat di atas, simak penjelasan Prof. Ika Rochdjatun Sastrahidayat (IRS). Menurut Beliau, perumpamaan ini terletak pada kelakuan laba-laba. Pertama, laba-laba itu kelakuannya soliter (menyendiri), maka sulit menternakkan laba-laba, berbeda dengan tawon karena sifatnya komunal. Laba-laba jika bisa diternakkan kita bisa menghasilkan benang. Jika manusia sifatnya soliter (menyendiri), itu tidak sesuai dengan fitrah manusia.

Manusia laba-laba adalah manusia yang bertuhan pada hawa nafsunya, dan tidak mau diatur oleh Tuhannya. Manusia laba-laba ialah mereka yang mencari pembenaran bukan pada aturan dari Allah tetapi berdasar pada kesenangan, kebanggaan, dan pendapatnya, untuk eksistensi dirinya sendiri. Manusia laba-laba bertuhan pada selain Tuhan, mereka umpama berpegang pada tali yang rapuh seperti rapuhnya rumah laba-laba.

Kedua, laba-laba itu kanibal. Laba-laba betina setelah melakukan perkawinan dengan laba-laba jantannya yang lebih kecil, maka laba-laba betina akan mengikat jantannya dengan benangnya untuk makanan anaknya. Prilaku ini tidak mungkin terjadi pada manusia, yang harus membangun rumah tangganya untuk melahirkan pemimpin yang kuat, dengan menghormati laki-laki sebagai kepala rumah keluarga.

ANAK-ANAK HARUS HIDUP DENGAN FITRAHNYA YAITU MENERIMA PERBEDAAN DAN HIDUP DALAM KEBERSAMAAN MEMBANGUN NEGARA YANG KUAT (MUHAMMAD PLATO)
  Ketiga, laba-laba itu beranak puluhan bahkan ratusan dalam sarang yang sempit. Akibatnya saling injak antara satu dengan yang lainnya dan saling memangsa karena mereka predator. Prilaku serangga menggambarkan kehidupan yang tidak islami karena tidak mengikuti kaidah-kaidah sistem sosial. Jika kita hidup dalam rumah dengan sistem sosial seperti itu, maka kita sedang hidup dalam rumah-rumah yang rapuh.

Indonesia adalah tempat tinggal kita, keluarga besar kita. Syiria, Irak, Libya, Mesir, dan Yaman, mereka porak poranda. Mereka adalah contoh negara-negara yang hidup dalam rumah-rumah yang rapuh seperti rumah laba-laba. Indonesia adalah negara teraman di dunia. Indonesia harus diselamatkan dari manusia-manusia yang berkarakter laba-laba.

Belajar dari perumpamaan laba-laba, tujuan pendidikan adalah menciptakan karakter-karakter anak sebagai anggota masyarakat yang sesuai dengan fitrah manusia yaitu sebagai manusia sosial. Manusia sesuai fitrah yaitu yang saling tolong menolong, bekerjasama, bahu-membahu untuk menjaga kedamaian dan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan-tujuan pendidikan di sekolah tidak akan berhasil melahirkan manusia-manusia berjiwa sosial, jika masih ada manusia-manusia berkarakter laba-laba yang anti sosial. Kita harus bersatu padu, untuk membangun rumah yang kuat, yang dibangun dengan menegakkan ajaran-ajaran ilahiah, yang lebih mengutamakan persatuan, kebersamaan, perdamaian, saling membantu, bahu-membahu, untuk mewujudkan keluarga dan negara sejahtera.

Dalam masyarakat sejahtera tidak menutup adanya perbedaan, tetapi punya komitmen bersama untuk tetap bersatu padu dan kompak, menjaga rumah tempat hidup kita agar tidak rapuh. Hakikatnya nilai-nilai ilahiah dari ajaran Islam lahir untuk mempersatukan manusia dalam kehidupan yang majemuk. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

MENCARI RIDHA ALLAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Salam hormat untuk Prof. Dr. Ika Rochjatun Sastrahidayat, guru Besar universitas Brawijaya. Saya menonton penjelasan Bapak melalui tayangan youtube. Saya mendapat inspirasi dari penjelasan Bapak dan saya beriman kepada dalil-dalil yang bapak sampaikan. Menurut pendapat saya, Bapak benar karena apa yang Bapak sampaikan adalah Al-Qur’an. Bapak juga tidak mengklaim sebagai pemilik kebenaran, tetapi hanya menyampaikan kebenaran. Izinkan saya mengulas, apa yang Bapak sampaikan melalui tulisan.

Secara ekplisit Allah menjelaskan siapa orang-orang yang akan mendapat ridha-Nya. Ayat ini sudah saya baca berkali-kali, baru kali ini saya sadar bahwa ini ayat luar biasa. Jika kita memahami dan menghayati ayat ini, bangsa Indonesia akan bangkit menjadi bangsa besar dan menjadi pemimpin dunia.


Masalah besar bangsa kita adalah di sekitar ridha Allah. Permasalahan kemiskinan, korupsi, kesehatan, pencemaran, dan lemahnya sumber daya manusia, bersumber pada  minimnya manusia-manusia yang diridhai Allah. Berikut saya rekam dari penjelasan Profesor, siapa orang-orang yang diridhai Allah.

BERKORBAN

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Al Baqarah, 2:207). Isinya jelas, orang-orang yang diridhai Allah adalah yang berkorban.

BERINFAK

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. (Al Baqarah, 2:265).

MENDATANGI BAITULLAH

“…dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridaan dari Tuhannya…” (Al Maidah, 5:2)

BERPEGANG PADA AL-QUR’AN

Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al Maidah, 6:52). Singkirkan kitab-kitab lain, karena dengan kitab Allah orang-orang akan mendapatkan keridhaan-Nya. Jika sudah jelas di dalam Al-Qur’an kita dapat kebenaran, maka pegang kitab itu dan abaikan kitab lain. Syiah dan Sunni saling serang karena hadis.

BERJIHAD

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al ‘Ankabuut, 29:69). Berjihad adalah berbuat kebaikan dengan jiwa dan raga.

MENYERU KEMBALI PADA TUHAN

“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang dzalim”. (Al An’aam, 6:52).

RIDA PADA PEMBERIAN ALLAH

"Jika mereka sungguh-sungguh rida dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka). (At Taubah, 9:59). Implementasi dari ayat ini adalah bersyukur.

MEMBERI KEPADA KERABAT DAN FAKIR MISKIN

Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung. (Ar ruum, 30:38).

RIDA KEMBALI PADA ALLAH

“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya”. (Al Fajr, 89:28). Jiwa berbeda dengan ruh, nafs, qalbu. Kita harus berjuang menjadi jiwa yang terpanggil kepada ilahi.
Demikian saya jelaskan apa yang dijelaskan oleh Prof Ika. Semoga bermanfaat dan Allah membimbing kita selalu berada di dalam rida Allah.

Penjelasan penulis, semua yang dijelaskan oleh Prof. Ika adalah bagian dari implementasi shalat. Sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, orang-orang yang shalat tidak berbuat keji dan munkar. “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Ankabuut, 29:45).  Orang-orang yang tidak keji dan munkar adalah mereka yang disampaikan oleh Prof. IRS dari Al-Qur’an memiliki sembilan kriteria. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan) 

Saturday, September 21, 2019

DAKWAH ATAU GHIBAH?

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Dakwah itu sama dengan mengajar. Guru, ustad, kiyai, profesor, ulama, tugasnya adalah mengajar sebagaimana tugas para nabi. Untuk itu para pengajar adalah pewaris para nabi, karena memiliki tugas yang sama dengan nabi. Mengajar harus mengacu kepada cara-cara nabi. “Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". (Yasin, 36:17)

Materi mengajar sumbernya dari sunnah dan kitab suci Al-Qur’an. Siapapun orangnya, mau guru, ustad, kiyai, profesor, ulama, jika etika mengajarnya bertentangan dengan sunnah dan kitab suci, dia telah melanggar ketentuan Allah.

Bagi penulis mengajar atau dakwah adalah memberikan penjelasan tentang suatu kejadian, berdasar ketentuan dari Tuhan. Arifin dan Arifin (2019:80), menjelaskan tiga materi esensial yang dibutuhkan manusia dalam pengajaran yaitu, physical, intellectual, and spiritual (divine law, belief, ethics and moral character). Konten pengajaran tidak boleh menyalahkan pendapat orang lain, atau membenarkan pendapat sendiri. Pengajaran harus berisi penjelasan tentang suatu perkara yang dijelaskan berdasarkan ketentuan yang terjadi di alam dengan tinjauan yang bersifat holistik.

ISI DAKWAH ITU MENYAMPAIKAN KALIMAT-KALIMAT ALLAH BUKAN MENGHINA ATAU MERENDAHKAN MANUSIA LAIN (MUHAMMAD PLATO)
Mengajar juga tidak boleh memiliki tendensi menyudutkan pendapat orang lain, atau mengkafirkan kelompok lain. Mengajar tidak boleh menghina, atau merendahkan manusia satu dan yang lainnya. Pengajar harus selalu menjelaskan dan mengingatkan bahwa kebenaran milik Allah dan kesalahan milik manusia.

Mengajar adalah mengajak diskusi pada orang lain. Mengajak diskusi bukan mendoktrin orang lain supaya ikut pendapat kita. Tetapi memberi penjelasan logis berdasarkan ketentuan dalil dan kejadian alam secara holistik.

Diskusi berarti mengajak berlogika, berpikir sebab akibat merujuk pada dalil. Berlogika yang diharamkan adalah melepaskan dalil dan hanya terpaku pada kebenaran berdasar pembuktian di alam. Berlogika menurut tuntunan harus merujuk pada dalil dan menjelaskan semampunya agar bisa dipahami manusia di kehidupan nyata. Pengakuan benar dan tidaknya pengajaran tergantung pada yang diajari atas keyakinannya pada Tuhan. Hak yang diajari adalah berpikir menerima atau menolak apa yang dijelaskan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Mengajar adalah menjelaskan dalil agar dipahami dalam kehidupan sehari-hari. Setelah dijelaskan, pengajar menyerahkan semua kebenaran kepada Tuhan, dan membiarkan orang-orang untuk berpikir memahami materi pengajaran dengan logikanya masing-masing. Perihal mereka mau membenarkan atau menyalahkan, itu urusan yang mereka dengan Tuhannya.

Pengajar tidak boleh memaksakan kebenaran hingga bertendensi mengajarkan kepada umat untuk merendahkan orang lain, dan tidak boleh memposisikan diri sebagai pemilik kebenaran. Pengajar hanya bisa menyampaikan pembenaran menurut pendapat pribadinya, dan tidak menjamin pendapatnya paling benar. Pengajar hanya bisa berdoa kepada Tuhan semoga pengajarannya memberi inspirasi dan membawa orang-orang yang diajarinya cenderung pada kebenaran milik tuhan, Allah swt. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

IMANI DALILNYA BUKAN PENDAPATNYA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Barang siapa beriman kepada keterangan, tetapi tidak merujuk kepada sunnah dan kitab Nya batallah keimanannya. (Muhammad Plato). Perpecahan umat manusia, sebagaimana diberitakan di dalam Al-Qur’an, hal itu terjadi akibat ada tuhan-tuhan selain Allah yang ditaati.

Perpecahan umat manusia terjadi karena hadirnya tuhan-tuhan selain Allah. Tuhan-tuhan selain Allah berwujud dalam bentuk nafsu membela aliran, organisasi, atau guru. Penulis sering menyaksikan ketidakkompakkan penganut agama terjadi akibat perbedaan pandangan yang mengatasnamakan aliran, golongan atau guru.

Guru bisa jadi tuhan-tuhan pemecah belah, karena ada murid-murid yang fanatis dan beriman kepada pendapat gurunya bukan kepada dalil dibalik pendapat guru. Guru harus selalu menjelaskan bahwa apa yang dijelaskannya bersumber pada pemahaman terhadap dalil, jika itu dipersepsi benar oleh murid-murid, imani dalilnya bukan gurunya. Allah pemilik kebenaran dan guru pemilik kesalahan, batal jika keimanan jika berimanan kepada pemilik kesalahan.



Kita pernah mengalami terjadi perbedaan dalam menentukan waktu, atau tempat ibadah. Rujukan perbedaan sering berargumen pada pendapat-pendapat para guru, bukan pada dalil. Sebaiknya jika terjadi perbedaan pendapat dalam menafsir dalil, maka harus sepakat dicari pemahaman terhadap dalil yang bisa diimani bersama dengan fokus persatuan dan perdamaian tetap terjaga.

Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (Al Mukminun, 23:53).

Harus disadari, perpecahan adalah sumber kebangkrutan sebuah bangsa. Rasa bangga tiap golongan menjadi sebab perpecahan dan kebangkrutan.

Dalam menengahi perbedaan pemahaman, harus sepakat kembali pada dalil yang dapat diimani bersama, salah satunya yaitu dalil tentang larangan berpecah belah. Untuk mendukung itu kita harus kembali pada dalil tentang fungsi kepemimpinan sebagai pengambil keputusan.

Perpecahan terjadi karena rasa bangga sebagai pengikut golongan dan mengingkari dalil yang memerintahkan untuk taat pada pimpinan. Ketaatan pada pimpinan menjadi karakter yang harus diajarkan kepada anak-anak bangsa secara turun-temurun.

Kebangkrutan sebuah bangsa, akan terlihat diawali dari keanggkuhan dan kebanggaan rakyatnya dihadapan para pemimpinannya. Ketidakpercayaan rakyat kepada pemimpin adalah tanda bahwa bangsa itu sedang dilemahkan kedaulatannya oleh Tuhan. Kelemahan bangsa bisa terlihat dari prilaku masyarakat yang mengimani pendapat-pendapat manusia, bukan dalil-Nya.

Kekuatan bangsa hanya bisa dikembalikan dengan mendidik rakyat untuk kembali beriman kepada dalil-dalil yang menganjurkan persatuan dan larangan berpecah belah. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mengajarkan dalil-dalil tentang kewajiba menghormati dan menghargai pemimpin demi terjaganya kedaulatan dan kesejahteraan seluruh warga negara. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An Nisaa, 4:59).

Jika terjadi perbedaan pendapat, kembalilah kepada Allah dan Rasul. Artinya kembalilah kepada perintah Allah dan Rasulnya untuk menjaga persatuan dan perdamaian untuk kesejahteraan umat manusia. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

Monday, September 16, 2019

BERBISNIS DENGAN ALLAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Tiga orang alumni, menemui dengan santun. Mereka minta restu dan tanda tangan untuk direkomendasi mendapatkan beasiswa. Dengan senang hati saya melayani mereka. Saya senang kepada anak-anak yang punya motivasi dan berusaha terus mencari ilmu dengan berbagai cara. Beasiswa adalah harapan anak-anak yang kondisi ekonominya kurang beruntung. Saya juga sangat berterimakasih kepada lembaga-lembaga sosial yang memberi peluang kepada anak-anak untuk mendapatkan pendidikan tinggi melalui beasiswa.

Tiga lembar surat mereka sodorkan, saya tanda tangani surat tersebut dengan ucapan bismillah, dan iringan doa. Semoga Allah memberi kelancaran untuk urusan mu yang satu ini. Amin.

Setelah saya tanda tangan, saya ajak anak-anak berbincang. Saya bertanya, “apa andalan mu, sehingga kamu layak menerima bea siswa?”. Mereka tersenyum, tidak menjawab. Lalu saya berkata, “mau saya kasih kamu bekal?” iya jawab mereka.

Allah memberi kesejahteraan kepada orang-orang yang dekat dengan-Nya. Mulai sekarang kalian harus merapat, mendekat sama Allah. Lalu saya bertanya, “apakah selama di sekolah dulu masih ingat program dhuha yang kita kerjakan setiap hari?” Mereka menjawab, “ya ingat”. Lalu saya bertanya lagi, “apakah sampai sekarang kalian masih melaksanakan?”. Mereka kembali menjawab, “kadang-kadang”. Lalu saya tannya lagi, ‘berapa rakaat”. Mereka jawab, “dua rakaat”.

Saya katakan, “sekarang saatnya kamu butuh dekat dengan Allah, laksanakan dhuha setiap hari 12 rakaat, dan tambah tahajud setiap malam 11 rakaat. Jangan ada satu hari pun terlewat”. Ini adalah usaha kalian untuk menjadi orang yang paling dekat dengan Allah”. Ingat janji Allah, “orang-orang yang dekat dengan Allah, dia akan mendapat syurga Allah. Syurga adalah segala kesenangan yang kalian inginkan di dunia dan akhirat, termasuk keinginan kalian mendapat beasiswa kuliah saat ini”. Saya bertanya, “apakah kalian siap melaksanakannya?”. Mereka menjawab, “siap”.    

Saya bertanya lagi, “kapan penerimaan beasiswa ini diumumkan?”. Mereka menjawab, “tanggal 14 oktober 2019”. Saya katakan, “baiklah kalau begitu, mulai malam ini kalian harus memulai dekati Allah dengan shalat tahajud 11 rakaat di sepertiga malam, lalu siang harinya kamu kalian dekati Allah dengan dhuha 12 rakaat. Jaga shalat lima waktu mu jangan sampai ada yang bolong. Lalu ringankan beban orang tua mu dengan apa saja yang bisa kalian lakukan untuk meringankan beban orang tua mu. Minta doa restu orang tua mu.

AKU HANYA MENYAMPAIKAN KEBENARAN, AKU BERLEPAS DIRI ATAS SEGALA BALASAN KEBAIKAN  YANG KAMU KERJAKAN. JIKA KAMU PROTES, SILAHKAN PROTES KE ALLAH BUKAN KE SAYA. (MUHAMMAD PLATO)
Terakhir saya katakan lagi, “mulai saat ini usaha mendekati Allah harus terus kamu kerjakan dengan konsisten, dalam kondisi sempit maupun lapang. Jangan berhenti sampai tanggal 14 okotber 2019. Jika setelah tanggal 14 oktober 2019, Allah tidak mengbulkan beasiswa yang kamu ingikan, jangan khawatir Allah pasti akan mengganti keinginan mu dengan yang lain, yang lebih baik menurut pandangan Allah”.

Anak-anak bertanya, “jika setelah tanggal 14 oktober 2019 berlalu, Allah masih belum mengabulkan apa yang saya inginkan, kami harus bagaimana?”. Saya jawab, “saya terlepas dan tidak bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan. Saya hanya menyampaikan apa yang diajarkan Allah kepada Rasulnya. Tugas saya hanya menyampaikan kebenaran, sedangkan hasilnya saya tidak punya kemampuan untuk mendatang kebaikan atau keburukan untuk mu. Jika kalian kecewa sampaikan kepada Allah, dan jika kamu protes sampaikan kepada Allah, dan jika kalian menagih janji pahala yang kamu inginkan juga sampaikan kepada Allah. Sekali lagi, saya tidak bertanggun jawab”.

“Kalian jangan menuntut rugi kepada saya, karena apa yang telah kalian lakukan shalat dhuha 12 rakaat dan shalat tahajud 11 rakaat setiap hari, sepeserpun kalian tidak mengeluarkan biaya. Semua yang kalian kerjakan adalah gratis”, tegas saya. “Apakah kalian sudah mengerti?”, kata saya. Mereka menjawab, “siap mengerti”. Kalau begitu, “selamat semoga kalian sukses! Jangan lupa setelah tanggal 14 oktober 2019, kalian harus kasih laporan ke saya. Sempurnakan usaha mu dengan perbanyak silaturahmi dan belajar”.

Demikianlah saya ajarkan anak-anak untuk berbisnis dengan Allah ketika menghadapi masalah dan cita-cita hidup yang diinginkan. Sekali lagi saya berlepas diri apa yang terjadi pada anak-anak, semoga Allah memberikan pelajaran hidup berharga kepada mereka. Wallau ‘alam.

(Penulis Head Master Trainer). 

Sunday, September 15, 2019

JEJAK RAHASIA SUKSES JAMIL AZZAINI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Setiap orang sukses memiliki pola yang sama. Kisah sukses ada di seluruh lapisan masyarakat. Sukses ada dilapisan kelas kaya bawah, tengah, dan atas. Hukum sukses itu ada dalam ketentuan Allah bisa kita ketahui dari Al-Qur’an.

Kali ini saya akan menjelaskan mengapa Jamil Azzaini sukses, sebagaimana Beliau ceritakan. Sewaktu kecil hidup Pak Jamil sangat miskin. Bapaknya bekerja sebagai petani miskin namun berpikiran kaya. Setiap hari Jamil kecil mendapat cemoohan, ejekan, dan lecehan dari teman-temannya. Tanggannya selalu bau, karena pagi-pagi selalu membantu ayahnya mengambil karet mentah di kebun. Ketika ke sekolah karena tangannya bau, selalu diludahi oleh temannya. Pernah suatu hari, maksud temannya meludahi tangan, tetapi terkena muka.

Ketika mengadu kepada ayahnya, ayahnya selalu bilang, "buktikan bahwa kelak Jamil harus sukses menjadi insinyur pertanian". Cita-citanya menjadi insinyur pertanian diceritakan kepada teman-temannya, dan teman-temannya kembali mengolok-ngolok. Ketika itu Jamil memukul yang mengolok-ngoloknya, lalu balik dikeroyok dan lari. Ketika lari, salah seorang melemparkan kayu, dan mengenai kepala, akibatnya kepala Jamil bocor. Cemoohan dan olok olok setiap hari dia terima dari teman-temannya.

Allah telah menetapkan bahwa orang-orang sukses pasti akan mengalami episode dicomooh, dibuli dan dileceh. Pola hidup sukses ini telah dialami oleh para Nabi. “Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (`adzab) olok-olokan mereka.” (Al An’aam, 6:10).

"SEBERAPA SERING DAN SABAR KAMU MENERIMA CEMOOHAN ITULAH KUALITAS SUKSES MU DI MASA YANG AKAN DATANG" (MUHAMMAD PLATO)
Orang yang diolok-olok masuk pada golongan orang di dzalimi. Orang-orang yang didzalimi dia ada dalam tanggungan Allah. Ketika orang di dzalimi, Allah membuka pintu doa lebar-lebar untuk menerima doa dari orang yang didzalimi.

Doa adalah visi hidup yang harus dimiliki setiap orang. Salah satu kunci dari kesuksesan Jamil yang miskin adalah dream, visi atau doa. Sesuatu yang tidak boleh tidak dimiliki oleh orang-orang miskin adalah dream. Orang miskin memang tidak punya harta, kedudukan, dan kehormatan, tetapi tidak boleh tidak punya dream, visi atau doa. Dream adalah impian atau doa yang kelak dengan izin Allah akan jadi kenyataan. Demikian Jamil Azzaini menegaskan. Orang-orang miskin yang tidak berubah, dan paling miskin adalah mereka yang tidak punya dream.

Kata Jamil Azzaini, "di balik anak miskin, harus selalu hadir bapak atau ibu yang selalu mendorong dan membesarkan impian anaknya". Ketika itu orang tua Jamil mengajarkan, “manusia miskin itu seperti biji jagung yang ditimbun tanah. Dia harus terus disiram dan dipupuk agar cepat tumbuh. Ketika ketemu lecehan itulah pupuk kandang. Ketika ketemu cemoohan, itulah kompos, yang akan mempercepat suksesnya si miskin”.

Demikian rahasia sukses Jamil Azzainni jika dikaitkan dengan logika dari Al-Qur’an. Lecehan dan cemoohan adalah peluang sukses bagi orang-orang miskin yang berpikir. Lecehan harus jadi energi sukses, pupuk, atau keyakinan tinggi bahwa kita akan dijadikan orang sukses di masa mendatang dengan izin Allah swt. 

Guru adalah orang yang selalu hadir memberi dorongan kepada anak-anak untuk sukses. Guru adalah petani yang senantiasa menyirami dan memupuk optimisme anak-anak agar tetap tumbuh menjadi orang sukses. Wallahu’alam.


(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

ADA PELAJAR TIDAK BERAGAMA

OLEH: TOTO SUHARYA

Dalam perkuliahan guru saya bercerita, “saya kaget mendengar pernyataan seorang mahasiswa. Awalnya dia bertanya bahwa beragama Islam tidak harus berbudaya Islam, karena ada budaya budaya lokal yang tidak kalah baik dari budaya Islam”. Ketika dijelaskan, mahasiswa it terus melakukan interupsi, hingga tidak mengerti bagaimana etika berdiskusi. Ketika ditanya, “agama anda apa?” Jawabannya, “saya tidak beragama”. Guru saya tertegun mengapa tidak beragama bisa hidup di Indonesia, karena Indonesia adalah negara ketuhanan.

Melihat tayangan diskusi Zakir Naik di Youtube, saya menyaksikan seorang mahasiswa dari Indonesia beragama Islam mengaku Atheis. Dia merasa ada atau tidak ada Tuhan tidak ada bedanya.

Asumsi guru saya, kasus mahasiswa tidak beragama adalah fenomena gunung es. Di permukaan terlihat sedikit, dan  yang tidak terlihat jumlanya sangat besar.

Kajian penulis, orang-orang bisa menjadi Atheis dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Faktor pertama adalah lingkungan keluarga. Penulis menemukan beberapa fakta bahwa anak-anak tidak disiplin shalat datang dari keluarga yang orang tuanya tidak begitu disiplin melaksanakan shalat. Kedua, lingkungan pendidikan. Pendidikan umum yang tidak berbasis keagamaan, tidak fokus mengajarkan ketauhidan, tetapi cenderung pada pelajaran ilmu alam dan sosial. Ketiga, kualitas guru yang kurang memberi teladan. Program-program keagamaan yang dirancang di sekolah secara masal, tidak antusias didukung guru, terutama guru yang berkaitan dengan bidang studi agama.  

Ketika penulis melakukan pendataan tentang kedisiplinan shalat bagi anak-anak muslim, angkanya hanya 40% siswa siswi yang melaksanakan disiplin shalat lima waktu. Di sekolah-sekolah umum jarang sekali ada program pendidikan yang mengontrol dan mengondisikan anak-anak untuk disiplin shalat lima waktu.

"Kesejahteraan dunia adalah penyebab manusia abai kepada Tuhan" (MUHAMMAD PLATO)
Keempat, faktor meningkatknya kesejahteraan hidup manusia, tetapi pendidikan agama kurang, sehingga mendukung eksistensi pola pikir materialis. Hasil survey Norris dan Inglehart, negara-negara sekuler yang tingkat kesejahteraannya tinggi, rata-rata penduduknya tidak percaya Tuhan. Ibnu Khaldun menemukan bahwa kekayaan menjadi faktor penyebab otak tumpul. Orang-orang yang hidup dipinggiran dengan kesederhanaan, lebih cerdas dibanding dengan kelompok masyarakat yang bergelimang kekayaan.

Kelima, teknologi informasi yang mengungkap berbagai macam pengetahuan dari berbagai latar belakang budaya telah melunturkan keyakinan anak-anak tentang ketuhanan, karena pondasi pengetahuan agamanya hanya dua jam per minggu. Selain itu, dengan kondisi masyarakat minat baca rendah, informasi yang diakses cenderung untuk mencari kesenangan, antara lain game, seks, dan hiburan. Pengetahuan agama semakin sedikit tersimpan dalam memorinya.

Kelima faktor di atas menurut penulis  bisa jadi penyebab munculnya pola pikir Atheis di kalangan pelajar dan mahasiswa. Solusi penulis adalah perlu memperkenalkan pendekatan keagamaan yang mengolah pola pikir. Nabi Ibrahim sebagai bapaknya para nabi, mengajarkan agama kepada umatnya dengan mengajak berlogika. Pola berlogika seperti Nabi Ibrahim, jika kita perhatikan hadis Nabi Muhammad saw, ternyata Nabi Muhammad pun menggunakan logika seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim.

Logika yang diajarkan para Nabi adalah logika Tuhan, logika yang tetap menghadirkan Tuhan sebagai satu-satunya Rabb sebagai sebab yang harus disembah, dan inilah yang disebut jalan lurus. Pola pikir para nabi bisa di pelajari dan diajarkan bersumber pada kitab suci Al-Qur’an.

Penulis berencana, menawarkan mata kuliah logika yang isinya memperkenalkan logika Tuhan di sekolah atau kampus-kampus, untuk membentengi anak-anak dari sikap Atheis, dan meladeni para penganut Atheis untuk berdiskusi berargumentasi masalah ketuhanan. Upaya kecil ini telah dilakukan di sekolah-sekolah dengan mengadakan seminar-seminar tentang logika Tuhan. Semoga Allah mencatat sebagai amal baik di akhirat. Wallahu ‘alam.

(Penulis Head Master Trainer logika Tuhan)

TUHAN TIDAK MEMULIAKAN KETURUNAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Semua Nabi yang pernah diutus oleh Allah memiliki kecerdasan dan kelebihan sesuai dengan jiwa zamannya. Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, Nabi Musa melempar tongkat jadi ular, Nabi Isa menghidupkan orang mati, dan Nabi Muhammad saw menguasai kitab suci Al-Qur’an yang terpelihara. Setiap Nabi diutus di tengah-tengah umat dimana Allah mengutus kenabiannya. Nabi Muhammad saw melarang merendahkan atau meninggikan derajat diantara para Nabi, karena semuanya utusan Allah.

Salah satu tugas para Rasul adalah menghilangkan kesombongan manusia dengan mengatasnamakan ras atau keturunan. Kebanggaan berlebihan kepada ras pernah terjadi dalam ingatan sejarah manusia, hingga menjadi penyebab terjadinya perang dunia. Penjajahan bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika, dan Amerika Latin, telah melahirkan penderitaan dan perang perlawanan.

Chauvinistik adalah bentuk kejahiliahan manusia atas nama ras. Sifat sombong atas nama ras telah melahirkan tindakan-tindakan yang melampaui batas kemanusiaan. Kaum perempuan menjadi korban pelecehan. Ajaran Islam sangat melarang tindakan chauvinistik, karena Tuhan tidak melihat kemuliaan seseorang dari asal keturunan atau ras.

Indonesia menurut data BPS tahun 2010 tercatat ada 1.331 suku di Indonesia. Variasi bahasa sudah terpetakan ada 652 jenis. (kompas.com). Suku-suku di Indonesia memiliki variasi hidup yang beragam. Mulai dari suku yang masih menggunakan teknologi sederhana sampai dengan teknologi super canggih.

Suku Jawa dan Sunda merupakan suku terbesar di Indonesia, tidak lebih mulia kedudukannya dibanding suku Asmat dan Dani di Papua. Manusia kerap tertipu oleh tampilan fisik. Orang-orang Eropa dengan tampilan fisik tinggi, putih, merasa lebih mulia dibanding orang Asia dan Afrika yang pendek, hitam, dan berwarna.

ALLAH TIDAK MEMULIAKAN MANUSIA DARI RASNYA, KEMULIAN MANUSIA DILIHAT DARI AKHLAKNYA YANG DIPANDANG BAIK OLEH ALLAH. (MUHAMMAD PLATO) 
Sikap-sikap rasis sangat dilarang dalam ajaran Islam. Semua ras diciptakan Tuhan. Barang siapa menghina dan merendahkan ras tertentu, maka dia sedang menghina Tuhan Sang Pencipta. Sangat tidak pantas dan tidak sopan, manusia melakukan penghinaan kepada Tuhannya.

Tuhan melihat kemuliaan manusia berdasarkan kualitas akhlaknya. Barat dan Timur seperti terbelah dua dengan karakteristik berlawanan. Barat sangat ahli dalam bidang keduniawiaan. Orang-orang Barat berhasil menciptakan berbagai macam teknologi untuk mepermudah kehidupan. Timur sangat ahli dalam bidang kebatinan, dan berhasil menciptakan teknologi kebatinan untuk menenangkan jiwa.

Islam adalah agama yang menjaga keseimbangan antara Barat dan Timur, tidak melarang penggunaan akal dan tidak menganjurkan untuk mengurusi kebatinan secara berlebihan sampai melupakan dunia. Islam sangat menghargai rasionalitas dan menjunjung tinggi para pemikir. Islam juga memuji mereka yang menyucikan jiwa dengan hidup sederhana tanpa sentuhan teknologi. Nabi Muhammad saw sekalipun diakhir hidupnya miskin, karena kekayaannya sudah memenuhi langit dan bumi. Maka mengakhiri hidup dalam keadaan miskin adalah cara untuk memperloleh kekayaan di akhirat.

Allah menyeru kepada seluruh manusia (yaa ayyuhannas), saling kenal mengenal dan tidak boleh mencela dan menghujat karena kemulian manusia tidak dilihat dari latar belakang ras dan suku.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujuraat, 49:13).

Ayat ini pernah dikemukakan Sukarno dalam sidang PBB. Kalimatullah ini membatalkan semua keyakinan manusia yang memosisikan keturunan dalam bentuk fisik sebagai ukuran kemuliaan, sekalipun pada keturunan Nabi. Penghormatan kepada sesama manusia tidak boleh melebihi apa yang telah diperintahkan Tuhan, yaitu berbuat baik kepada mereka yang sudah berjasa baik pada kemanusiaan. Juga saling berbuat baik kepada sesama manusia yang sama-sama memiliki hak sebagaimana Tuhan tetapkan.

Siapapun pelakunya, menghina ras lain karena merasa lebih baik adalah pelanggaran terhadap ketentuan Tuhan. Namun demikian Tuhan mengajarkan manusia untuk jadi pribadi-pribadi pemaaf. Orang Papua, Jawa, Sunda, Batak, Aceh, Kalimantar, Maluku, harus jadi pemaaf. Hilangnya pribadi-pribadi pemaaf diantara suku, akan menjadi sebab terjadinya bencana dan bencana tanpa kesudahan pada bangsa kita. Jadi pemaaf adalah bentuk kasih sayang Tuhan kepada manusia, agar manusia bisa hidup damai, sejahtera, dunia dan akhirat. Damai adalah ajaran Tuhan. Siapa yang mengajak pada perpecahan dia telah menentang Tuhan dan dia akan berperang dengan Tuhan. Wallahu’alam.

(Penulis Head Master Trainer Logika Tuhan)

Saturday, September 14, 2019

ERDOGAN MENJELASKAN LOGIKA TUHAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kita mungkin seperti prasangka orang awan lainnya. Bahwa kedigdayaan sebuah bangsa terletak pada kepemilikan angkatan bersenjata dengan alat-alat senjata super canggih. Kapal Induk, pesawat tempur anti radar, rudal dengan jarak jangkau ribuan kilometer berhulu ledak nuklir, pesawat tempur tanpa awak dan satelit pengintai. Berdasar ukuran material itu, kita merasa tidak berdaya dan menjadi bangsa lemah dibanding negara lain.

Kekuatan sebuah bangsa bukan pada kepemilikan benda material. Dalam logika Tuhan kekuatan itu terletak pada ketaatan warga negara kepada Tuhan. Umar bin Khattab, menyuruh pulang seorang pemuda dari petempuran, karena seorang pemuda tersebut diketahui termasuk anak durhaka kepada orang tua.

Erdogan dalam pidatonya di youtube berjudul Kisah Hulagu dan Kadihan. Hulagu (cucu Jengis Khan) menaklukkan Bagdad. Persitiwa penaklukkan dikabarkan memakan korban antara 200-400 ribu orang. Setiap masjid bersejarah, istana, perpustakaan, dibumi hanguskan oleh Hulagu khan. Pemerintahan Hulagu yang berada di luar kota, mengirim kabar bahwa dirinya ingin bertemu dengan ulama terkemuka di daerah itu. Tidak ada satu pun ulama yang berani bertemu Hulagu. Pada akhirnya seseorang bernama Kadihan, seorang guru madrasah yang masih muda belum berjanggut, berani bertemu dengan Hulagu.

Dia membawa seekor unta, seekor kambing, dan seekor ayam bersamanya. Ketika sampai di markas, Hulagu memandanginya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Hulagu bertanya kepada Kadihan, “apakah selama ini mereka hanya bisa menemukan orang seperti mu untuk menghadap ku?”. Kadihan menjawab, “jika engkau ingin bertemu orang besar, di luar ada unta, jika engkau ingin bertemu yang berjanggut di luar ada kambing, jika engkau ingin bertemu yang bersuara lantang di luar ada ayam jantan. Engkau bisa panggil sesuka hatimu”. Demikian jawaban Kadihan.

JIKA KALIAN SUDAH SADAR DIRI, BERSABAR DAN SELALU BERHARAP PERTOLONGAN DARI TUHAN, MAKA TUHAN AKAN MEMBERI KEKUATAN KEPADA BANGSA MU DENGAN 5000 MALAIKAT BERTANDA (MUHAMMAD PLATO)
Hulagu sadar bahwa orang yang dihadapinya bukan orang sembarangan. Lalu Hulagu berkata, “beritahu padaku, apakah sebab yang mampu mendatangkan aku ke sini?”. Sang pemuda itupun memberikan jawaban yang sangat menyentuh, “yang mendatangkan kamu ke sini adalah amal-amal kami. Kami tidak bersyukur kepada nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kami. Kami jatuh ke dalam jurang kesenangan dan berfoya-foya. Kami sibuk mengejar pangkat, jabatan, dan kekayaan dunia. Allah mendatangkan kamu untuk mengambil nikmat-nikmatnya kembali”.

Hulagu pun memberikan pertanyaan kedua, “kalau begitu siapa yang bisa mengusirku dari sini?” Kadiha pun menjawab, “JIka kami kembali sadar akan diri kami. Jika kami mensyukuri segala nikmat yang diberikan kepada kami. Jika kami berhenti bertikai satu sama lain, maka pada saat itulah kau tidak akan bisa bertahan di tanah ini”.

Erdogan ingin menyampaikan bahwa kekuatan sebuah bangsa terletak pada ketakwaan warga negara kepada Tuhan, merasa cukup atas nikmat yang telah diberikan Tuhan, dan melaksanakan perintah Tuhan dengan mengutamakan persatuan dan perdamaian.

LOGIKA TUHAN

SEBAB
AKIBAT

KETAKWAAN DITANDAI
SABAR, BERSYUKUR ATAS SEGALA NIKMAT YANG TELAH ALLAH BERIKAN
MENGUTAMAKAN HIDUP DAMAI DAN MENJAGA PERSATUAN

KEKUATAN BANGSA TIDAK AKAN TERKALAHKAN

SUMBER PENGETAHUAN


“ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.” (Ali Imran, 3:125)


Logika ini bisa jadi pondasi dasar dalam mengelola pendidikan. Sekolah sebagai tempat pewarisan generasi penerus, jika ingin melahirkan generasi-generasi yang kuat dan cerdas di masa mendatang, maka pendidikan harus didasari oleh pembentukan pola pikir dan pembiasaan yang akan menjadikan anak-anak manusia bertakwa (sabar dan optimis berharap pada Allah), cinta damai dan selalu menjaga persatuan sebagaimana Allah perintahkan. Jika sekolah-sekolah melaksanakan pendidikan dengan dasar logika Tuhan, maka Allah akan menolong keberhasilan di sekolah dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan).

Sunday, September 8, 2019

DUA ALAM BERPIKIR

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Alam berpikir terbagi menjadi dua, sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci bahwa alam ini terdiri dari alam nyata terlihat kasat mata (empiris) dan ghaib. Berdasarkan dua sifat alam ini, berpikir memiliki dua pola yaitu berpikir empiris (artifisial) dan berpikir ghaib (original).

BERPIKIR ARTIFISIAL

Berpikir artifisial dikembangkan dengan metode pengamatan dan pembuktian di alam, sedangkan berpikir original dikembangkan dengan mengikuti pola-pola baku yang dijelaskan dalam kitab suci. Ilmu-ilmu alam dan sosial yang dikembangkan melalui metode penelitian kuantitatif dan kualitatif melahirkan pola berpikir artifisial. Kebenarannya bersifat relatif karena mengandalkan kebenaran berdasar pembuktian visual.

Kebenaran ilmu berdasarkan kajian statistik yang melahirkan generalisasi dan teori pada prinsipnya adalah kebenaran yang diada-adakan atas dasar pengamatan. Kebenaran buatan ini untuk sementara dibenarkan karena mengacu kepada metode dan bukti nyata yang dihasilkan.

Artifisial intelegen pada dasarnya mesin (teknologi) berpikir yang dibuat berdasarkan pola berpikir yang dikembangkan dari pengamatan terhadap alam. Sumber dasar dari artifisial intelegent adalah berpikir dengan sumber kebenaran di alam nyata.

Pola berpikir artifisial dibutuhkan untuk mengelola dan mengendalikan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kelemahan dari pola berpikir artifisial adalah cenderung pada kecerdasan manusia dalam mengelola dan mensejahterakan alam nyata. Sementara pola berpikir ghaib (original) tidak tersentuh oleh pola pikir artifisial karena manusia tidak memiliki waktu yang cukup untuk membuktikannya. Keberadaan kehidupan setelah mati (akhirat), sulit dibuktikan karena waktu yang tidak cukup dimiliki manusia untuk membuktikannya, mengingat masa waktu hidup manusia di alam nyata sangat singkat dan harus memasuki dimensi waktu yang tidak dimasuki jasad manusia.

Andai manusia bisa hidup 10.000 tahun, mungkin manusia bisa menyaksikan bagaimana jatuh bangunnya peradaban manusia di bumi sebagaimana dijelaskan kitab suci. Manusia bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana hilangnya peradaban Mesir, Yunani, dan Romawi, dan menyaksikan bagaimana lahirnya manusia peradaban baru. Melalui ilmu sejarah, manusia melakukan rekonstruksi (membuat cerita buatan) untuk bisa sedikit memahami bagaimana jatuh bangunnya sebuah peradaban, dan lahirnya peradaban baru.

BERPIKIR ORIGINAL

Berpikir original adalah pola berpikir dengan mengikuti pola berpikir ghaib. Sumber pola pikir ghaib adalah kitab suci. Pola pikir ghaib bersifat baku tidak mengalami perubahan. Di alam nyata kebenaran alam ghaib bersifat kontroversi karena sifat alam nyata. Kebakuan pola pikir ghaib ada dikarenakan ada alam setelah kematian yaitu akhirat.

Pembuktian kebenaran pola pikir ghaib di alam nyata tidak akan lepas dari kontroversi karena sifat alam nyata yang relatif. Iman adalah pembakuan pola pikir. Pembakuan berpikir dipengaruhi oleh ketidaktahuan, ketidakmampuan manusia untuk membuktikan kebenaran adanya hidup setelah kematian.


Untuk itu pola pikir ghaib kebenaranya milik Tuhan Yang Maha Mengetahui bagaimana kejadian-kejadian hidup setelah mati. Kasih sayang Tuhan kepada manusia diwujudkan dengan turunnya petunjuk berpikir dalam bentuk kitab suci yang diturunkan kepada utusan-Nya.

Alam nyata dengan segala kejadiannya, mengikuti pola-pola pikir baku sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci. Keterikatan manusia pada ruang dan waktu dan keterbatasan penglihatan, menjadi sebab lahirnya keraguan. Untuk itulah Tuhan menurunkan kitab suci sebagai sumber pengetahuan yang bisa menghilangkan keraguan dengan memberikan petunjuk-petunjuk baku dalam berpikir. Pembakuan berpikir ditetapkan dalam konsep iman isinya pola-pola berpikir baku yang bisa digali dari sumber pengetahuan langsung dari Tuhan.

Dalam tulisan terdahulu, penulis sudah menjelaskan contoh-contoh pola pikir baku (iman), yang digali dari sumber kitab suci. Jika terjadi kontroversi itulah sifat dunia yang begitu luas dan tidak bisa dipersepsi utuh oleh manusia yang terbatas. Kebakuan berpikir tidak akan terjadi jika manusia tidak menempatkan pola pikir itu sampai ke kehidupan setelah mati. Kebakuan berpikir manusia tidak akan terjadi jika tidak mengetahui ada ketentuan-ketentuan hidup yang baku setelah mati. Dibutuhkan ketelitian dan kesabaran tinggi untuk mengetahui dan membuktikan pola-pola bikir baku di akhirat berlaku dalam kehidupan alam dunia. Wallahu’alam.

(Penulis Head Master Trainer)