Sunday, March 29, 2020

CORONA SAID, “TAAT PEMIMPIN WAJIB!”


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sahabat sekalian, jika kita berbicara tentang negara, kita bicara Corona di keluarga. Di dalam Al-Qur’an viral bahwa Corona adalah peringatan untuk tinggal dirumah. Kepada siapa perintah ini? Terutama pada kuam wanita khususnya istri. Jadi Corona itu berkaitan dengan posisi perempuan dalam sebuah rumah tangga.

Mengelola negara sama seperti mengelola keluarga. Dari keluarga-keluarga yang dikelola dengan baik akan lahir pemimpin pemimpin hebat. Jadi sahabat-sahabat sekalian, sangat logis jika ada orang mengatakan, “untuk menghancurkan sebuah negara, maka hancurkanlah kehidupan keluarganya”. Tabiat-tabiat dasar manusia akan dikembangkan pertama kalinya dilingkungan keluarga. Tabiat dasar manusia akan diaktifkan seperti menyalakan dan mematikan lampu. Jika yang dinyalakannya tabiat-tabiat buruk, maka dalam bermasayrakat akan hidup manusia-manusia bertabiat buruk. Jika dalam keluarga dinyalakan tabiat-tabiat baik, maka akan lahir orang-orang yang hidup bertabiat baik di masyarakat.

Dengan demikian, tampilan-tampilan televisi, video dan teks di media sosial, yang sudah masuk ke jantung-jantung hati keluarga, harus betul-betul mendapat perhatian dari para pemimpin. Hidup di abad industri 4.0 sekarang dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang berani berkorban mengurus anggota keluarga mulai dari ngepel, nyuci piring, baju, dan menanak nasi, harus mau dan bisa melakukannya.

Kedudukan suami sebagai pemimpin dan istri sebagai yang dipimpin adalah sama. Kedudukan sama dilihat dari keberfungsian suami dan istri dalam mengelola keluarga. Kesamaan fungsi itu diarahkan untuk saling bekerja sama dalam mengelola keluarga. Namun dalam struktur organisasi, sebuah ketetapan dari Tuhan bahwa di dalam setiap organisasi harus ada struktur yang dasarnya bertingkat. Maka laki-laki mau tidak mau, sudah ketetapan-Nya bahwa dia menduduki sebagai Kepala Rumah Tangga.


Tuhan menetapkan laki-laki dalam struktur keluarga sebagai kepala keluarga dapat kita pahami faktor-faktor penyebabnya. Salah satu faktor penyebabnya adalah laki-laki tidak mengalami haid. Quraish Shihab menjelaskan, “pada masa haid perempuan mengalami ketidakseimbangan emosi. Tidak mungkin bagi seorang pemimpin selama 14 hari, dalam ketidakseimbangan emosi memimpin mengambil keputusan”.Sementara Nabi Muhammad saw mengajarkan jangan mengambil keputusan ketika marah (emosi tidak stabil).

Seorang pemimpin dalam keluarga, sekaligus menjadi imam dalam shalat. Jika pemimpinnya perempuan pasti ada masa-masa tidak bisa jadi imam, karena selama 7 sd. 14 hari mengalami haid. Kondisi ini juga menjadi alasan mengapa perempuan tidak jadi pemimpin dalam keluarga. Kepemimpinan laki-laki dalam keluarga memiliki kekuatan dari Allah, namun bukan untuk kesewenang-wenangan tetapi untuk menegakkan keadalian yaitu segala sesuatu harus berjalan atas dasar ketentuan Tuhan. Begitu besar ancaman bagi seorang pemimpin, namun begitu besar peluang kebaikan bagi seorang pemimpin. Kewajiban anggota keluarga untuk patuh kepada pemimpin keluarga, dijelaskan oleh hadis nabi yang memutlakkan ketaatan seorang istri kepada suami. Ibu adalah representasi dari warga negara yang baik yang selalu memberi contoh kepada anak-anaknya untuk selalu patuh kepada pimpinan.

Kehidupan keluarga adalah meniatur kehidupan bernegara. Keluarga adalah tempat pendidikan bagaimana seorang anak kelak menjadi warga negara yang baik. Faktor paling mendasar menjadi seorang warga negara adalah menghormati dan mentaati para pemimpin sebagai mana mereka berbakti dan menghormati kedua orang tuanya.  Maka dalam berbakai lembaga pendidikan, mata pelajaran tentang kewarganegaraan pelajaran penting yang harus terus disosialisasikan adalah mengajarkan anak-anak untuk menghormati dan mentaati para pemimpin. Kemajuan sebuah bangsa berkorelasi positif dengan ketaatan warga negara pada pemimpin.

Pada saat wabah Covid-19 tahun 2020 menyerang dunia, negara-negara dengan warga negara taat pada pemimpin, mereka lebih mampu menghadapi wabah. Indonesia sebagai bangsa yang tidak memiliki ketaatan pada pemimpin, lebih sulit mengendalikan wabah dan perlu perpanjangan masa Isoliasi samapi 2 kali 14 hari. Inilah pelajaran untuk bangsa Indonesia bahwa bangsa-bangsa yang sulit dikendalikan adalah bangsa yang tidak memiliki ketaatan kepada pemimpin.

Para penghulu agama termasuk tokoh-tokoh yang sulit dikendalikan, padahal mereka memahami bahwa taat pada pemimpin lebih utama dibanding membawa keputusan pribadi. Para penghulu agama, mereka nekat mengadakan kegiatan keagamaan yang menimbulkan keruman sementara Covid-19 menyerang disaat orang-orang berkerumun. Pemimpin sebenarnya membawa kepentingan orang banyak, apapun yang dilakukan pemimpin dibingkai oleh niat untuk kemaslahatan umat, maka siapa yang menentang atau tidak taat pemimpin maka dia telah ingkar kepada perintah Tuhan yang memerintahkan taat kepada pemimpin yang merupakan refresentasi pembawa keputusan hasil musyawarah.

Dunia Barat sedang menghadapi tahafut al falasifah, dan dunia timur sedang menghadapi tahafut al tahafut. (Nataatmadja, 2001, hlm. 137). Tahafut al Falasifah adalah kerancuan berpikir karena terlalu mengandalkan hukum alam. Tahafut at tahafut adalah kerancuan berpikir karena memahami hukum Tuhan dengan menjadikan guru-guru tafsir selain Nabi dan kitab-kitab selain Al-Qur’an sebagai tuhan sumber kebenaran. Semuanya terjebak mempertahankan kehendak dan pemikiran-pemikiran pribadi dan kelompok masing-masing. Maka jadilah masyarakat yang sulit dikendalikan.

Permasalahan dunia Barat dan Timur terletak pada kesalahan membaca. Mereka tidak membaca makna kebenaran dari Tuhan dari ayat-ayat Nya, melainkan kebenaran berdasarkan egoisme pribadi dan kelompok masing-masing. Maka dalam kondisi darurat umat manusia begitu sulit dikendalikan, kecuali mereka memiliki rakyat yang taat pada pemimpin dan pemimpin yang kuat melindungi rakyatnya. Corona itu ada di rumah setiap hari, yaitu ibu yang selalu mengajarkan, “taat pada pemimpin wajib! dengarkan apa yang diperintahkan pemimpin!” Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)  

Wednesday, March 25, 2020

DUA PELAJARAN AGAMA DARI VIRUS CORONA

Oleh: Muhammad Plato

“Semua kajadian adalah pelajaran agama, jika kita mengaitkannya dengan Tuhan.” Itulah sepenggal kalimat yang saya dengar dari komentar anak dari seorang budayawan tasawuf  bernama Emha Ainun Najid. Wabah Corona yang terjadi Maret 2020 adalah pelajaran agama untuk bangsa Indonesia, karena di dalam pembukaan undang undang pun orang Indonesia mengakui bahwa kemerdekaan itu terjadi berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Kalimat dalam pembukaan ini memberi tanda bahwa orang Indonesia termasuk orang-orang yang sangat percaya kepada Tuhan.

Perlajaran pertama. Virus Corona mengajari untuk merenungkan kembali ajaran agama yang selama ini kita persepsi. Selama 14 hari seluruh umat manusia diajak untuk mengisolasi diri merenungi apakah selama ini kita sudah benar-benar menjadi umat beragama. Ritual agama seperti shalat berjamaah, sedekah, puasa, zakat, kurban, dan haji, apakah sudah benar-benar kita maknai sebagai ajaran dalam berkehidupan atau sekedar ritual?

Umat terbaik adalah mereka yang mengajak untuk berbuat baik bukan hanya mengajak-ngajak shalat berjamaah di masjid, tetapi mengajak untuk selalu berjamaah dalam menjaga kebersihan, menjaga perdamaian, saling tolong menolong, memelihara anak yatim, memberi makan orang miskin, mentaati  pemimpin, tidak saling menyalahkan, dan tidak saling mencela.


Shalat bukan ajaran ritual semata, tetapi ajaran dalam berkehidupan bermasyarakat. Ritual shalat dan berbuat baik dalam kehidupan masyarakat adalah bagian yang tidak terpisahkan. Gerakan shalat berjamaah memiliki arti bahwa kita harus membangun kehidupan sejahtera di dunia dan diakhirat. Orang-orang shalat harus menjadi pribadi-pribadi unggul yang mampu membawa perubahan positif bukan hanya pada dirinya tetapi pada kehidupan yang ada di sekelilingnya.

Shalat kita telah mengasingkan diri dari rasa kemanusiaan. Shalat kita telah menjadikan diri kita tuhan-tuhan pribadi yang tidak mau taat pada perintah Tuhan. Shalat kita terjebak dalam ritual tanpa rasa kemanusiaan. Kita baru jadi umat beragama yang sukses dalam shalat untuk kepentingan pribadi, tapi shalat untuk kepentingan orang lain, shalat kita masih lalai dan banyak terbengkalai. 

Pelajaran kedua. Virus Corona mengajari bahwa urusan terpenting dalam hidup bermasyarakat yang harus dimiliki oleh pribadi-pribadi tukang shalat adalah memiliki ketaatan dan kepatuhan kepada para pemimpin sebagaimana diilustrasikan dalam setiap gerakan shalat berjamaah. Virus Corona bisa menjadi wabah yang membawa kematian kepada banyak orang adalah akibat dari ketidakmampuan umat beragama dalam memosisikan pemimpin sebagai imam yang harus ditaati oleh masyarakat sebagaimana kita menaati pemimpin ketika shalat berjamaah.

Kelemahan umat beragama bukan terletak pada kelemahan kita dalam memilki berbagai teknologi atau kekuatan ekonomi, tetapi pada kemampuan kita dalam membangun rasa kebersamaan dalam mentaati pimpinan dilandasi nilai kebangsaan dalam rasa keberagamaan. Jumlah bangsa kita nomor empat terbesar di dunia. Kita menjadi pasar dan mitra terbaik untuk negara-negara industri. Satu gerakan saja tidak menggunakan satu produk minuman, makanan, atau kendaraan, pemilik perusahaan akan mengalami kebangkrutan dalam hitungan jam. Sayang ini tidak pernah diajarkan di masjid masjid, sekolah, kampus, dan tablig akbar. Bangsa kita seperti gajah tetapi selalu ribut gara-gara seekor semut kecil.

Kepatuhan pada pemimpin jarang diajarkan dalam kuliah-kuliah agama. Padahal ketaatan dan penghormatan pada pemimpin adalah kunci keberhasilan dalam membangun sebuah bangsa dengan peradaban tinggi. Fira’un, Hitler, komunisme, liberalimse, dibangun oleh kekuatan pemimpin. Namun bukan pemimpin-pemimpin yang melampaui batas kemanusiaan seperti Fir’aun, Hitler, komunisme, atau liberalisme, tetapi pemimpin-pemimpin yang berketuhanan sekaligus berperikemanusian.

Keberagamaan kita baru pada ritual shalat untuk kepentingan pribadi. Tetapi shalat-shalat untuk membangun bangsa dan negeri kita masih lemah. Shalat ketika berkendaraan, shalat ketika buang sampah, shalat menaati pemimpin, shalat ketika berjualan, shalat ketika belajar, shalat ketika belajar, dan shalat dalam seluruh sendi kehidupan, kita tergolong orang-orang yang masih lalai dalam shalat.

Shalat adalah siklus perjalanan hidup manusia dari Allah kembali kepada Allah. Shalat adalah komitmen untuk menaati seluruh perintah Allah dalam seluruh sendi kehidupan. Wallahu’alam.


(Penulis Head Master Trainer Logika Tuhan)

Monday, March 23, 2020

HADAPI CORONA DENGAN 80,5 MILIAR TENTARA

Oleh: Muhammad Plato

Masih ingatkah bagaimana Nabi Muhammad saw merasa ketakutan, kebingungan dan mengurung diri. Setelah wahyu diterima dan kenabian diembannya, maka seluruh Mekah dan saudara-saudaranya menjadi musuh nyata bagi dirinya. Mungkin dalam benak Nabi Muhammad saw bergumam, “kenapa jadi begini? Mengapa jiwa ku menjadi terancam, keluarga tercerai berai, padahal Aku Nabi membawa pesan kebenaran dari Tuhan? Itulah gambaran heurmeunitik saya ketika membaca kisah awal kenabian Nabi Muhammad saw. di Mekah.

Kondisi yang dialami pada awal kenabian Nabi Muhammad saw, mungkin persis seperti sekarang yang dialami oleh umat beragama di Indonesia khususnya umat Islam. Mungkin saja kita juga bertanya, “mengapa jadi begini? Semua kegiatan berhenti padahal tidak sedang perang. Kita tahu musuh kita, tetapi dia tidak terlihat. Kita seperti mendapat serangan dari musuh-musuh yang sudah punya teknologi tinggi, mereka sulit dideteksi dan kita ke sana ke mari tidak tentu arah.

Kita semua seperti orang-orang zaman dahulu, tidak boleh keluar rumah karena ada hantu gentayangan. Kita ketakutan dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Makhluk-makluk halus seperti terus bergerombol dan melakukan serangan, sementara kita tidak melihat di mana posisi mereka. Kita melakukan tembakan ke segala arah tanpa punya kepastian mengenai sasaran atau tidak. Inilah kondisi chaos yang terjadi sebagai tanda dunia sedang menghadapi krisis kemanusiaan.


Tidak semua orang bisa bertahan terus di dalam rumah. Mencari nafkah harus tetap jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Aktivitas ekonomi, sosial, politik, mengalami stagnasi. Negara akan mengalami krisis hebat jika wabah tidak segera berlalu. Apa yang harus kita lakukan? Tidak ada solusi kecuali kita menunggu waktu badai wabah berlalu.

Sebagaimana dikisahkan dalam sejarah Nabi Muhammad saw, dalam kondisi ketakutan dan tidak menentu, Allah datang memberi pertolongan dengan menurunkan wahyu, “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (Al Muddatsir, 74:1-8)

Ayat ini mengajarkan kepada Nabi Muhammad untuk tetap optimis, dan bangkitlah untuk tetap menjaga kebersihan, kembali kepada satu Tuhan, dan saling memberi bantuan dengan niat ikhlas dan menjaga tetap sabar di jalan kebenaran. Kita bukan bangsa seperti China, Italia, atau Amerika. Kita bangsa yang penduduknya sebagian besar percaya kepada Tuhan.

Shalat berjamaah tidak memungkinkan, umrah tidak memungkin, ibadah haji pun teracaman batal. Ada satu ibadah yang masih bisa dilakukan yaitu shalat dhuha, shalat malam, karena ini dilakukan sendiri-sendiri.

Untuk memenangkan peperangan, saya mengajak kepada seluruh penduduk Indonesia yang beragama Islam kurang lebih 250 juta orang, untuk bangkit di sepertiga  malam untuk memohon bantuan kepada Allah dengan 11 kali ruku dan sujud merendahkan ketidakberdayaan kita kepada Tuhan.  Jika 250 juta penduduk muslim Indonesia serentak bangkit tahajud setiap hari 11 rakaat, maka setiap malam akan ada 2,75 miliar rakaat mengajukan permohonan kepada Tuhan. Jika gerakan ini dilakukan selama 14 hari maka akan ada 38,5 miliar permintaan naik ke langit ke tujuh tanpa hijab.

Pada siang hari, 250 juta orang, kita lakukan gerakan shalat dhuha 12 rakaat. Maka setiap hari akan ada suara gemuruh memenuhi langit dan bumi sebanyak 3 miliar doa. Jika dilakukan 14 hari maka akan ada suara permohonan kepada Tuhan sebanyak 42 miliar doa. Jika digabung siang dan malam maka akan ada badai yang menyapu Virus Corona dengan pasukan 80,5 miliar pasukan TENTARA ALLAH dari bumi Indonesia tercinta.    

Subhanalloh, gerakan ini tidak akan dimiliki kecuali oleh umat Islam. Gerakan ini tidak mungkin dapat dipahami oleh logika alam China, Amerika, Italia, kecuali orang-orang beriman yang berpikir dengan logika Tuhan dari Indonesia. Virus Corona adalah makhluk ghaib, maka kita hadapi bersama-sama tanpa harus beranjak dari rumah dengan cara-cara yang dapat menghadirkan pasukan ghaib.

Tidak ada salahnya gerakan ini kita coba. Dengan alasan, pertama; tidak ada APBN atau APBD yang mesti dikeluarkan pemerintah. Kedua; program social distancing tetap dilaksanakan karena gerakan ini dilakukan dari rumah masing-masing. Ketiga; jika program ini tidak berhasil tidak ada kerugian sedikitpun untuk pribadi maupun orang lain. Keempat; tahajud dan dhuha bukan ajaran manusia, tapi solusi yang diajarkan dari Tuhan. Kelima; tidak ada yang akan bisa melebihi kekuasaan Tuhan di muka bumi ini.

Gerakan bisa dikomando oleh MUI, para da’i, dan para pemimpin di tiap-tiap RT, RW atau kelurahan. Waktu pelaksanaan ditentukan secara nasional dan disosialisasikan melalui berbagai media. JIka ini dilakukan tidak menutup kemungkinan kejadian-kejadian menggembirakan, keajaiban, akan datang dari Indonesia untuk masyarakat Indonesia dan dunia. Bisa jadi Indonesia akan jadi negara dengan kekuatan ekonomi dunia dan berdaulat dalam menghadapi wabah Virus Corona. Semoga Allah melindungi dan memberi kekuataan kepada kita semua.  Wallahu ‘alam.

(Penulis Head Master Logika Tuhan)

Saturday, March 21, 2020

PEMIKIRAN GLOBAL DALAM ISLAM

Oleh: Muhammad Plato

Sukarno adalah tokoh muslim yang memperkenalkan pemikiran-pemikiran Islam bersifat global. Salah satu upaya Sukarno memperkenalkan pemikiran Islam yang bersifat global adalah tentang sikap orang-orang muslim yang memandang manusia tidak melihat dari suku, ras, agama, kekayaan, ilmu, dan kedudukan, melainkan dari ketakwaaan manusia kepada Tuhannya. Dasar pemikiran ini diungkapkan oleh Sukarno dalam sebuah siding PBB.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Hujurat, 49:13).

Konsep global yang diperkenalkan oleh Sukarno terletak pada konsep ketawaan kepada Tuhan. Melihat kata akhir dari ayat di atas, ketakwaan berkaitan dengan kepemilikan pengetahuan seseorang dan kepemilikan jaringan seseorang dengan dunia global.  Orang-orang bertakwa adalah yang memiliki pengetahuan luas tentang agama, dan memiliki banyak jejaring di tingkat dunia.



Ketakwaan seseorang bukan dilihat dari sebanyak apa dia melakukan kegiatan ritual keagamaan, tetapi seluas apa dia bisa bermanfaat bagi banyak manusia. Ketakwaan kepada Tuhan diukur dari kebermanfaatan manusia itu bagi banyak manusia, bukan hanya manusia dari kelompok agama, suku, bangsa, negara, tetapi bagi seluruh umat manusia di muka bumi.

Islam memberi pengajaran kepada manusia untuk berpikir global. Orang-orang Islam harus tampil menjadi pemimpin dunia, pemimpin yang membawa kesejahteraan kepada dunia. Islam sejak diperkenalkan oleh Nabi Muhammad saw, sampai sekarang membawa misi tentang kemanusian yang bersifat universal dan merdeka. Manusia merdeka tidak terikat oleh materi dan manusia merdeka  membesakan manusia lain dari ikatan materi.

Orang-orang Islam adalah agen agen yang mengkampanyekan pemikiran-pemikiran global dalam Islam ke seluruh penjuru dunia. Hanya dengan pemikiran-pemikiran Islam dunia akan bisa dikendalikan. Pemikiran-pemikiran Islam telah ada di seluruh kelompok dan bangsa di dunia, tetapi ada kelompok-kelompok yang tidak mengenal bahwa pemikiran tersebut adalah pemikiran Islam yang global. Tugas umat Islam adalah memperkenalkan bahwa apa-apa yang telah dilakukan oleh seluruh penduduk di dunia adalah visi dan misi dari pemikiran Islam.

Menghargai hak-hak azasi manusia adalah pemikiran Islam yang bersifat global yang dilandasi oleh Surat Al-Hujurat ayat 13. Penjajahan ekonomi, sosial, budaya, dan politik, sangat bertentangan dengan pemikiran Islam. Terorisme, ekonomi curang, kepentingan pribadi, adalah kegiatan-kegiatan musuh Islam. Peperangan dalam pemikiran Islam adalah membebaskan manusia dari segala penjajahan, kecurangan, terorisme, yang dilakukan manusia satu terhadap manusia lainnya.

Siapapun, bangsa manapun, yang melakukan penistaan, penganiayaan, dan mendiskriminasi antara satu manusia kepada manusia lain, tindakan itu bertentangan dengan konsep pemikiran ajaran agama Islam. Peperangan orang Islam bukan untuk menguasai dunia dan mengendalikannya untuk kepentingan atas nama kelompok Islam tertentu, tetapi untuk mewujudkan pemikiran-pemikiran Islam yang global dan universal untuk kesejahteraan manusia di muka bumi. Islam adalah agama yang membawa pemikiran-pemikiran damai ke seluruh penjuru di dunia.

Sukarno sangat tertarik dengan Islam karena pola-pola pikir dalam ajaran agama Islam bersifat internasional. Jika ada orang-orang Islam yang berpikir sempit bahwa Islam untuk kelompok agama Islam, dia belum mengenal pola-pola pikir ajaran agama Islam yang bersifat internasional. Di bawah pemikir-pemikir sempit, orang Islam akan jadi kelompok marjinal, dikendalikan dan bukan penguasa-penguasai di bumi ini. Wallahu’alam.

(Master Trainer Logika Tuhan) 

Saturday, March 14, 2020

KEBAIKAN DAN KEBURUKAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kawan saya berkata, “apa pun yang kita lakukan tidak akan mengubah apa-apa. Mau berbuat baik, berbuat jahat, bekerja keras atau tidak, ujungnya semua sama yaitu mati. Jadi apapun yang kita lakukan sebenarnya tidak berguna. Manusia hanya mencari hidup senang dan bahagia dengan berbagai macam cara sebelum kematian tiba”.

Pemikiran di atas, kalau kita analisa pasti bersumber pada pola pikir yang pengetahuannya dibatasi oleh material. Kawan saya seorang muslim, tetapi apa yang dia katakan berasal dari pemikiran orang sekuler. Pemikir sekuler tidak menjadikan pengetahuan dari kitab suci sebagai sumber pengetahuan dalam pengembangan paradigma berpikir.


Pola pikir teman saya sekalipun muslim, dia tidak berpola pikir yang bersumber dari ajaran agama yang dianutnya. Pola pikir Beliau, mengikuti para pemikir sekuler yang tidak ramah dengan pengetahuan-pengetahuan bersumber dari kitab suci.

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (Al Maidah, 5:100).

Tidak semua keburukan adalah keburukan, dan tidak semua kebaikan adalah kebaikan. Bisa jadi yang buruk jadi baik  dan yang baik jadi buruk. Suatu keburukan dikatakan buruk jika kita melihat kerugian dari keburukan. Namun suatu keburukan bisa jadi kebaikan jika kita melihat keuntungan dari keburukan.

Ayat di atas seperti ingin menjawab bahwa ada manusia-manusia yang berpikir bahwa berbuat baik dan buruk sama saja, jika ujungnya akan mati. Orang yang berpikir seperti ini berkesimpulan bahwa jika yang buruk itu menyenangkan hati, lakukan saja karena hidup ini mencari kesenangan. Toh pada ujungnya kita berbuat baik juga sama akan mati. Sementara orang berpikir seperti ini menganggap bahwa kehidupan hanya terjadi satu kali.

Pola pikir dari Al-Qur’an bukan seperti itu. Ciri orang-orang yang berpikir dengan petunjuk Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

KEHIDUPAN
KEMATIAN
KEHIDUPAN

Setelah kematian ada kehidupan itulah pola pikir sesuai petunjuk Al-Qur’an. Hidup ini harus diisi dengan kebaikan, karena setelah kematian ada kehidupan. Hukum dalam kehidupan sekarang dan nanti setelah kematian adalah sama, yaitu masa lalu penyebab masa depan. Siapa yang masa lalunya buruk maka masa depannya buruk. Siapa yang masa lalunya baik maka masa depannya baik. Bisa disimpulkan orang-orang yang berpola pikir sesuai petunjuk Al-Qur’an pasti memiliki sikap moral, dan etika dalam berprilaku karena perhitungan dalam hidupnya sampai pada pertimbangan hidup setelah kematian yang harus baik.

Sebaliknya, pada pola pikir material mereka tidak mengakui ada kehidupan setelah kematian, karena setelah kematian tidak ada bukti material kehidupan itu ada. Bagi mereka, segala sesuatu yang secara material tidak bisa dibuktikan, tidak bisa diakui sebagai kebenaran. Maka dari itu, tujuan hidup ini adalah mencari kesenangan tanpa memperhatikan baik dan buruk. Prinsip orang materialis, selama itu menyenangkan lakukan saja mumpung belum mati. Mereka juga pesimis, Jika manusia mau hidup dalam kebaikan silahkan, mau hidup dalam keburukan silahkan, hal itu menjadi pilihan hidup seseorang, dengan pertimbangan bahwa ujung hidup itu mati dan tidak hidup kembali.

Berdasarkan pada panduan Al-Qur’an baik dan buruk itu berbeda. Apa perbedaannya? Dijelaskan bahwa setiap keburukan dibalas dengan keburukan dan setiap kebaikan dibalas kebaikan. Maka jika hidup ini terbelah dua yaitu hidup di dunia dan hidup setelah kematian. Dua dunia ini memiliki pola sebab akibat, yaitu kehidupan dunia menjadi sebab kehidupan setelah kematian. Jika kehidupan dunia buruk maka hidup setelah matinya adalah buruk. Orang-orang terbaik itu adalah mereka yang mati dalam kebaikan, sehingga setelah kematiannya akan mendapatkan hidup yang baik. Wallahu’alam.

(Master Trainer Logika Tuhan)

Saturday, March 7, 2020

MENGAMATI KEJADIAN SETELAH SHALAT


OLEH: Muhammad Plato

Sudah berjalan kurang lebih dua tahun, program shalat dhuha 12 rakaat setiap hari berjalan. Namun masih ada yang belum merasakan apa dampak dari shalat dhuha. Sejenak saya berpikir apa yang terjadi? Selama itu shalat tidak pernah memberi dampak pada kehidupan sehari-harinya? Lalu apa yang salah?

Di sini pentingnya pengetahuan. Segala sesuatu yang kita rasakan tidak lepas dari informasi yang di proses di otak. Rasa itu kita ketahui melalui informasi apa yang ada di otak. Apa yang dirasakan hati, informasinya tentang sedih, senang, sempit lapang, informasinya diketahui oleh otak.

Shalat bisa dirasakan akibatnya jika shalat dijadikan sebab dalam menyelesaikan masalah. Shalat adalah ajaran gaib yang diajarkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Shalat seperti obat penawar dari segala penyakit. Dalam blog ini, saya sudah menulis beberapa fungsi shalat bagi kehidupan manusia. Dari fungsi-fungsi itulah kita dapat memahami makna dan merasakan setelah kita shalat.

Sebagai contoh kasus, ketika saya menghadapi masalah besar, saya punya keyakinan bahwa shalat adalah cara memohon pertolongan Allah yang diajarkan Allah kepada manusia. Shalat terbaik selain lima waktu yang telah ditentukan yaitu pada waktu sepertiga malam atau waktu dhuha.  Shalat adalah permohonan pertolongan atas permasalahan apa yang sedang dihadapi.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al Baqarah, 2:186).

Ayat ini menginformasikan bagaimana agar doa bisa dikabulkan oleh Allah. Pertama, lakukan shalat dan mohon pertolongan kepada Allah. Kedua, jagalah prilaku sehari-hari selalu dijalan benar, dengan cara lakukan apa yang diperintahkan Allah dan tanamkan dalam pikiran, keyakinan kepada Allah sebagai dzat pemberi pertolongan. Jangan berhenti berharap dari pertolongan Allah, fokuskan selalu dalam hati dan pikiran.

LANTUNKAN PERMOHONAN MU DALAM SHALAT LALU RASAKAN APA YANG KAMU MOHON DALAM SHALAT DI KEHIDUPAN SEHARI HARI. (MUHAMMAD PLATO)  
Setelah doa dilantunkan dalam shalat, untuk merasakan dampaknya kita harus fokus pada bentuk pertolongan apa yang diminta kepada Allah. Jika bentuknya barang, jodoh, atau kedudukan,  kita harus fokus dan merasakan kapan Allah memberikannya untuk kita. Selama kita menunggu jawaban dari Allah, kita tidak boleh berhenti berkomunikasi dengan Allah dengan keyakinan bahwa Allah pasti mengabulkan, dan terus menerus mengulangi permohonan dalam shalat-shalat yang kita lakukan. 

Lalu tanamkan dalam hati dan pikiran perkataan ini, “jika urusan sudah diserahkan kepada Allah, siapa lagi yang dapat melebihi kekuasaan Allah?”. Perkataan ini akan menyingkirkan segala keyakinan kita kepada selain Allah dan semakin percaya diri bahwa Allah penolong dan penyelamat. Semakin sering kita dekati Allah, semakin sering kita komunikasi dengan Allah, semakin sering kita ingat Allah, semakin sering ingat janji-janji Allah, maka Allah akan meliputi seluruh isi hati dan pikiran kita dengan keyakinan kepada Allah.

Saya melakukan kegiatan ini seperti kegiatan eksperimen, setelah melakukan sebuah tindakan lalu saya mengamati setiap kejadian demi kejadian. Setelah saya shalat memohon pertolongan Allah, saya amati kejadian demi kejadian dikaitkan dengan permohonan yang saya sampaikan dalam shalat kepada Allah. Saya lakukan pengamatan dengan menggunakan catatan harian.

Dari catatan harian penulis pada tahun 2011 diberi amanah menjadi kepala sekolah. Saat itu belum memiliki rumah tinggal. Pada saat menjadi kepala sekolah, program shalat dhuha sudah dilaksanakan di sekolah. Sambil melaksanakan program dhuha di sekolah, terbersit dalam hati penulis untuk punya rumah, dan dhuha ditingkatkan sampai 12 rakaat setiap hari, karena tergiur janji Allah akan menyediakan rumah di surga. Waktu itu penulis pikir, jika di surga disediakan rumah, pasti termasuk disediakan rumah juga di dunia, karena Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tanggal 12 Juli 2013, saya transaksi membeli rumah, sampai sekarang sudah 8 tahun mencicil, tinggal tersisa tiga tahun.

Jika kita perhatikan, dari tahun 2011 doa dipanjatkan, pada tahun 2013 doa dikabulkan Tuhan. Kurang lebih tiga tahunan doa itu saya lantunkan setiap hari dan menjadi kenyataan. Demikianlah lamanya doa dikabulkan sesuai dengan kadar permintaan yang kita inginkan. Jika permintaannya besar maka semakin lama doa itu harus dilantunkan. Demikianlah setelah itu saya lebih berkeyakinan (haqul yaqin) bahwa setiap permohonan pasti dikabul sesuai dengan kadar permohonan yang kita inginkan. Wallahu’alam.

(Master Trainer Logika Tuhan)

Friday, March 6, 2020

MANUSIA SEMPURNA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sahabat-sahabat sekalian jika kita mencari-cari manusia sempurna di muka bumi ini, sampai kapan pun sahabat-sahabat tidak akan menemukan, jika pandangan kita masih egoistik. Ketika kita berhasil menemukan manusia sempurna maka dalam hitungan waktu, jam, bulan, dan tahun, maka kekaguman kepada manusia itu akan hilang. Apa sebab? Karena manusia yang kita anggap sempurna pasti akan mengecewakan kita.

Kekecewaan itu akan selalu ada jika kita menganggap manusia sempurna adalah manusia baik yang selalu berbuat baik dan tidak pernah mengecewakan. Pada awalnya kita sangat suka dan mencintai manusia karena dianggapnya sempurna, suatu saat mengecewakan, lalu kita berubah menjadi pembenci. Inilah pandangan egositik karena padangan kita hanya sebatas prasangka tidak bersumber pada pengetahuan yang benar.

Sepasang suami istri pada awal pernikahannya bisa berjalan mulus tanpa cela karena masing-masing menganggap pasangannya manusia sempurna yang diidam-idamkan dan mau sehidup semati. Tetapi seiring waktu, rumah tangganya berakhir dengan perceraian karena ternyata manusia sempurna yang selalu baik itu tidak ada. 

Dari mana awal kebencian dan hancurnya hubungan silaturahmi kita? Semuanya berawal dari persepsi kita yang salah tentang pengertian "manusia sempurna". Persepsi kita yang awam selalu berprasangka bahwa manusia sempurna adalah seperti sosok malaikat. Kebiasaan kita memandang manusia sempurna berdasar pada ukuran egois yang kita miliki yaitu manusia yang selalu menyenangkan hati kita. Kita selalu terjebak, menganggap manusia sempurna adalah seperti malaikat rahmat yang diutus Tuhan yang selalu menyenangkan dan berbuat baik pada diri kita. Sekali lagi, pandangan ini sangat egoistis, dan inilah penyebab kita selalu memandang buruk pada orang lain dan menjadi keburukan karakter kita sendiri.

Allah Tuhan Yang Maha Esa, telah menurunkan kitab kepada para nabi untuk membantu kita melihat siapa sebenarnya manusia. Tuhan memberi kabar bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan paling sempurna diantara makhluk yang ciptaan Tuhan. “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At tiin, 95:4). “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),” (Asy Syams, 91:7). Namun kita tidak pernah menganalisisnya siapa dan bagaimana ciri karakter manusia sempurna itu?

Manusia sempurna itu adalah Adam. Kita adalah keturunan Adam, tapi jangan lupa bagaimana kisah Nabi Adam setelah diciptakan Allah dengan sempurna. Adam adalah manusia yang melakukan kesalahan dan kemudian terusir dari surga atas perbuatannya.  

“Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.” (Thaahaa, 20:121).


Inilah kisah sejarah manusia sempurna yang diciptakan Allah bernama Adam. Dia adalah manusia pembuat dosa karena telah melanggar perintah Allah. Lantas apakah setelah kejadian itu Adam menjadi manusia tidak sempurna? Kejadian ini diterangkan oleh Nabi Muhammad saw bahwa “setiap anak Adam adalah makhuk tempatnya salah”. Dan inilah hakikat manusia sempurna yang telah diciptakan Allah.

Kesalahan kita dalam memandang manusia sempurna adalah hanya melihat manusia dari sudut kebaikannya saja, atau sebaliknya memandang manusia dari sudut keburukannya saja. Padahal yang memandang atau yang dipandang sama-sama memiliki sisi buruk dan baik. Maka siapa manusia sempurna itu? Semua manusia yang memiliki sisi buruk dan sisi baik. Pandanglah manusia dari dua sisi ini, sehingga kita akan jadi manusia-manusia sempurna, yang tidak pernah melihat manusia sebagai malaikat ataupun setan. Sifat manusia manusia ada diantara keduanya.  

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Al hujuraat, 49:12).

Pandanglah manusia dari sisi-sisi baik yang dilakukannya, dan berhentilah memandang manusia dari sisi-sisi buruk yang telah dilakukannya sebagai mana kita tidak mau dipandang buruk. Jika kamu memandang terus manusia dari sisi-sisi buruk maka kebencian akan selalu ada dalam hati mu. Ajarilah anak-anak kita bagaimana cara memandang manusia sebagaimana Allah ajarkan. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)