MENGENANG SETIAP BULAN RAMADAN. Dihimbau tidak dihimbau, konsumsi masyarakat terhadap sandang dan pangan di bulan Ramadhan tetap saja meningkat. Daging sapi yang harganya selangit tetap diburu dibeli masyakat. Pasar-pasar tradisional, minimarket, super market, hypertmarket, pendapatannya selalu surplus melebihi hari-hari di luar bulan Ramadan.
Dari tahun ke tahun, dalam kondisi krisis ekonomi atau tidak, setiap masuk bulan Ramadan, konsumsi sandang dan pangan selalu meningkat. Apakah ini fakta bahwa bulan Ramadan bulan berkah? Lalu mengapa bulan Ramadan menjadi bulan penuh berkah?
Sekalipun keterangan keberkahan bulan Ramadan kita dapatkan dari Al-Qur’an dan hadis, tidak ada salahnya jika kita sedikit memperdalam pengetahuan dengan penggunaan akal (logika) kita, agar keyakinan kita kepada kebenaran Al-Qur’an dan hadis lebih mantap dan kita bisa tunduk pada segala ketentuan Allah swt .
Meningkatnya konsumsi sandang dan pangan di bulan Ramadan bisa kita lihat dari dua sisi. Satu sisi, ada yang mengatakan tingginya tingkat konsumsi sandang dan pangan di bulan Ramadan disebabkan oleh pola pemahaman puasa Ramadan awam yang kurang mendalam. Pandangan ini mengandung pembenaran akal (logika), jika fakta puasa mengurangi konsumsi pangan (ngemil, makan, minum) di siang hari, maka seharusnya tingkat konsumsi pangan masyarakat akan menurun.
Dari sisi kedua, peningkatan konsumsi sandang dan pangan di bulan Ramadan, fenomena ini bisa jadi bukti bahwa benar bulan Ramadan diberkahkan Allah swt. Dalam kondisi sesulit apapun, konsumsi sandang dan pangan masyarakat, setiap masuk bulan Ramadan selalu mengalami peningkatan. Dari sudut pandang ekonomi, ibadah puasa di bulan Ramadan persis seperti motor penggerak ekonomi masyarakat.
Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Mari kita baca atas nama logika (kebenaran sebab akibat) dari petunjuk Allah swt. Puasa dalam kenyataannya merupakan ibadah dengan tingkat kesulitan tinggi. Bulan Ramadan adalah bulan paling sulit dijalani umat Islam diantara bulan-bulan lainnya.
Pada bulan Ramadan, aktivitas makan dan minum yang biasanya tidak terbatas di siang hari, distop. Malam hari yang biasanya diisi dengan istirahat (tidur) panjang, harus diisi dengan kegiatan ibadah yang menyita waktu tidur. Belum cukup waktu tidur malam, jam tiga subuh harus bangun untuk persiapan makan sahur. Esok harinya, kita dituntut tetap bekerja tanpa makan, dan dalam kondisi kurang tidur. Sungguh bulan Ramadan adalah bulan yang sangat melelahkan untuk dijalani.
Mengapa Allah swt menetapkan manusia bersusah payah menahan lapar dan haus (berpuasa) di bulan Ramadan? Sesungguhnya bacalah atas nama Tuhan mu. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (Al Balad:4).
Bahwa telah ditetapkan Allah swt, manusia harus menempuh susah payah dalam hidupnya. Puasa di bulan Ramadan adalah wujud ketetapan Allah swt bahwa manusia harus berada dalam susah payah.
Maka dari itu, orang-orang yang mengeluh karena kesulitan hidup, sesungguhnya dia tidak paham dengan ketentuan Allah swt. Demikian juga, orang yang tidak mau meraih sukses dengan susah payah, selalu menghindar dari kesulitan, lari dari masalah, dan tidak punya rasa tanggung jawab, mereka semua adalah orang-orang yang ingkar terhadap ketentuan Allah swt. Bagi siapa saja yang ingkar terhadap ketentuan Allah, maka keberkahan, kesejahteraan hidup tidak akan didapatkannya.
Ketahuilah, mengapa Allah swt mengharuskan manusia hidup berada dalam susah payah? Apakah Allah swt hendak membinasakan manusia? Tidak, sesungguhnya Allah telah menyimpan keberkahan, kesejahteraan hidup di balik kesulitan (susah payah). Sebagaimana Allah swt berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Alam Nasyrah:5-6).
Maka inilah petunjuk dari Allah swt, puasa di bulan Ramadan adalah perintah Allah swt agar manusia membiasakan diri menghadapi kesulitan. Bukan hanya kesulitan yang biasa-biasa, tapi kesulitan yang luar biasa. Mengapa Allah swt mangajarkan manusia untuk menghadapi kesulitan yang luar biasa? Karena dalam ketentuan Allah swt dibalik kesulitan yang besar ada keberkahan yang lebih besar lagi.
Mungkin itulah logika dibalik fenomena puasa Ramadan yang bisa kita pahami. Kesulitan (sahur, puasa, itikap, tadarus, sedekah) yang dilakukan umat Islam di bulan Ramadan, pasti dibalas Allah swt dengan keberkahan rezeki berlipat ganda. Mudah-mudahan meningkatknya konsumsi pangan dan sandang di bulan Ramadan bukanlah prilaku konsumtif masyarakat, tapi semata-mata karena Allah swt memberi keberkahan kepada manusia karena ketaatannya pada ketentuan Allah swt. Tidak heran jika Nabi Muhammad saw merasa sedih ketika bulan Ramadan akan berakhir, karena tidak ada lagi bulan berkah selain bulan Ramadan. Wallahu ‘alam.
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan
Wednesday, September 18, 2013
Sunday, September 15, 2013
KEMUNDURAN UMAT HANYA KARENA DUA KATA
Seumur hidup menganut ajaran agama, baru tahun ini mendapat pencerahan dari seorang dosen di UIN Jakarta, Fahmi Basya. Sebelumnya agama dipelajari dengan mendengarkan ceramah-ceramah ajaran moral yang diulang-ulang dari bunyi hadis dan kitab suci (Al-Qur’an).
Pada akhirnya, banyak penulis saksikan orang-orang berhenti belajar agama ketika sudah menginjak pendidikan menengah, apalagi sesudah menginjakkan kakinya di pendidikan tinggi. Salah satu orang itu tidak lain adalah penulis.
Maka tidak aneh jika di masyarakat ada gejala anomali, dimana dibeberapa negara ditemukan semakin tinggi pendidikan kaum perempuan semakin tinggi terkena resiko penyakit mematikan HIV/AIDS. Dalam bahasa awam semakin tinggi pendidikan kaum perempuan semakin bebas aktivitas seksnya. Ini artinya, semakin tinggi pendidikan tidak berbanding lurus dengan tingkat keimanan seseorang.
Demikian juga dalam kasus korupsi, sempat diutarakan bahwa para pelaku korupsi hampir rata-rata dilakukan oleh mereka yang berpendidikan sarjana. Bahkan perguruan tinggi yang melahirkan sarjana, di kritik pedas sebagai lembaga yang melahirkan generasi korup.
Pertanyaan besarnya, mengapa ajaran-ajaran moral agama yang diceramahkan sejak pendidikan dasar tidak bisa menjadi benteng dikala seseorang sudah menginjak pendidikan tinggi? Seperti penulis rasakan, pelajaran agama yang hanya diajarkan dua jam di sekolah atau dua sks di perguruan tinggi, tidak lagi menarik untuk dipelajari.
Penyebab agama tidak diminati oleh mereka yang berpendidikan menengah dan tinggi adalah bersumber pada dua kata, yaitu ra’yu dan qalam. Kata ra’yu diartikan sebagai pikiran. Kata ra’yu yang diartikan pikiran telah menjauhkan agama dari kaum intelektual. Akibat arti dari satu kata ini, Tuhan dianggap telah melarang orang-orang untuk berpikir dalam memahami agama. Larangan ini sering dikaitkan dengan bunyi hadits yang mengatakan bahwa “siapa menyelesaikan agamanya dengan ra’yu-nya siap-siap masuk neraka”. Karena ra’yu diartikan pikiran, maka matilah dorongan berpikir dalam memahami agama karena takut masuk neraka. Padahal di dalam kitab suci Al-Qur’an terdapat 63 ayat yang memerintahkan kita untuk berpikir.
Menurut Fahmi Basya (2013), yang tepat arti kata ra’yu bukan pikiran, tapi penglihatan bahkan sebagai penglihatan di dalam mimpi. Fahmi Basya menjelaskan, di dalam beberapa ayat Al-Qur’an kata ra’yu sering diartikan sebagai penglihatan atau pandangan. “Dan tidak Kami jadikan penglihatan yang Kami lihatkan kepadamu itu melainkan ujian untuk manusia”. (Al-Israa:60).
Selanjutnya menurut Fahmi Basya, kata berpikir di dalam Al-Qur’an disebutkan dengan kata yatafakkarun. “sesungguhnya di dalam itu ada ayat-ayat untuk kaum yang berpikir (yatafakarun)”. (Arra’d:3).
Penyebab kedua adalah kata qalam diartikan sebagai perkataan Tuhan, kalam, atau pena. Dari ketiga tafsir tersebut sangat jauh sekali bersentuhan dengan aktivitas berpikir. Menurut Fahmi Basya, kata QALAM bisa ditafsirkan LOGIKA. “yang mengajarkan (manusia) dengan kalam (LOGIKA). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al ‘Alaq:4-5).
Kata logika ditafsirkan dari peristiwa pembunuhan Habil oleh Kabil. “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. (Al maa ‘idah:31)
Menurut Fahmi Basya, proses peniruan Kabil cara menguburkan mayit Habil dari sesekor burung gagak adalah Alqalam (cara Allah mengajarkan manusia). Proses PENIRUAN adalah LOGIKA. Dengan logika Allah mengajar kepada manusia apa-apa yang belum diketahuinya. Tanpa logika manusia tidak akan pernah mengetahui ayat-ayat Allah.
Para ulama, ahli fiqih, Mutakalim, tidak mempermasalahkan penggunaan logika dalam memahami ayat-ayat Allah. Hal yang dipermasalahkan adalah menggunakan logika untuk menentang kebenaran wahyu. Seharunya logika digunakan untuk meneliti, menelaah, membuktikan kebenaran-kebenaran wahyu, untuk menemukan hakikat Tuhan sampai menemukan keyakinan tinggi (haqul yakin) kepada kekuasaan kebenaran ayat-ayat Tuhan.
Hanya gara-gara dua kata di atas, berabad-abad manusia mengalami kemunduran kualitas hidup. Selamat sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.
Pada akhirnya, banyak penulis saksikan orang-orang berhenti belajar agama ketika sudah menginjak pendidikan menengah, apalagi sesudah menginjakkan kakinya di pendidikan tinggi. Salah satu orang itu tidak lain adalah penulis.
Maka tidak aneh jika di masyarakat ada gejala anomali, dimana dibeberapa negara ditemukan semakin tinggi pendidikan kaum perempuan semakin tinggi terkena resiko penyakit mematikan HIV/AIDS. Dalam bahasa awam semakin tinggi pendidikan kaum perempuan semakin bebas aktivitas seksnya. Ini artinya, semakin tinggi pendidikan tidak berbanding lurus dengan tingkat keimanan seseorang.
Demikian juga dalam kasus korupsi, sempat diutarakan bahwa para pelaku korupsi hampir rata-rata dilakukan oleh mereka yang berpendidikan sarjana. Bahkan perguruan tinggi yang melahirkan sarjana, di kritik pedas sebagai lembaga yang melahirkan generasi korup.
Pertanyaan besarnya, mengapa ajaran-ajaran moral agama yang diceramahkan sejak pendidikan dasar tidak bisa menjadi benteng dikala seseorang sudah menginjak pendidikan tinggi? Seperti penulis rasakan, pelajaran agama yang hanya diajarkan dua jam di sekolah atau dua sks di perguruan tinggi, tidak lagi menarik untuk dipelajari.
Penyebab agama tidak diminati oleh mereka yang berpendidikan menengah dan tinggi adalah bersumber pada dua kata, yaitu ra’yu dan qalam. Kata ra’yu diartikan sebagai pikiran. Kata ra’yu yang diartikan pikiran telah menjauhkan agama dari kaum intelektual. Akibat arti dari satu kata ini, Tuhan dianggap telah melarang orang-orang untuk berpikir dalam memahami agama. Larangan ini sering dikaitkan dengan bunyi hadits yang mengatakan bahwa “siapa menyelesaikan agamanya dengan ra’yu-nya siap-siap masuk neraka”. Karena ra’yu diartikan pikiran, maka matilah dorongan berpikir dalam memahami agama karena takut masuk neraka. Padahal di dalam kitab suci Al-Qur’an terdapat 63 ayat yang memerintahkan kita untuk berpikir.
Menurut Fahmi Basya (2013), yang tepat arti kata ra’yu bukan pikiran, tapi penglihatan bahkan sebagai penglihatan di dalam mimpi. Fahmi Basya menjelaskan, di dalam beberapa ayat Al-Qur’an kata ra’yu sering diartikan sebagai penglihatan atau pandangan. “Dan tidak Kami jadikan penglihatan yang Kami lihatkan kepadamu itu melainkan ujian untuk manusia”. (Al-Israa:60).
Selanjutnya menurut Fahmi Basya, kata berpikir di dalam Al-Qur’an disebutkan dengan kata yatafakkarun. “sesungguhnya di dalam itu ada ayat-ayat untuk kaum yang berpikir (yatafakarun)”. (Arra’d:3).
Penyebab kedua adalah kata qalam diartikan sebagai perkataan Tuhan, kalam, atau pena. Dari ketiga tafsir tersebut sangat jauh sekali bersentuhan dengan aktivitas berpikir. Menurut Fahmi Basya, kata QALAM bisa ditafsirkan LOGIKA. “yang mengajarkan (manusia) dengan kalam (LOGIKA). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al ‘Alaq:4-5).
Kata logika ditafsirkan dari peristiwa pembunuhan Habil oleh Kabil. “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. (Al maa ‘idah:31)
Menurut Fahmi Basya, proses peniruan Kabil cara menguburkan mayit Habil dari sesekor burung gagak adalah Alqalam (cara Allah mengajarkan manusia). Proses PENIRUAN adalah LOGIKA. Dengan logika Allah mengajar kepada manusia apa-apa yang belum diketahuinya. Tanpa logika manusia tidak akan pernah mengetahui ayat-ayat Allah.
Para ulama, ahli fiqih, Mutakalim, tidak mempermasalahkan penggunaan logika dalam memahami ayat-ayat Allah. Hal yang dipermasalahkan adalah menggunakan logika untuk menentang kebenaran wahyu. Seharunya logika digunakan untuk meneliti, menelaah, membuktikan kebenaran-kebenaran wahyu, untuk menemukan hakikat Tuhan sampai menemukan keyakinan tinggi (haqul yakin) kepada kekuasaan kebenaran ayat-ayat Tuhan.
Hanya gara-gara dua kata di atas, berabad-abad manusia mengalami kemunduran kualitas hidup. Selamat sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.
MAU JADI MANUSIA MERDEKA?
Mari kita belajar pengertian merdeka dari Tuhan. Selama ini kita terlalu fokus pada pengertian-pengertian merdeka yang terkait dengan kehidupan dunia semata. Makna kemerdekaan yang dikaitkan dengan kenyataan duniawi sangat dinamis, sangat tergantung pada sudut pandang.
Contoh pemahaman kata merdeka bagi orang Indonesia adalah terbebas dari penjajahan Belanda, bagi orang Amerika Serikat, kemerdekaan adalah kebebasan berpikir, berwujud dalam bebas dalam tindakan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Bisa jadi karena perbedaan pandangan dalam konsep kemerdekaan, maka terjadilah konflik kepentingan. Di satu sisi bangsa Amerika Serikat merasa sedang melaksanakan kebebasannya dalam berpikir dan bertindak, di sisi lain ada bangsa yang merasa terjajah.
Penulis akan sodorkan konsep kemerdekaan dari petunjuk Tuhan. Konsep merdeka dari Tuhan, penulis kembangkan dari kitab suci. Setiap agama punya kitab suci. Saya yakin setiap kitab suci dari agama manapun diakui oleh penganutnya untuk semua manusia.
Kitab suci Al-qur’an yang diimani oleh umat Islam, ditujukan untuk mengatur kehidupan umat manusia. Betul, kebenaran kitab suci diterima berdasarkan keimanan masing-masing. Umat Kristen, Hindu, Buddha, tidak akan menerima kebenaran kitab suci Al-Qur’an karena tidak mengimaninya.
Tetapi keimanan itu tidak terbebas dari penggunaan akal (logika). Untuk mengimani sesuatu perlu campur tangan akal, tanpa kemampuan akal keimanan bisa membutakan hati. Untuk itulah Tuhan selalu bertanya kepada manusia, “apakah kamu tidak menggunakan akal, berpikir?”
Untuk menguji, apakah kitab suci itu benar-benar dari Tuhan, diperlukan akal. Setiap manusia telah diberi akal oleh Tuhan. Guna akal adalah untuk membenarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Jika semua manusia menggunakan akalnya, menguji kebenaran-kebenaran wahyu Tuhan (Al-Qur’an), maka sangat tidak mungkin tidak mengenal Tuhan.
Kembali ke masalah konsep merdeka. Mengapa perlu mengembangkan konsep merdeka dari petunjuk Tuhan (kitab suci)? Bari bertanya ke diri sendiri, ujung-ujungnya hidup ini mau ke mana? Semuanya akan kembali ke alam akhirat untuk bertemu Tuhan. Jika ada orang-orang Atheis yang tidak percaya alam akhirat, jangan percaya, mereka adalah the real stupid, dan sudah pasti, setiap mereka mengaku saya Atheis, dia telah melakukan kebohongan besar. Masih mau dengerin pembual seperti orang-orang Atheis?
Ini petunjuk dari Tuhan, dunia ini tidak terpisah-pisah seperti kata orang-orang sekuler dan atheis. Dunia ini sebuah rangkaian hidup yang terus berkelanjutan menuju akhirat. Alam dunia dan alam akhirat merupakan satu kesatuan utuh. Cita-cita sejahtera di kehidupan akhirat, harus diupayakan sejak kehidupan dunia. Logika yang harus berlaku adalah kesejahteraan di dunia itu menjadi sebab kesejahteraan di akhirat. Atau merdeka di dunia menjadi sebab merdekanya di akhirat.
Jadi merdeka itu apa? Ayat di bawah ini mengandung logika penjelasan konsep merdeka.
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, INGATLAH NIKMAT ALLAH ATASMU ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan DIJADIKAN-NYA KAMU ORANG-ORANG MERDEKA, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain". (Al maa”dah:20).
Ini kunci untuk menjadi orang merdeka. Tolong baca, MENGINGAT NIKMAT ALLAH adalah sebab, DIJADIKAN-NYA KAMU ORANG-ORANG MERDEKA adalah akibat.
Pertanyaannya, mengapa dengan mengingat nikmat Tuhan kita bisa menjadi orang-orang merdeka? Dengan mengingat nikmat Tuhan berarti kita telah mengiyakan bahwa Tuhanlah yang memenuhi segala kebutuhan hidup kita.
Setiap yang diingat pasti sudah dialami, maka untuk bisa ingat nikmat Tuhan, terlebih dahulu kita harus mengalami. Untuk bisa mengalami (pernah), merasakan nikmat Tuhan, harus membuktikan sendiri.
Proses pembuktian nikmat-nikmat Tuhan inilah yang rata-rata jarang dilalui umat beragama. Padahal proses pembuktian ini sama dengan perintah membaca (iqra), yang menjadi awal turunnya wahyu Al-Qur’an. Proses pembuktian ini cara kerjanya sama dengan cara kerja para ilmuwan dalam membuktikan teori.
Sebagai contoh sudah saya ulang-ulang, “jika setiap sedekah (KEBAIKAN) yang kita LAKUKAN akan berbalas 10 kali lipat” (lihat: Al An’aam:160). Tahap selanjutnya, buktikan apakah benar hukumnya BERLAKU demikian? Tanpa proses pembuktian, setiap manusia berpotensi mendustakan nikmat yang telah diberikan Tuhan.
Maka dari itu Tuhan selalu bertanya kepada manusia dalam firmannya, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Ar Rahmaan:13). Banyak orang mendustakan nikmat Tuhan karena enggan membuktikan, atau menganggap Tuhan tidak bisa menjangkau kehidupan rasional. Karena enggan membuktikan, akibatnya sulit mengingat nikmat Tuhan yang telah kita terima.
Jadi mengingat-ingat nikmat Tuhan adalah bentuk latihan otak (Braind Training), agar mindset, pola pikir, logika, kita selalu tergantung pada Tuhan sebagai satu-satunya sebab pemberi nikmat. Maka sebagai braind training, Tuhan memerintahkan manusia untuk mengingat-ingat nikmat Tuhan sebanyak-banyaknya. Firman Tuhan, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (mengingat-ingatnya). (Adh Dhuha:11)
Jika mindset, pola pikir, logika, sudah mantap menjadikan Tuhan sebagai sebab, maka merdekalah orang itu. Sebesar apapun keinginan dan kebutuhan, dia yakin akan dipenuhi oleh Tuhan. Maka akan sampailah orang itu pada kesimpulan, bahwa semua makhluk selain Tuhan bukan penyebab, dia tunduk pada kehendak Tuhan.
Jika seseorang sudah membuktikan dan terus mengingat-ingat seluruh nikmat Tuhan, akan sampailah dia pada derajat haqul yakin. Merdeka adalah kebebasan mewujudkan segala keinginan hidup dengan mengandalkan pada kekuasaan Tuhan. Apakah ada yang tidak bisa diwujudkan Tuhan? Semuanya bisa.
Sekali lagi, merdekalah orang-orang yang selalu mengingat-ingat nikmat Tuhan, karena mereka mencapai tingkat keyakinan tertinggi bahwa semua cita-cita hidupnya bisa diwujudkan oleh Tuhan. Mereka pasti merdeka di dunia dan akhirat.
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.
Contoh pemahaman kata merdeka bagi orang Indonesia adalah terbebas dari penjajahan Belanda, bagi orang Amerika Serikat, kemerdekaan adalah kebebasan berpikir, berwujud dalam bebas dalam tindakan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Bisa jadi karena perbedaan pandangan dalam konsep kemerdekaan, maka terjadilah konflik kepentingan. Di satu sisi bangsa Amerika Serikat merasa sedang melaksanakan kebebasannya dalam berpikir dan bertindak, di sisi lain ada bangsa yang merasa terjajah.
Penulis akan sodorkan konsep kemerdekaan dari petunjuk Tuhan. Konsep merdeka dari Tuhan, penulis kembangkan dari kitab suci. Setiap agama punya kitab suci. Saya yakin setiap kitab suci dari agama manapun diakui oleh penganutnya untuk semua manusia.
Kitab suci Al-qur’an yang diimani oleh umat Islam, ditujukan untuk mengatur kehidupan umat manusia. Betul, kebenaran kitab suci diterima berdasarkan keimanan masing-masing. Umat Kristen, Hindu, Buddha, tidak akan menerima kebenaran kitab suci Al-Qur’an karena tidak mengimaninya.
Tetapi keimanan itu tidak terbebas dari penggunaan akal (logika). Untuk mengimani sesuatu perlu campur tangan akal, tanpa kemampuan akal keimanan bisa membutakan hati. Untuk itulah Tuhan selalu bertanya kepada manusia, “apakah kamu tidak menggunakan akal, berpikir?”
Untuk menguji, apakah kitab suci itu benar-benar dari Tuhan, diperlukan akal. Setiap manusia telah diberi akal oleh Tuhan. Guna akal adalah untuk membenarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Jika semua manusia menggunakan akalnya, menguji kebenaran-kebenaran wahyu Tuhan (Al-Qur’an), maka sangat tidak mungkin tidak mengenal Tuhan.
Kembali ke masalah konsep merdeka. Mengapa perlu mengembangkan konsep merdeka dari petunjuk Tuhan (kitab suci)? Bari bertanya ke diri sendiri, ujung-ujungnya hidup ini mau ke mana? Semuanya akan kembali ke alam akhirat untuk bertemu Tuhan. Jika ada orang-orang Atheis yang tidak percaya alam akhirat, jangan percaya, mereka adalah the real stupid, dan sudah pasti, setiap mereka mengaku saya Atheis, dia telah melakukan kebohongan besar. Masih mau dengerin pembual seperti orang-orang Atheis?
Ini petunjuk dari Tuhan, dunia ini tidak terpisah-pisah seperti kata orang-orang sekuler dan atheis. Dunia ini sebuah rangkaian hidup yang terus berkelanjutan menuju akhirat. Alam dunia dan alam akhirat merupakan satu kesatuan utuh. Cita-cita sejahtera di kehidupan akhirat, harus diupayakan sejak kehidupan dunia. Logika yang harus berlaku adalah kesejahteraan di dunia itu menjadi sebab kesejahteraan di akhirat. Atau merdeka di dunia menjadi sebab merdekanya di akhirat.
Jadi merdeka itu apa? Ayat di bawah ini mengandung logika penjelasan konsep merdeka.
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, INGATLAH NIKMAT ALLAH ATASMU ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan DIJADIKAN-NYA KAMU ORANG-ORANG MERDEKA, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain". (Al maa”dah:20).
Ini kunci untuk menjadi orang merdeka. Tolong baca, MENGINGAT NIKMAT ALLAH adalah sebab, DIJADIKAN-NYA KAMU ORANG-ORANG MERDEKA adalah akibat.
Pertanyaannya, mengapa dengan mengingat nikmat Tuhan kita bisa menjadi orang-orang merdeka? Dengan mengingat nikmat Tuhan berarti kita telah mengiyakan bahwa Tuhanlah yang memenuhi segala kebutuhan hidup kita.
Setiap yang diingat pasti sudah dialami, maka untuk bisa ingat nikmat Tuhan, terlebih dahulu kita harus mengalami. Untuk bisa mengalami (pernah), merasakan nikmat Tuhan, harus membuktikan sendiri.
Proses pembuktian nikmat-nikmat Tuhan inilah yang rata-rata jarang dilalui umat beragama. Padahal proses pembuktian ini sama dengan perintah membaca (iqra), yang menjadi awal turunnya wahyu Al-Qur’an. Proses pembuktian ini cara kerjanya sama dengan cara kerja para ilmuwan dalam membuktikan teori.
Sebagai contoh sudah saya ulang-ulang, “jika setiap sedekah (KEBAIKAN) yang kita LAKUKAN akan berbalas 10 kali lipat” (lihat: Al An’aam:160). Tahap selanjutnya, buktikan apakah benar hukumnya BERLAKU demikian? Tanpa proses pembuktian, setiap manusia berpotensi mendustakan nikmat yang telah diberikan Tuhan.
Maka dari itu Tuhan selalu bertanya kepada manusia dalam firmannya, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Ar Rahmaan:13). Banyak orang mendustakan nikmat Tuhan karena enggan membuktikan, atau menganggap Tuhan tidak bisa menjangkau kehidupan rasional. Karena enggan membuktikan, akibatnya sulit mengingat nikmat Tuhan yang telah kita terima.
Jadi mengingat-ingat nikmat Tuhan adalah bentuk latihan otak (Braind Training), agar mindset, pola pikir, logika, kita selalu tergantung pada Tuhan sebagai satu-satunya sebab pemberi nikmat. Maka sebagai braind training, Tuhan memerintahkan manusia untuk mengingat-ingat nikmat Tuhan sebanyak-banyaknya. Firman Tuhan, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (mengingat-ingatnya). (Adh Dhuha:11)
Jika mindset, pola pikir, logika, sudah mantap menjadikan Tuhan sebagai sebab, maka merdekalah orang itu. Sebesar apapun keinginan dan kebutuhan, dia yakin akan dipenuhi oleh Tuhan. Maka akan sampailah orang itu pada kesimpulan, bahwa semua makhluk selain Tuhan bukan penyebab, dia tunduk pada kehendak Tuhan.
Jika seseorang sudah membuktikan dan terus mengingat-ingat seluruh nikmat Tuhan, akan sampailah dia pada derajat haqul yakin. Merdeka adalah kebebasan mewujudkan segala keinginan hidup dengan mengandalkan pada kekuasaan Tuhan. Apakah ada yang tidak bisa diwujudkan Tuhan? Semuanya bisa.
Sekali lagi, merdekalah orang-orang yang selalu mengingat-ingat nikmat Tuhan, karena mereka mencapai tingkat keyakinan tertinggi bahwa semua cita-cita hidupnya bisa diwujudkan oleh Tuhan. Mereka pasti merdeka di dunia dan akhirat.
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.
Wednesday, September 4, 2013
PEDOMAN HIDUP SUKSES DARI LOGIKA AL ’ASHR
Oleh: Muhammad Plato
Sejarah sesungguhnya mengajarkan kepada kita tentang keharusan manusia menghargai waktu, agar manusia bisa hidup sejahtera di dunia dan akhirat. Saya sudah belajar sejarah kurang lebih 29 tahun, baru tahun ini (2013) saya baru menemukan pedoman bagaimana cara hidup sukses belajar dari sejarah.
Berkaitan dengan waktu, Tuhan mengingatkan kepada manusia agar waspada dan hargai waktu. Allah swt berfirman;
“Demi masa (waktu). Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (Al ‘Ashr:1-3)
Saya coba tafsir ayat di atas dengan ilmu sejarah yang saya geluti. Begini, jika hidup ini adalah bentangan waktu dari masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang, sampai akhirat. Maka siapakah orang-orang yang rugi yang dijelaskan dalam surat Al ‘Ashr di atas?
Untuk menjawabnya kita gunakan logika sejarah. Dalam logika sejarah, masa lalu adalah penyebab masa sekarang dan yang akan datang (AKHIRAT). Maka, jika masa lalu seseorang buruk akan berakibat pada masa depan yang buruk. Sudah dapat dipastikan orang-orang yang selalu mengisi waktu (masa lalunya) dengan keburukan, selamanya dia akan dapat keburukan di masa mendatang sampai akhirat. Inilah yang dikatakan orang-orang merugi.
Sebaliknya siapa orang-orang yang sukses? Dia adalah orang-orang yang selalu mengisi waktu (masa lalunya) dengan kebaikan. Masa lalunya yang baik akan menjadi sebab bagi masa depannya yang baik. Orang yang paling baik adalah mereka yang SABAR dalam arti mengisi waktu demi waktunya (masa lalu, demi masa lalunya) tetap dalam kebaikan. Sehingga masa depannya akan terus baik sampai menjangkau waktu akhirat.
Masa lalu penyebab kebaikan di masa depan adalah hukum mutlak dari Tuhan. Faktanya, seiring berjalannya waktu, kebaikan yang anda lakukan selalu di balas di depan. Buktikan saja, ketika anda berbuat baik waktu sekarang maka balasannya akan datang esok, lusa, seminggu, sebulan, setahun kemudian dan seterusnya. Ini membuktikan bahwa kebaikan yang anda lakukan menjadi sebab kebaikan di esok hari dan masa depan. Jika tidak berbuat kebaikan sebelumnya sangat tidak mungkin ada balasan kebaikan di masa depan.
Perihal balasan kebaikan dan keburukan, saya sudah sampaikan beberapa kali, bahwa Tuhan akan membalas (memberi imbalan) kepada kita atas apa-apa yang telah kita kerjakan. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,” (Al Israa’:7).
Balasan atas kebaikan dan keburukan yang kita lakukan itu adalah janji Tuhan. Dalam prosesnya Tuhan membalas kebaikan setelah kita melakukannya. Maka dari itulah, masa lalu kita yang baik akan menjadi sebab kebaikan kita di masa mendatang.
Untuk membangun masa depan yang baik, mutlak dibutuhkan KESABARAN. Apa itu kesabaran? Saya tegaskan lagi, sabar adalah menentapkan diri untuk mengisi waktu demi waktu dengan kebaikan agar masa depan kita selama tetap baik sampai batas waktu yang ditentukan Tuhan.
Dengan demikian kita selalu berdoa kepada Allah swt, “tetapkanlah kami di jalan yang lurus, jalan yang Engkau ridhai bukan jalan orang-orang yang tidak Engkau ridhai”. Siapa orang-orang yang di jalan lurus ini? Dia adalah orang-orang yang sabar membangun masa lalunya dengan kebaikan demi kebaikan agar masa depannya abadi dalam kebaikan (sejahtera dunia dan akhirat).
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.
Sebaliknya siapa orang-orang yang sukses? Dia adalah orang-orang yang selalu mengisi waktu (masa lalunya) dengan kebaikan. Masa lalunya yang baik akan menjadi sebab bagi masa depannya yang baik. Orang yang paling baik adalah mereka yang SABAR dalam arti mengisi waktu demi waktunya (masa lalu, demi masa lalunya) tetap dalam kebaikan. Sehingga masa depannya akan terus baik sampai menjangkau waktu akhirat.
Masa lalu penyebab kebaikan di masa depan adalah hukum mutlak dari Tuhan. Faktanya, seiring berjalannya waktu, kebaikan yang anda lakukan selalu di balas di depan. Buktikan saja, ketika anda berbuat baik waktu sekarang maka balasannya akan datang esok, lusa, seminggu, sebulan, setahun kemudian dan seterusnya. Ini membuktikan bahwa kebaikan yang anda lakukan menjadi sebab kebaikan di esok hari dan masa depan. Jika tidak berbuat kebaikan sebelumnya sangat tidak mungkin ada balasan kebaikan di masa depan.
Perihal balasan kebaikan dan keburukan, saya sudah sampaikan beberapa kali, bahwa Tuhan akan membalas (memberi imbalan) kepada kita atas apa-apa yang telah kita kerjakan. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,” (Al Israa’:7).
Balasan atas kebaikan dan keburukan yang kita lakukan itu adalah janji Tuhan. Dalam prosesnya Tuhan membalas kebaikan setelah kita melakukannya. Maka dari itulah, masa lalu kita yang baik akan menjadi sebab kebaikan kita di masa mendatang.
Untuk membangun masa depan yang baik, mutlak dibutuhkan KESABARAN. Apa itu kesabaran? Saya tegaskan lagi, sabar adalah menentapkan diri untuk mengisi waktu demi waktu dengan kebaikan agar masa depan kita selama tetap baik sampai batas waktu yang ditentukan Tuhan.
Dengan demikian kita selalu berdoa kepada Allah swt, “tetapkanlah kami di jalan yang lurus, jalan yang Engkau ridhai bukan jalan orang-orang yang tidak Engkau ridhai”. Siapa orang-orang yang di jalan lurus ini? Dia adalah orang-orang yang sabar membangun masa lalunya dengan kebaikan demi kebaikan agar masa depannya abadi dalam kebaikan (sejahtera dunia dan akhirat).
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.
Monday, September 2, 2013
KALAU MAU KAYA, KENAPA HARUS BACA AL WAAQI’AH?
“Siapa yang sering membaca surat Al Waaqi’ah, maka Allah akan memudahkan rejekinya”, begitulah ustad-ustad mengajarkan kepada kita. Para ustad juga menetapkan waktu-waktu tebaik membaca surat Waaqi’ah. Misalnya, dibaca setiap habis shalat lima waktu satu kali, khusus sehabis shalat ashar tiga kali. Tidak lupa dibaca juga pada saat habis melaksanakan shalat tahajud.
Pertanyaannya, mengapa para ulama mengaitkan surat Al Waaqi’ah dengan KEKAYAAN? Mengapa tidak surat Al Fatihah, Al Baqarah, At Thalaaq, atau An Nisaa? Untuk sekedar menjawab kepenasaran, kita harus melihat isi surat Waaqi’ah?
Kenyataannya banyak orang (sebelumnya termasuk penulis) yang tidak mengerti, mengapa harus baca surat Al Waaqi’ah ketika mau jadi orang kaya. Padahal setelah dibaca artinya, surat Al Waaqi’ah sebagian besar berbicara tentang kejadian kiamat dan kehidupan akhirat.
Secara harfiah arti Waaqi’ah adalah kiamat. Substansi dari surat Al Waaqi’ah berbicara tentang kepastian dan dahsyatnya terjadi kiamat. Kemudian manusia terbagi menjadi tiga golongan. Sebelum terbentuk tiga golongan, dipisah dulu menjadi dua golongan yaitu golongan kanan dan kiri. Lalu golongan kanan terbagi menjadi tiga golongan yaitu sebagian besar golongan awal, sebagian kecil golongan akhir, dan sebagian besar golongan paling akhir.
Golongan kanan adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Segala yang dikerjakan golongan kanan akan dibalas dengan kebahagiaan. Sedangkan golongan kiri adalah mereka yang di dunia hidup bermewah-mewahan dan terus menerus melakukan dosa besar. Kehidupan mereka tidak akan menemukan kesejukan dan tidak menyenangkan sama sekali.
Lalu Tuhan memerintahkan para calon orang kaya untuk berpikir dan membuktikan, siapakah yang menurunkan air hujan? siapakah yang menumbuhkan tanaman? terangkan bagaimana nutfah dipancarkan? Siapakah yang menciptakan manusia? Orang-orang yang didekatkan kepada Tuhan, akan menjawab semuanya berada di atas kekuasaan Tuhan.
Esensinya, mengapa para ustad atau ulama menyuruh para calon orang kaya untuk membaca, dan memahami, surat Al-Waaqi’ah. Belajar dari isi surat Al Waaqi’ah, ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh para calon orang kaya.
Pertama; para calon orang kaya harus yakin bahwa di masa depan ada kehidupan akhirat. Di masa depan (akhirat), hidup manusia pasti ditentukan masa lalunya yaitu semasa hidup di dunia. Apa-apa yang dikerjakannya di masa lalu (dunia) akan diperoleh akibatnya di masa depan (akhirat).
Kedua; para calon orang kaya, harus menghindari sikap berlebihan dan menyekutukan Tuhan (dosa besar). Banyak bukti (di negara-negara maju), kekayaan bisa mengalihkan ketaatan manusia kepada Tuhan (Atheis), dan bermewah-mewahan (hidup serakah melebihi batas dari kebutuhan).
Ketiga; para calon orang kaya, harus punya keyakinan kuat, bahwa semua kemungkinan yang terjadi ada dalam kehendak dan kekuasaan Tuhan. Jangan mencari kekayaan di luar jalan yang telah ditentukan Tuhan seperti pesugihan (persekutuan dengan selain Tuhan).
Tuhan sangat tegas, agar manusia yakin terhadap kekuasaan-Nya. Bentuk ketegasan itu dikemukakan dalam bentuk sumpah Tuhan dengan tempat beredarnya bintang-bintang.
Keempat; para calon orang kaya, jangan anggap remeh apa yang telah diwahyukan Tuhan dalam Al-Qur’an. Semua yang ditetapkan Tuhan itulah kenyataannya.
Dari keempat syarat para calon orang kaya di atas, hal yang paling esensi untuk dimiliki para calon orang kaya adalah benar-benar berkeyakinan dengan memastikan (absolut) datangnya hari kiamat dan adanya alam akhirat di masa mendatang. Keyakinan terhadap datangnya kiamat dan alam akhirat, akan memanjangkan harapan hidup orang-orang kaya yang bukan hanya sekedar berorientasi pada kehidupan dunia semata, tetapi lebih visioner ke depan yaitu akhirat.
Maka orang-orang kaya yang visi hidupnya menjangkau akhirat tidak akan berbuat berlebihan di dunia dan akan terhindar dari perbuatan dosa besar (menyepelekan Tuhan). Dengan demikian, orang kaya yang visi hidupnya sampai akhirat akan berani berkorban dengan kehidupan dunianya demi mempertahankan visi hidupnya di akhirat. Bagi orang-orang kaya yang punya visi akhirat, urusan-urusan yang oreintasinya dunia semata menjadi sepele. Sedangkan urusan dunianya yang bervisi akhirat menjadi urusan-urusan besar. Orang-orang kaya seperti ini akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan dengan harta kekayaan yang dimilikinya untuk sebuah visi akhiratnya.
Inilah moralitas para calon orang kaya yang akan didekatkan kepada Tuhan. Sesungguhnya kekayaan itu adalah salah satu alat untuk mencapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Siapa yang menjadikan kekayaan sebagai alat kebahagiaan di dunia, maka dialah orang-orang rugi di masa mendatang (akhirat).
Bacalah kekayaan yang kamu miliki atas nama Tuhan Mu, siapakah yang menciptakan kamu dari setetes mani? Tuhanlah yang melapangkan rezeki dan menyempitkannya. Bersyukurlah dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada mu. Berusaha keraslah supaya kamu yakin adanya akhirat.
Semoga Anda sekalian menjadi orang-orang kaya, dan jadikan kekayaan Anda untuk menggapai visi Anda di akhirat bukan di dunia. Dengan demikian Isnya Allah dunia mu sejahtera.
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.
Pertanyaannya, mengapa para ulama mengaitkan surat Al Waaqi’ah dengan KEKAYAAN? Mengapa tidak surat Al Fatihah, Al Baqarah, At Thalaaq, atau An Nisaa? Untuk sekedar menjawab kepenasaran, kita harus melihat isi surat Waaqi’ah?
Kenyataannya banyak orang (sebelumnya termasuk penulis) yang tidak mengerti, mengapa harus baca surat Al Waaqi’ah ketika mau jadi orang kaya. Padahal setelah dibaca artinya, surat Al Waaqi’ah sebagian besar berbicara tentang kejadian kiamat dan kehidupan akhirat.
Secara harfiah arti Waaqi’ah adalah kiamat. Substansi dari surat Al Waaqi’ah berbicara tentang kepastian dan dahsyatnya terjadi kiamat. Kemudian manusia terbagi menjadi tiga golongan. Sebelum terbentuk tiga golongan, dipisah dulu menjadi dua golongan yaitu golongan kanan dan kiri. Lalu golongan kanan terbagi menjadi tiga golongan yaitu sebagian besar golongan awal, sebagian kecil golongan akhir, dan sebagian besar golongan paling akhir.
Golongan kanan adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Segala yang dikerjakan golongan kanan akan dibalas dengan kebahagiaan. Sedangkan golongan kiri adalah mereka yang di dunia hidup bermewah-mewahan dan terus menerus melakukan dosa besar. Kehidupan mereka tidak akan menemukan kesejukan dan tidak menyenangkan sama sekali.
Lalu Tuhan memerintahkan para calon orang kaya untuk berpikir dan membuktikan, siapakah yang menurunkan air hujan? siapakah yang menumbuhkan tanaman? terangkan bagaimana nutfah dipancarkan? Siapakah yang menciptakan manusia? Orang-orang yang didekatkan kepada Tuhan, akan menjawab semuanya berada di atas kekuasaan Tuhan.
Esensinya, mengapa para ustad atau ulama menyuruh para calon orang kaya untuk membaca, dan memahami, surat Al-Waaqi’ah. Belajar dari isi surat Al Waaqi’ah, ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh para calon orang kaya.
Pertama; para calon orang kaya harus yakin bahwa di masa depan ada kehidupan akhirat. Di masa depan (akhirat), hidup manusia pasti ditentukan masa lalunya yaitu semasa hidup di dunia. Apa-apa yang dikerjakannya di masa lalu (dunia) akan diperoleh akibatnya di masa depan (akhirat).
Kedua; para calon orang kaya, harus menghindari sikap berlebihan dan menyekutukan Tuhan (dosa besar). Banyak bukti (di negara-negara maju), kekayaan bisa mengalihkan ketaatan manusia kepada Tuhan (Atheis), dan bermewah-mewahan (hidup serakah melebihi batas dari kebutuhan).
Ketiga; para calon orang kaya, harus punya keyakinan kuat, bahwa semua kemungkinan yang terjadi ada dalam kehendak dan kekuasaan Tuhan. Jangan mencari kekayaan di luar jalan yang telah ditentukan Tuhan seperti pesugihan (persekutuan dengan selain Tuhan).
Tuhan sangat tegas, agar manusia yakin terhadap kekuasaan-Nya. Bentuk ketegasan itu dikemukakan dalam bentuk sumpah Tuhan dengan tempat beredarnya bintang-bintang.
Keempat; para calon orang kaya, jangan anggap remeh apa yang telah diwahyukan Tuhan dalam Al-Qur’an. Semua yang ditetapkan Tuhan itulah kenyataannya.
Dari keempat syarat para calon orang kaya di atas, hal yang paling esensi untuk dimiliki para calon orang kaya adalah benar-benar berkeyakinan dengan memastikan (absolut) datangnya hari kiamat dan adanya alam akhirat di masa mendatang. Keyakinan terhadap datangnya kiamat dan alam akhirat, akan memanjangkan harapan hidup orang-orang kaya yang bukan hanya sekedar berorientasi pada kehidupan dunia semata, tetapi lebih visioner ke depan yaitu akhirat.
Maka orang-orang kaya yang visi hidupnya menjangkau akhirat tidak akan berbuat berlebihan di dunia dan akan terhindar dari perbuatan dosa besar (menyepelekan Tuhan). Dengan demikian, orang kaya yang visi hidupnya sampai akhirat akan berani berkorban dengan kehidupan dunianya demi mempertahankan visi hidupnya di akhirat. Bagi orang-orang kaya yang punya visi akhirat, urusan-urusan yang oreintasinya dunia semata menjadi sepele. Sedangkan urusan dunianya yang bervisi akhirat menjadi urusan-urusan besar. Orang-orang kaya seperti ini akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan dengan harta kekayaan yang dimilikinya untuk sebuah visi akhiratnya.
Inilah moralitas para calon orang kaya yang akan didekatkan kepada Tuhan. Sesungguhnya kekayaan itu adalah salah satu alat untuk mencapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Siapa yang menjadikan kekayaan sebagai alat kebahagiaan di dunia, maka dialah orang-orang rugi di masa mendatang (akhirat).
Bacalah kekayaan yang kamu miliki atas nama Tuhan Mu, siapakah yang menciptakan kamu dari setetes mani? Tuhanlah yang melapangkan rezeki dan menyempitkannya. Bersyukurlah dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada mu. Berusaha keraslah supaya kamu yakin adanya akhirat.
Semoga Anda sekalian menjadi orang-orang kaya, dan jadikan kekayaan Anda untuk menggapai visi Anda di akhirat bukan di dunia. Dengan demikian Isnya Allah dunia mu sejahtera.
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)