OLEH: MUHAMMAD PLATO
Penulis mengapresiasi, hadirnya SMP Prima Cendekia (SMP
PC) semoga menjadi jawaban terhadap harapan masyarakat tentang pendidikan
berkualitas dengan landasan nilai-nilai keislaman. Di tengah krisis selalu
hadir pembaharuan. Dengan bangunan sekolah megah berarsitektur modern, lingkungan
bersih dan sehat, SMP PC memiliki visi menciptakan generasi-generasi digital religius.
Semoga inilah pesantren abad milenial yang diharapkan masyarakat dunia abad
ke-21.
Di tengah Islamophobia, umat Islam harus bekerja keras
melakukan refleksi diri, mengapa wajah orang Islam dianggap menakutkan.
Hendaknya umat Islam kembali kepada ajaran Allah dalam Al-Qur’an. Apapun persepsi
orang tentang keburukan agama Islam, tidak akan selesai dengan hanya
menyalahkan prilaku buruk orang terhadap umat Islam. Allah mengajarkan bahwa
keburukan akan medatangkan keburukan, dan kebaikan akan mendatangkan kebaikan.
(lihat; Al-Israa, 17:7).
Solusi terbaik dari kondisi islamophobia yang sedang melanda dunia
Barat adalah melakukan perbaikan pendidikan Islam dengan melakukan reorientasi pendidikan
Islam sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an yaitu mewujudkan generasi
bertauhid kepada Tuhan Yang Satu, dan berprilaku rahmatan lil alamin
sebagai visi global. Dunia pendidikan islam harus bekerja keras melahirkan
manusia-manusia berkeyakinan pada satu Tuhan dan berprilaku global dari
tindakan-tindakan lokal. Itulah visi pendidikan Islam yang harus dikembangkan
pada abad ini.
Selain tahfiz (menghafal) dan tahsin (tajwid) Al-Qur’an, sesuai dengan level perkembangan psikologi anak-anak, sudah sejak dini harus diperkenalkan pola-pola pikir sesuai perintah Allah dalam Al-Qur’an. Enam ribu ayat hafalan Al-Qur’an akan lebih bermanfaat jika bisa mengamalkan walaupun hanya satu ayat Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an adalah tindakan paling dasar dalam tahapan kognitif, harus dilanjutkan dengan memahami alam berdasar Al-Qur’an, menerapkan ajaran prilaku dari Al-Qur’an, menganalisis kejadian alam berdasar Al-Qur’an, mengevaluasi fenomena-fenomena dengan Al-Qur’an, dan menciptakan sesuatu bersumber pada Al-Qur’an harus mulai dikembangkan. Perlu metode dan model pembelajaran yang bisa mengajarkannya sejak dini.
Imam-imam besar zaman dahulu bukan saja hafal Al-Qur’an sejak
usia dini, tetapi menjadi ilmuwan dan ulama yang berhasil mengembangkan ilmu dibawah
nauangan Al-Qur’an. Sejak keruntuhan peradaban Islam, beradab-abad umat Islam
kehilangan ilmuwan-ilmuwan besar karena tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai
sumber rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Paradigma berpikirnya
selalu menggunakan konsep-konsep yang dikembangkan bukan atas dasar keimanan
pada pengetahuan dari Al-Qur’an. Kiblat pemikiran umat Islam telah berubah,
bukan lagi kepada ayat-ayat Al-Qur’an tapi terjebak pada manusia-manusia yang
menafsirkannya.
Umat Islam terbawa masuk arus lingkaran setan. Berpikir
dengan metode ilmiah yang menjadikan alam material dan akal sebagai sumber
kebenaran. Perdebatan-perdebatan selalu diisi oleh egoisme sebagai pemilik
kebenaran bukan sebagai orang-orang yang berserah diri kepada Tuhan sebagai pemilik
kebenaran. Perdebatan tentang kebenaran selalu diisi dengan kedengkian,
kebencian, dan kepentingan pribadi atau golongan. Padahal kebenaran yang
diperbedatkan bukan milik manusia, tetapi mutlak milik Tuhan.
Penulis berharap lahirnya SMP Prima Cendekia dapat menjawab harapan
umat manusia di seluruh dunia bukan hanya umat Islam. Allah tidak hanya menjadi
Tuhannya umat Islam, Allah menjadi Tuhan bagi seluruh alam. Prilaku umat Islam
harus mengacu kepada akhlak Allah yang memberi rezeki kepada semua makhluk
tanpa membeda-bedakan. Kepada orang-orang kafir, Allah masih memberi kehidupan
dan penghidupan. Nabi Muhammad adalah teladan bagaimana menjadikan Al-Qur’an
sebagai pedoman berpikir dan berprilaku. Nabi Muhammad saw adalah Al-Qur’an
berjalan yang harus jadi contoh dalam berkehidupan global.
Al-Qur’an mengandung ajaran-ajaran global yang bertujuan
melahirkan manusia-manusia penyejahtera bagi seluruh alam. Di abad digital dan
informasi global sudah menjadi tuntutan bahwa manusia-manusia yang hidup di
abad sekarang adalah mereka yang berpikiran global dengan berpedoman pada ayat-ayat
Al-Qur’an.