Tuesday, August 16, 2022

CARA MENJADI ORANG BERUNTUNG

OLEH: MUHAMMA PLATO

Keberuntungan adalah kemujuran hidup yang datangnya tidak disangka-sangka. Keberuntungan sering diyakini sebagai suatu keadaan yang tidak semua orang tahu apa sebabnya. Tentang keberuntungan banyak orang mengaitkannya dengan nasib-nasiban. Ada orang dinasibkan beruntung hidupnya ada orang yang kurang beruntung. Keberuntungan menjadi hal yang tidak bisa ditebak, dan kadang menjadi seperti undian. 

Kadang-kadang keberuntungan sering dijadikan alasan orang untuk menghindar dari sikap kerja keras. Keberuntungan juga sering dijadikan alasan oleh orang ketika mengalami kegagalan. Ada juga keyakinan bahwa tidak semua orang memiliki nasib beruntung. Tidak sedikit orang mencari keberuntungan dengan cara-cara mistis takhayul.

Al Qur an menjelaskan siap-siapa saja orang yang akan diberi keberuntungan. Merujuk pada Al Quran kita bisa menentukan siapa orang beruntung dan siapa yang merugi. Keberuntungan tidak ujug-ujug, tetapi ada sebab-sebab yang harus dimiliki agar orang bisa beruntung. Panduannya bisa kita kembangkan dari Al Qur'an. 

Satu-satunya orang yang tidak akan mendapat keberuntungan adalah mereka yang berbuat dosa. Perbuatan dosa adalah prilaku-prilaku tidak produktif dari hal kecil sampai hal besar. Semua peraturan yang baik datangnya dari Allah. Maka sikap dan prilaku yang tidak baik seperti indisipliner, tidak taat pada aturan, malas, melecehkan, tidak taat pada guru, pemimpin, adalah prilaku dosa (bertentangan dengan perintah Allah).  "Sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa" (Yunus, 10:17).

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Ali Imran, 3:200).

Salah satu penyebab keberuntungan seseorang adalah kesabaran. Kesabaran adalah sebuah tindakan, dalam bentuk gerak pasif atau pun aktif. Kesabaran dilakukan dalam kegiatan-kegiatan positif berdasarkan keyakinan pada Tuhan. Bersabar dalam kebaikan adalah penyebab keberuntungan.

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (Al Maa'idah, 5:100).

Penyebab keberuntungan kedua adalah mereka yang memiliki kemampuan akal untuk membedakan baik dan buruk tanpa terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan pribadi. Akal memiliki kedudukan netral, yang akan membedakan cara pandang seseorang adalah pengetahuan yang dimiliki.

Setiap pengetahuan yang masuk ke dalam memory otak akan jadi pembentuk cara pandang. Sumber pengetahuan dapat dibagi dua, yaitu pengetahuan alam material dan non material (kitab suci). Dominasi pengetahuan alam materi dalam otak akan membentuk cara pandang materialistik. Sebaliknya dominasi cara pandang non material dari kitab suci, akan memebntuk cara pandang mistik.

Cara pandang jalan tengah adalah cara pandang holistik yang menjadikan sumber pengetahuan alam dan sumber pengetahuan non alam (kita suci), saling berkaitan, saling memperkuat dan membawa kepada cara pandang hidup damai dan sejahtera. 

Orang yang akan mendapat keberuntungan bukan yang rajin shalat lupa bekerja, bukan pula yang rajin bekerja lupa shalat. Orang-orang yang beruntung adalah mereka yang rajin shalat dan rajin bekerja. Bagi orang-orang yang rajin shalat mereka akan rajin bekerja karena bekerja bagian dari implementasi sedekah. Inilah tanda bagi orang-orang yang akan mendapat keberuntungan.***


Saturday, August 13, 2022

ORANG SUCI TAKUT PADA ALLAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Rasa takut adalah naluri manusia. Setiap orang memiliki rasa takut. Rasa takut dapat menjadi penggerak seluruh aktivitas manusia. Rasa takut menjadi faktor penggerak manusia kreatif, bekerja, berpikir, dan mencipta. Rasa takut harus dikendalikan menjadi hal-hal produktif, agar manusia bisa hidup sejahtera di dunia dan akhirat. 

Rasa takut bisa lahir karena imajinasi manusia dan segala hasrat manusia. Imajinasi manusia tentang alam dan makhluk-makhluk transenden, bisa jadi penyebab rasa takut manusia. Imajinasi manusia tentang alam melahirkan keganasan alam yang menghancurkan infrastruktur kehidupan manusia. Alam dipersepsi sebagai kekuatan di luar manusia yang bersifat destruktif. 

Imajinasi manusia tentang makhluk transenden, berwujud menjadi makhluk-makhluk dengan wajah mengerikan dengan sifat-sifat yang buruk. Hantu-hantu lahir dalam imajinasi manusia sesuai dengan latar belakang budaya dan lingkungan alam dimana manusia tinggal. Mitologi-mitologi tentang makhluk transenden diciptakan turun-temurun, dan divisualisaskan dalam bentuk gambar-gambar hasil imanjinasi.

Lalu berbagai hasrat manusia untuk memiliki harta, keturunan, perusahaan, perkebunan, kendaraan, pasangan hidup, dan kedudukan, melahirkan rasa takut kekurangan. Rasa takut yang disebabkan hasrat manusia tentang keduniawiaan menjadi penyebab segala tindakan manusia untuk kepentingan-kepentingan pribadi yang cenderung pada duniawi. Persaingan teknologi informasi dan produksi, perang, adalah tindakan yang disebabkan oleh rasa takut kekurangan dengan kencenderungan kepentingan duniawi. 

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Al Baqarah, 2:155).

Rasa takut pada makhluk transenden, melahirkan tindakan-tindakan klenik atau takhayul. Tindakan-tindakan klenik, takhayul, terpelihara dalam sistem budaya masyarakat. Pada masyarakat rasional, budaya takhayul dikemas dalam karya-karya kreatif film horor. Berisi cerita-cerita karya imajinasi, animasi dikemas dengan mengembangkan berbagai teknologi desain grafis dan disebarkan melalui media informasi. Karya-karya film hasil imajinasi dianggap sebagai karya ilmiah, padahal tidak jauh beda dengan cerita kuntilanak dan genderwo yang ada pada masyarakat mistis. 

Dalam persaingan politik, rasa takut dapat diciptakan untuk mengendalikan orang atau bangsa. Islamophobia adalah rasa takut yang diciptakan untuk mengendalikan dan mendeskreditkan sebuah kelompok dengan tujuan-tujuan tertentu. Teror, kekerasan, ancaman, adalah bentuk-bentuk tindakan yang dapat menimbulkan rasa takut. 

Dalam konsep religius, rasa takut dapat menjadi pengendali manusia. Manusia-manusia suci adalah mereka yang takut mendurhakai Tuhannya karena takut pada akibat-akibat buruk dari perbuatannya yang telah ditetapkan Tuhan. Jiwa-jiwa yang kotor adalah mereka yang takut kepada selain Tuhan. 

"Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada adzab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan shalat. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali" (Fathir, 35:18).

Segala sesuatu telah diciptakan dan ditakdirkan Tuhan. Maka apapun rasa takut yang terjadi di dunia ini, seharusnya menjadi sebab ketakutan kepada Tuhan. Covid 19 terlepas dari berbagai pendapat, dia disebabkan oleh prilaku manusia yang buruk, maka kepada Tuhan kita memohon ampun, dan berbuat sebaik mungkin yang bermanfaat bagi banyak orang untuk mengakhirinya. Murakami (2006) ahli DNA dari Jepang mengakatan jika kita punya kepentingan dalam hidup, jalan terbaik untuk memenuhinya adalah memenuhi kepentingan orang lain. 

Atas dasar kasih sayangnya Allah menurunkan petunjuk jalan hidup kepada manusia. Rasulullah diutus untuk membawa petunjuk hidup berupa kabar baik bagi orang-orang yang takut kepada-Nya. Orang-orang yang takut kepada Allah adalah mereka yang pikiran dan hatinya suci. Sesungguhnya rasa takut yang akan membawa hidup manusia damai dan sejahtera adalah takut kepada Allah.

Maka, orang yang ingin selalu menyucikan dirinya dari perbuatan buruk adalah mereka yang punya rasa takut pada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi orang-orang suci adalah mereka yang punya rasa takut pada Allah dengan menyucikan diri dari perbuatan-perbuatan merugikan orang lain dan perbuatan yang dibenci oleh Allah. Jiwa-jiwa yang kotor adalah mereka yang menciptakan rasa takut untuk keuntungan diri dan golongan, dan menggiring pikiran serta hati orang lain takut kepada selain Allah. Iblis adalah makhluk yang selalu hadir dalam imajinasi manusia, untuk membelokkan rasa takut manusia pada selain Allah.***


sumber:

Murakami, K. (2006). The Divine Message of DNA. Mizan Pustaka.

Wednesday, August 10, 2022

PSIKOLOGI MEMBANGUN HARAPAN MENURUT AL QURAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Dunia pendidikan adalah upaya membangun harapan. Melalui pendidikan orang harus punya harapan bisa hidup lebih sejahtera. Pendidikan yang berbasis pengetahuan ajaran agama, cita-cita kebahagiannya tidak hanya di dunia, tetapi berkelanjutan dengan kesejahteraan hidup di akhirat. Inilah salah satu keuntungan jika pendidikan menggunakan sumber pengetahuan dari ajaran agama.

Membangun harapan adalah upaya pendidikan dalam membangun mental optimis. Untuk itu dalam dunia pendidikan tidak boleh ada kata-kata negatif yang bisa mematikan harapan siswa. Guru-guru harus mengajari cara-cara berkomunikasi positif, sehingga dalam kondisi apapun siswa tetap harus punya harapan positif.

Shalat Dhuha 12 Rakaat adalah tindakan yang akan melahirkan harapan.
Harapan abadi karena digantungkan pada Allah.

Kata-kata positif bisa dilatihkan pada siswa dengan mengawali pembelajaran dengan kegiatan berdoa bersama dan ceramah-ceramah motivasi setiap hari. Al Quran mengabarkan bahwa bagi orang-orang yang berpikirkan positif kata-kata yang keluar dari mulutnya semuanya kata-kata bernilai positif.  

"Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta" (An Naba', 78:35). Inilah gambaran dari lingkungan pendidikan. Semua perkatan harus dibiasakan perkataan-perkataan yang mengandung harapan baik. Setiap perkataan dalam lingkungan pendidikan harus mengandung kabar baik. "Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik". (Al Hajj, 22:37).

Agar para siswa selalu punya pikiran dan keyakinan hati yang postif, mereka harus dilatih untuk melakukan hal-hal baik setiap hari. Gerakan doa bersama untuk siswa muslim dan non muslim menjadi latihan otak untuk selalu bermental positif. Gerakan doa bersama bagi yang muslim, diawali dengan gerakan shalat dhuha 12 rakaat, dan non muslim dalam kegiatan doa harian.

Gerakan doa bersama, melalui shalat dhuha 12 rakaat dan doa harian untuk non muslim, sebuah tindakan baik yang akan terus memandu siswa setiap hari tetap opitmis. Secara psikologis, optimisme lahir setelah kita melakukan tindakan-tindakan baik. Sebaliknya pesimisme akan muncul jika tindakan-tindakan kita tidak baik. 

Al Quran memandu kita bagaiaman agar selalu punya harapan baik. "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Alam Nasyrah, 94:7-8). Pada hakikatnya semua yang diprogramkan dalam dunia pendidikan dalam upaya membangun harapan-harapan baik. Dan sebaik-baiknya harapan harus digantungkan kepada Tuhan. Karena Tuhan Abadi, maka harapan-harapan siswa yang digantung kepada Tuhan akan abadi. Para siswa akan tampil menjadi generasi-generasi optimis tanpa batas, pantang menyerah, dan pantang pustus asa.*** 


Sunday, August 7, 2022

JIKA MUSLIM SUMBER BERPIKIRNYA AL QURAN TIDAK AKAN KONFLIK

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Konflik pertama yang terjadi di muka bumi adalah antara Habil dan Kabil. Penyebab konflik kedua umat manusia ini terbagi dalam dua kategori, manusia yang satu berserah diri kepada Allah, dan manusia yang satu lagi mengikuti hawa nafsunya. Sejarah dua umat manusia ini dicatat dalam Al Quran.

Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa" (Al Maidah, 5:27). 

Penyebab terjadinya konflik adalah manusia-manusia yang cenderung membawa hawa nafsunya sendiri. Mereka berpikir dengan hawa nafsunya yang cenderung ingin selalu menang sendiri, selalu ingin menjadi yang terbaik, dan merasa dirinya paling benar. Ucapan-ucapannya selalu menyalahkan dan menyesatkan orang lain. Menyalahkan dan menyesatkan orang lain, berarti dia telah merasa diri menjadi sosok paling benar, sementara kebenaran mutlak milik Allah dan hak Allah untuk menghakiminya kelak di akhirat. Orang-orang ini digambarkan sebagai manusia yang menuhankan dirinya sendiri, seperti jejak langkah Fir'aun yaitu generasi Kabil.

Tugas Pendidikan Melahirkan Generasi Sabar dengan Keyakinan Pada Allah
Sebagai Tempat Bergantung Segala Makhluk

Nabi Muhammad adalah Rasul yang diutus untuk menyampaikan kebenaran dan menyempurnakan akhlak. Dalam menjalankan tugasnya Nabi penuh dengan kelembutan dan selalu menjadi suri teladan dalam membalas keburukan dengan kebaikan, sabar, memudahkan dan tidak menyulitkan. 

Dan manusia-manusia penyebab damai adalah mereka yang berusaha keras untuk berserah diri kepada Allah. Manusia-manusia penyebab damai adalah mereka yang menyerahkan segala kerja kerasnya atas petunjuk Allah, dan hasilnya pun mereka berserah diri kepada Allah.  

Tidak ada konflik dalam hati dan pikiran orang-orang yang berserah diri kepada Allah. Dalam melaksanakan tugasnya seperti apa yang dilakukan Nabi Muhammad, hanya menyampaikan kebenaran dari Tuhan Semesta Alam. "Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". (Yasin, 36:17). 

Kesabarannya dalam menyampaikan kebenaran tidak ada batasnya. Orang-orang yang berserah diri kepada Allah meyakini bahwa kesabaran akan selalu mendatangkan kebaikan. Kesabaran selalu menjadikan akhlaknya menjadi lemah lembut. Kesabaran akan menjadikan dirinya tetap optimis dan kreatif dalam menjalani kehidupan. Orang sabar beriman kepada apa yang diajarkan Allah.

Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Al 'Araaf, 7:87). 

Doa-doa yang terucap dari mulut seorang muslim selalu mendoakan keselamatan untuk seluruh umat manusia. Seorang muslim tunduk dan patuh kepada Allah. Segala tindakannya yang diatasnamakan pada Allah selalu membawa kesejahteraan dan kabar baik untuk umat. Sebagaimana Allah berfirman:

Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". (Al 'Araaf, 7:128).

Bagi seorang muslim, jaminan dari Allah terhadap orang-orang sabar sudah mendamaikan hatinya. Tugasnya di dunia tiada lain hanya menyampaikan kebenaran dan mendoakan semoga keberkahan dari langit dan bumi menimpa orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah.

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (Ar Ra'ad, 13:22).

Seorang muslim bermental kuat dan kekuatan itu hanya datang dari Allah. Dia meminta tolong kepada Allah dengan shalat dan sabar, menafkahkan sebagian rezekinya, untuk menolak kejahatan dengan kebaikan. Walalhu'alam.***


KAUM GENERALIS PEMERSATU UMAT

OLEH: MUHAMMAD PLATO 

Secara tidak sadar sebenarnya hidup kita sekarang sedang mewarisi budaya konflik dari umat terdahulu. Collingwood & Collingwood (1994) berpendapat, “the past survives in the present” artinya ada hubungan antara masa lalu dengan masa sekarang. Umat yang hidup sekarang adalah warisan dari masyarakat zaman dahulu. Sekarang dan masa lalu seperti dua sisi dari mata uang yang tidak terpisahkan.

Untuk memahami apa yang terjadi sekarang manusia harus belajar dari masa lalu. Jadi masa lalu bukan sekedar pengetahuan fakta, tapi pengetahuan tentang nilai-nilai hidup untuk menata kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Belajar dari sejarah merupakan bagian dari perintah Allah.

Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (Fathir, 35:44).

Tujuan Kita Sama Bekerja Sungguh Sungguh
Menuju Tuhan Yang Esa

Berjuta-juta tahun yang lalu, karakter manusia itu bisa dibaca dengan belajar sejarah. Bangsa-bangsa yang merasa kuat pada akhirnya akan binasa karena prilaku manusia itu sendiri. Sebagaimana kuatnya sebuah bangsa, dia sifatnya hanya sementara. Hal itu sudah menjadi hukum sejarah atau takdir Tuhan.

Konflik antar umat beragama sudah terjadi sejak dahulu. Orang-orang yang taat pada Allah dalam ajaran agama tidak perlu khawatir dengan usaha-usaha jahat dari kalangan manusia. Bumi Allah sangat luas maka berhijrahlah dijalan Allah. 

Sejak dahulu konflik terjadi karena perbedaan pendapat. Memperhatikan pola pikir cara orang beragama saat ini, dapat disimpulkan menjadi dua pendekatan. Pertama spesialis dan kedua generalis. Kelompok spesialis adalah kelompok yang memahami agama dengan pendekatan tahapan-tahap hukum fiqih yang telah dikembangkan para pemikir agama terdahulu.

Kelompok spesialis yang memahami hukum-hukum agama berangkat dari kesadaran untuk menjaga kemurnian ajaran agama. Seiring dengan waktu, pendekatan spesialis menjadi dominan. Dominasi kaum spesialis melahirkan kekakuan-kekakuan dalam menyikapi perkembangan zaman, seiring dengan produk-produk hukum lama terus dipertahankan mengacu pada teks sunnah. 

Kelompok kedua adalah kaum generalis, kelompok kreatif yang cepat beradftasi dengan perubahan zaman. Kelompok generalis cenderung berpikir adaftif. Kelompok generalis menjadikan teks sunnah sebagai dasar pijakan pemikiran analogis. Pada pelaksanaannya dua pendekatan ini tidak bisa bertahan sendiri-sendiri.

Tidak ada yang benar 100 persen, karena Allah menciptakan manusia sempurna dengan dua potensi yaitu salah dan benar. Egoisme nafsu manusialah yang sering membuat pertikaian. Para pemikir spesialis dan generalis seperti pertentangan masalah bumi bulat atau datar. Dua-duanya punya argumen yang masuk akal namun kebenarannya hanya milik Tuhan Pencipta Alam.

Pemikir spesialis dan generalis harus menyadari tujuan bersama yaitu menyejahterakan umat manusia di muka bumi dan akhirat. Itulah yang bisa mempersatukan kita semua. Selain itu untuk menyatukan visi bersama, maka pemikir spesialis dan generalis harus sepakat untuk menjadikan kitab suci Al Quran sebagai sumber dan petunjuk berpikir. 

Al Quran sebagai ayat qauliyah dijadikan sebagai dasar untuk memahami ayat-ayat kauliah di kejadian alam dan fenomena sosial. Hakikatnya semua manusia sedang bergerak menuju Allah. Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (Al Insyiqaaq, 84:6).

Berbantah-bantahan atas dasar pemikiran akal manusia adalah hal sia-sia. Sekalipun pikiran berbeda, namun dalam langkah kita harus menuju tujuan yang sama yaitu menuju keridhaan Allah. Apapun pemikirannya tujuan hanya untuk menuju Allah dengan berlomba-lomba berbuat kebaikan antar sesama umat manusia. Al Quran adalah kitab general petunnjuk berpikir untuk umat manusia.*** 

 

SETIAP ORANG MENGGUNAKAN PIKIRANNYA SENDIRI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Tidak ada yang bisa melarang setiap orang untuk berpikir. Larangan berpikir bertentangan dengan kodrat manusia sebagai makhluk berpikir. Melarang manusia berpikir sama dengan pemaksaan terhadap kodrat setiap orang. Melarang berpikir sama dengan menentang perintah Allah yang berkali-kali mengajak kepada seluruh manusia untuk berpikir. 

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (Al Baqarah, 2:44).

Ketika seseorang memutuskan untuk menerima atau menolak sebuah pemikiran tentunya dengan pikirannya sendiri. Pada saat adzan berkumandang, apakah dia mau langsung shalat atau menantikannya, berdasarkan pada pemikirannya sendiri. Ketika seseorang memutuskan untuk berbuat baik atau menolak kebaikan, berdasarkan pada pemikirannya sendiri. 

Ketika datang seorang penipu merayu seseorang untuk membeli barang hasil curiannya, keputusannya berasal dari keputusan dari pemikirannya sendiri. Ketika Nabi Adam dirayu Iblis untuk memakan buah khuldi, maka Nabi Adam memakan buah khuldi karena hasil keputusan pemikirannya sendiri. Untuk itu Nabi Adam bertobat kepada Allah dengan tidak menyalahkan Iblis.

"Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Al A'raaf, 7:23).

Setiap orang bertindak, berprilaku, berdasarkan keputusan pikiran dan hatinya. Di akhirat kelak semua diadili sendiri-sendiri, karena setiap orang bertindak dari hasil keputusan pemikirannya sendiri-sendiri. Untuk itu Allah menurunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dalam berpikir. 

Pembelajaran dengan keterampilan berpikir bukan karena sekarang ada di abad 21, tetapi karena keterampilan berpikir adalah subtansi dasar dari pendidikan. Apapun mata pelajarannya, siswa harus diajari tentang kemampuan berpikir. Pendidikan agama, sejarah, sosiologi, matematika, fisika, semuanya melatih manusia berpikir. 

Ketika terjadi perbedaan keyakinan, perbedaan pendapat, semuanya berawal dari perbedaan pemikiran. Faktor penyebab terjadinya perbedaan pemikiran dilatarbelakangi oleh perbendaharaan pengetahuan. Sumber pengetahuan dasarnya dua yaitu dari pengetahuan alam (kauniah) dan pengetahuan kitab suci Al Quran (Qauliyah). 

Dalam kenyataannya, sebagian besar orang mendapat pengetahuan dari Kauniah, dan sedikit sekali pengetahuan dari sumber Qauliyah. Pemikiran-pemikiran dalam sumber Kauniah melahirkan aliran pemikiran materalistik. Jadi kesalahan berpikir terjadi karena manusia terlalu fokus pada pengetahuan Kauniah, dan sangat miskin pengetahuan Qauliyah.

Kemiskinan pengetahuan Qauliyah salah satunya disebabkan oleh doktrin larangan berpikir yang berujung pada stagnasi orang untuk menggali pengetahuan-pengetahuan Qauliyah dalam menyelesaikan masalah-masalah di alam. Metode membaca Al Quran cenderung pada belajar tajwij, sangat kurang keberanian untuk mendalami, menyelamai, memikirkan, kandungannya.

Maka alih-alih melarang orang memikirkan isi Al Quran menurut pikirannya sendiri, sebaliknya harus dianjurkan kepada semua orang untuk menggali berbagai pengetahuan Al Quran sebagai bahan berpikir untuk menyelesaikan masalah-masalah pribadi seseorang. Diakhirat setiap orang akan diadili sendiri-sendiri. Orang-orang yang belajar memikirkan isi Al Quran pahalanya tinggi. Wallahu'alam.***