Wednesday, March 25, 2020

DUA PELAJARAN AGAMA DARI VIRUS CORONA

Oleh: Muhammad Plato

“Semua kajadian adalah pelajaran agama, jika kita mengaitkannya dengan Tuhan.” Itulah sepenggal kalimat yang saya dengar dari komentar anak dari seorang budayawan tasawuf  bernama Emha Ainun Najid. Wabah Corona yang terjadi Maret 2020 adalah pelajaran agama untuk bangsa Indonesia, karena di dalam pembukaan undang undang pun orang Indonesia mengakui bahwa kemerdekaan itu terjadi berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Kalimat dalam pembukaan ini memberi tanda bahwa orang Indonesia termasuk orang-orang yang sangat percaya kepada Tuhan.

Perlajaran pertama. Virus Corona mengajari untuk merenungkan kembali ajaran agama yang selama ini kita persepsi. Selama 14 hari seluruh umat manusia diajak untuk mengisolasi diri merenungi apakah selama ini kita sudah benar-benar menjadi umat beragama. Ritual agama seperti shalat berjamaah, sedekah, puasa, zakat, kurban, dan haji, apakah sudah benar-benar kita maknai sebagai ajaran dalam berkehidupan atau sekedar ritual?

Umat terbaik adalah mereka yang mengajak untuk berbuat baik bukan hanya mengajak-ngajak shalat berjamaah di masjid, tetapi mengajak untuk selalu berjamaah dalam menjaga kebersihan, menjaga perdamaian, saling tolong menolong, memelihara anak yatim, memberi makan orang miskin, mentaati  pemimpin, tidak saling menyalahkan, dan tidak saling mencela.


Shalat bukan ajaran ritual semata, tetapi ajaran dalam berkehidupan bermasyarakat. Ritual shalat dan berbuat baik dalam kehidupan masyarakat adalah bagian yang tidak terpisahkan. Gerakan shalat berjamaah memiliki arti bahwa kita harus membangun kehidupan sejahtera di dunia dan diakhirat. Orang-orang shalat harus menjadi pribadi-pribadi unggul yang mampu membawa perubahan positif bukan hanya pada dirinya tetapi pada kehidupan yang ada di sekelilingnya.

Shalat kita telah mengasingkan diri dari rasa kemanusiaan. Shalat kita telah menjadikan diri kita tuhan-tuhan pribadi yang tidak mau taat pada perintah Tuhan. Shalat kita terjebak dalam ritual tanpa rasa kemanusiaan. Kita baru jadi umat beragama yang sukses dalam shalat untuk kepentingan pribadi, tapi shalat untuk kepentingan orang lain, shalat kita masih lalai dan banyak terbengkalai. 

Pelajaran kedua. Virus Corona mengajari bahwa urusan terpenting dalam hidup bermasyarakat yang harus dimiliki oleh pribadi-pribadi tukang shalat adalah memiliki ketaatan dan kepatuhan kepada para pemimpin sebagaimana diilustrasikan dalam setiap gerakan shalat berjamaah. Virus Corona bisa menjadi wabah yang membawa kematian kepada banyak orang adalah akibat dari ketidakmampuan umat beragama dalam memosisikan pemimpin sebagai imam yang harus ditaati oleh masyarakat sebagaimana kita menaati pemimpin ketika shalat berjamaah.

Kelemahan umat beragama bukan terletak pada kelemahan kita dalam memilki berbagai teknologi atau kekuatan ekonomi, tetapi pada kemampuan kita dalam membangun rasa kebersamaan dalam mentaati pimpinan dilandasi nilai kebangsaan dalam rasa keberagamaan. Jumlah bangsa kita nomor empat terbesar di dunia. Kita menjadi pasar dan mitra terbaik untuk negara-negara industri. Satu gerakan saja tidak menggunakan satu produk minuman, makanan, atau kendaraan, pemilik perusahaan akan mengalami kebangkrutan dalam hitungan jam. Sayang ini tidak pernah diajarkan di masjid masjid, sekolah, kampus, dan tablig akbar. Bangsa kita seperti gajah tetapi selalu ribut gara-gara seekor semut kecil.

Kepatuhan pada pemimpin jarang diajarkan dalam kuliah-kuliah agama. Padahal ketaatan dan penghormatan pada pemimpin adalah kunci keberhasilan dalam membangun sebuah bangsa dengan peradaban tinggi. Fira’un, Hitler, komunisme, liberalimse, dibangun oleh kekuatan pemimpin. Namun bukan pemimpin-pemimpin yang melampaui batas kemanusiaan seperti Fir’aun, Hitler, komunisme, atau liberalisme, tetapi pemimpin-pemimpin yang berketuhanan sekaligus berperikemanusian.

Keberagamaan kita baru pada ritual shalat untuk kepentingan pribadi. Tetapi shalat-shalat untuk membangun bangsa dan negeri kita masih lemah. Shalat ketika berkendaraan, shalat ketika buang sampah, shalat menaati pemimpin, shalat ketika berjualan, shalat ketika belajar, shalat ketika belajar, dan shalat dalam seluruh sendi kehidupan, kita tergolong orang-orang yang masih lalai dalam shalat.

Shalat adalah siklus perjalanan hidup manusia dari Allah kembali kepada Allah. Shalat adalah komitmen untuk menaati seluruh perintah Allah dalam seluruh sendi kehidupan. Wallahu’alam.


(Penulis Head Master Trainer Logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment