Saturday, September 21, 2019

IMANI DALILNYA BUKAN PENDAPATNYA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Barang siapa beriman kepada keterangan, tetapi tidak merujuk kepada sunnah dan kitab Nya batallah keimanannya. (Muhammad Plato). Perpecahan umat manusia, sebagaimana diberitakan di dalam Al-Qur’an, hal itu terjadi akibat ada tuhan-tuhan selain Allah yang ditaati.

Perpecahan umat manusia terjadi karena hadirnya tuhan-tuhan selain Allah. Tuhan-tuhan selain Allah berwujud dalam bentuk nafsu membela aliran, organisasi, atau guru. Penulis sering menyaksikan ketidakkompakkan penganut agama terjadi akibat perbedaan pandangan yang mengatasnamakan aliran, golongan atau guru.

Guru bisa jadi tuhan-tuhan pemecah belah, karena ada murid-murid yang fanatis dan beriman kepada pendapat gurunya bukan kepada dalil dibalik pendapat guru. Guru harus selalu menjelaskan bahwa apa yang dijelaskannya bersumber pada pemahaman terhadap dalil, jika itu dipersepsi benar oleh murid-murid, imani dalilnya bukan gurunya. Allah pemilik kebenaran dan guru pemilik kesalahan, batal jika keimanan jika berimanan kepada pemilik kesalahan.



Kita pernah mengalami terjadi perbedaan dalam menentukan waktu, atau tempat ibadah. Rujukan perbedaan sering berargumen pada pendapat-pendapat para guru, bukan pada dalil. Sebaiknya jika terjadi perbedaan pendapat dalam menafsir dalil, maka harus sepakat dicari pemahaman terhadap dalil yang bisa diimani bersama dengan fokus persatuan dan perdamaian tetap terjaga.

Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (Al Mukminun, 23:53).

Harus disadari, perpecahan adalah sumber kebangkrutan sebuah bangsa. Rasa bangga tiap golongan menjadi sebab perpecahan dan kebangkrutan.

Dalam menengahi perbedaan pemahaman, harus sepakat kembali pada dalil yang dapat diimani bersama, salah satunya yaitu dalil tentang larangan berpecah belah. Untuk mendukung itu kita harus kembali pada dalil tentang fungsi kepemimpinan sebagai pengambil keputusan.

Perpecahan terjadi karena rasa bangga sebagai pengikut golongan dan mengingkari dalil yang memerintahkan untuk taat pada pimpinan. Ketaatan pada pimpinan menjadi karakter yang harus diajarkan kepada anak-anak bangsa secara turun-temurun.

Kebangkrutan sebuah bangsa, akan terlihat diawali dari keanggkuhan dan kebanggaan rakyatnya dihadapan para pemimpinannya. Ketidakpercayaan rakyat kepada pemimpin adalah tanda bahwa bangsa itu sedang dilemahkan kedaulatannya oleh Tuhan. Kelemahan bangsa bisa terlihat dari prilaku masyarakat yang mengimani pendapat-pendapat manusia, bukan dalil-Nya.

Kekuatan bangsa hanya bisa dikembalikan dengan mendidik rakyat untuk kembali beriman kepada dalil-dalil yang menganjurkan persatuan dan larangan berpecah belah. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mengajarkan dalil-dalil tentang kewajiba menghormati dan menghargai pemimpin demi terjaganya kedaulatan dan kesejahteraan seluruh warga negara. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An Nisaa, 4:59).

Jika terjadi perbedaan pendapat, kembalilah kepada Allah dan Rasul. Artinya kembalilah kepada perintah Allah dan Rasulnya untuk menjaga persatuan dan perdamaian untuk kesejahteraan umat manusia. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment