Sunday, September 1, 2024

IBLIS MISKOMUNIKASI

Oleh: Muhammad Plato

Menarik untuk diskusi tentang siapa Iblis. Dalam chat di media sosial ada yang berpendapat, "Ada yg bilang Iblis itu paling taat dalam beraqidahnya (bukan sombong). Iblis hanya mau sujud pada ALLAH lain dari itu tak mau. Beda dengan manusia dalam Aqidahnya.  Gmn menurut @~BOY ME  kang @~Dadang A N @@logika_tuhan @~Ust Jagal  @~Mas Wirta  dan yg lainnya."

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim." (Al Kahfi, 18:50).

Mari kita diskusikan. Saya berbeda pendapat dengan pernyataan di atas, dan tidak berani menyalahkan siapapun, karena saya bukan pemilik kebenaran. Setiap orang hanya sebatas mengeluarkan pendapat, dan diterima atau tidak dikembalikan pada masing-masing. Semoga semua mendapat pahala dari Allah.

Berdasarkan informasi dari Al Kahfi ayat 50, saya memaknai bukan berarti iblis tidak mau tunduk kepada selain Allah. dalam kontek ayat ini, saya memahami, iblis tidak mau tunduk pada perintah Allah. Dalam ayat itu dijelaskan "maka ia mendurhakai perintah Tuhannya". Ini adalah karakter buruk iblis. 

Jadi konteks ayat di atas, Iblis punya karakter tidak taat pada perintah Allah. Seharusnya orang-orang yang benar-benar bertauhid kepada Allah karakternya harus taat kepada segala perintah Allah. Selanjutnya tentang kesombongan Iblis dalam surat Al Baqarah dijelaskan.

 "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al Baqarah, 2:34).

Tentang kesombongan iblis, dijelaskan dalam ayat di atas. Ayat di atas menjelaskan karakter iblis adalah sombong. Mengapa sombong? Penjelasannya ada di bawah ini.

"Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al A'raaf, 7:12).

Berdasarkan informasi ayat di atas, Iblis tidak mau sujud karena dia merasa lebih baik dari Adam. Jadi Iblis dalam hal ini miskomunikasi. Iblis, dia tidak memahami konteks kejadian sebenarnya, yaitu setiap makhluk harus taat pada perintah Allah.  

Seperti sudah saya jelaskan tadi, konteks dalam kejadian pada Al Baqarah ayat 34, dan Al Kahfi ayat 50, Allah memerintahkan sujud kepada Adam, dan Iblis tidak mau, artinya dia tidak taat pada perintah Allah. Orang yang tidak taat pada perintah Allah, maka itulah karakter orang kafir, seperti dijelaskan pada akhir ayat Al Baqarah ayat 34.

Itulah sedikit penjelasan dari saya. Masalah benar dan tidak bukan urusan saya. Manusia hanya diberi kemampuan menafsir dari sumber informasi yang Allah berikan di dalam Al Quran. Jika anda menerima pendapat ini, imani ayat Al Qurannya. Jika tidak menerima, kemukakan bagaimana pemahaman anda.

Kebenaran hanya milik Allah dan manusia tempatnya salah. Itulah etika berdiskusi. Jadi dalam konteks ini kita tidak berusaha mengklaim siapa benar atau salah, tapi berusaha bertukar pikiran untuk saling berbagi. Tak perlu ada emosi negatif. Semoga bermanfaat. Wallahu'alam.***


Sunday, August 25, 2024

AGAMA MELATIH BERPIKIR KRITIS

Oleh: Muhammad Plato

Ajaran Islam yang bersumber kepada Al Quran, melatih manusia untuk berpikir kritis. Orang-orang yang mengajarkan agama dengan doktrin, dia tidak berpedoman kepada Al Quran. 

Sekalipun Allah menyatakan dirinya Esa, tetapi dalam proses pengajaran Allah memrintahkan kepada umat manusia untuk berpikir. Kebenaran yang dipaksakan tidak akan melahirkan manusia-manusia cerdas.

Allah tidak memaksa semua manusia untuk beriman bahwa Allah esa, tetapi Allah mengajak kepada manusia untuk berpikir, "mengapa Allah harus esa?".

Ketika agama diajarkan dengan doktrin, lama-lama keimanan manusia akan bergeser bukan kepada Tuhan, tetapi kepada manusia. Sebaliknya, ketika agama diajarkan dengan melatih kemampuan berpikir, lama kelamaan manusia akan menjadikan dirinya Tuhan.

Melatih kemampuan berpikir kritis yaitu mengajarkan kepada manusia terus berdiskusi untuk mengklasifikasi ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al Quran. Di dalam Al Quran ada ajaran yang baku dan ada yang butuh pemikiran lebih lanjut sesuai dengan kondisi zaman.

Dalam Al Quran, Allah menyatakan dirinya esa, dan tidak tergantung pada makhluk. Siapa yang menduakan Tuhan, maka itu bukan ajaran dari Allah. Inilah kebakuan yang diajarkan Allah.

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlash, 112:1-4).

Selanjutnya, manusia diajak untuk berpikir menemukan argumen-argumen untuk menemukan kebakuan bahwa Allah Esa. Allah memerintahkan kepada manusia untuk berpikir, meneliti fenomena-fenomena yang terjadi di alam untuk menemukan kebakuan bahwa Allah esa dan tidak setara dengan makhluk.

Manusia yang berpikir kritis akan menemukan, dalam setiap fenomena kehidupan di alam, akan selalu ada ruang yang tidak bisa diketahuinya. Sekedar apa yang terjadi pada hari esok manusia tidak mengetahuinya. 

Semakin jauh berpikir ke depan manusia semakin tidak tahu apa yang terjadi di masa depan. Semakin jauh berpikir ke belakang manusia tidak akan mengetahui apa yang telah terjadi di masa lalu. 

Semakin tinggi terbang ke ruang angkasa, semakin tinggi ruang angkasa yang harus di daki. Semakin dalam lautan diselami, semakin misterius berapa dalamnya lautan.

Semakin kecil makhluk ditemukan, semakin kecil manusia mampu mengetahui makhluk terkecil. Semakin besar alam semesta yang diketahui, semakin besar alam semesta yang tidak dikeahui. 

Manusia berpikir kritis, selalu menemukan betapa terbatasnya pengetahuan manusia karena dibatasi oleh ruang dan waktu. Pengetahuan dan pemikiran manusia selalu terbatas dibanding dengan pengetahuan Allah.

Karakter manusia beprikir kritis, dia selalu memosisikan dirinya sebatas penyampai pengetahuan dari pengetahuan yang telah diberikan Allah pada dirinya. Sifat rendah hati, rasa hormat pada setiap manusia, menjadi ciri karakter orang berpikir kritis. 

Karakter manusia berpikir kritis telah Allah contohkan pada diri Nabi Muhammad. Dalam kisah Al Quran, hadis, dan sejarah hidup Nabi Muhammad, banyak digambarkan Beliau sebagai sosok toleran, cinta damai, adil dalam mengambil keputusan, dermawan, menghargai hak-hak manusia, hewan, dan alam. 

Nabi Muhammad tidak pernah mengklaim dirinya pemilik kebenaran, tetapi mengikuti perintah Allah dalam Al Quran. Nabi Muhammad sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.

"agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripada-Nya," (Huud, 11:2).

Allah memerintahkan pada manusia untuk berpikir kritis, untuk membedakan mana ajaran dari Allah dan mana ajaran dari manusia yang mengada-ngadakan kebenaran? Manusia yang mengajarkan kebenaran hanya menyampaikan kebenaran dari Allah dengan pengajaran mengajak manusia untuk terus berpikir kritis dengan melakukan refleksi diri.***

Wednesday, August 14, 2024

KARAKTER PEMBACA KITAB ALLAH

Oleh: Muhammad Plato

Di era teknologi informasi kita sering menyaksikan, para konten kreator membagi-bagikan uang. Lalu muncul tanggapan beragam. Orang menilai tindakan itu sebagai perbuatan riya karena sengaja memperlihatkan kebaikan di media sosial.

Sebenarnya memperlihatkan kebaikan kepada orang lain sengaja atau tidak, kita tidak bisa menyimpulkan apakah perbuatan itu riya atau tidak. Namun kebanyak orang menganggap perbuatan itu riya.

Menyembunyikan atau menampakkan sedekah yang dilakukan sebenarnya bukan terletak pada perbuatannya. Untuk memahaminya mari kita pahami dari isi ayat Al Quran di bawah ini. 

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi," (Faathir, 35:29).

Karakter orang yang membaca kitab Allah, dia mendirikan shalat dan manafkahkan sebagian rezeki yang Allah anugerahkan. Karakter ini menjadi pembeda dari orang-orang yang beriman kepada kitab Allah. 

Karakter orang yang membaca kitab Allah, menafkahkan hartanya secara diam-diam atau terang-terangan. Diam-diam dan terangan-terangan bukan dalam arti perbuatannya, tetapi dalam arti niatnya. 

Sesungguhnya Allah menilai perbuatan orang bukan dari perbuatan fisik yang terlihat tetapi dari niat-niat yang terkandung di dalam hatinya. Sesungguhnya sedekah orang-orang beriman tidak memperhatikan penglihatan manusia secara fisik tapi memperhatikan penglihatan Allah yang menilai hati setiap orang.

Seandainya orang-orang yang diberi kitab Allah, taat dan menjaga dua karakter ini, maka dunia akan jadi tempat damai dan sejahtera. Sesungguhnya Allah melimpahkan anugerah kedamaian dan kesejahteraan di muka bumi ini dengan melahirkan manusia-manusia berkarakter Allah.***


 

Sunday, August 11, 2024

BAHAYA KECERDASAN INTELEKTUAL

Oleh: Muhammad Plato

Intelektualitas adalah kecerdasan otak manusia dalam berpikir. Setiap manusia punya kecerdasan intelektual karena setiap manusia dilengkapi akal. Intelektualitas sering dikatikan dengan kemampuan akal dalam berpikir kritis, logis, kreatif, dan imajinatif.

Kemampuan berpikir imajinatif merupakan kemampuan berpikir paling tinggi. Pada tahap berpikir imajinatif manusia diajak untuk mengenal siapa Tuhannya. Kecerdasan intelektual berbahaya jika dikendalikan oleh sifat-sifat fujur yang ada pada diri manusia.

Namun di dalam Al Quran, manusia yang tidak punya kecerdasan intelektual diancam jadi penghuni neraka. Maka, ketika Allah memperingatkan untuk memperhatikan sebuah kejadian, Allah selalu bertanya kepada manusia, apakah kamu tidak berpikir?

Kecerdasan intelektual adalah sesuatu yang normal dan biasa-biasa saja dimiliki manusia. Kecerdasan intelektual merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada manusia. Dengan kecerdasan intelektual manusia bisa mengolah kekayaan alam menjadi jalan manusia hidup sejahtera di dunia dan akhirat.

Selain kecerdasan akal atau intelektual, manusia diberi dua naluri yaitu fujur dan takwa. Naluri fujur berkaitan dengan sifat-sifat perusak, egois, serakah,  dan naluri takwa berkaitan dengan sifat-sifat pemelihara, mengalah, dermawan. Intelektualitas manusia di dorong oleh dua naluri ini. Dua dorongan naluri ini menjadi sifat yang ada dalam hati manusia. 

"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". (Asy Syams, 91:8-10).

Konflik yang terjadi antar sesama manusia disebabkan konflik antar dua naluri manusia. Jika dua kelompok manusia berkonflik sesungguhnya konflik antara dua sifat manusia yaitu fujur dan takwa. Kecenderungan intelektualitas manusia dikendalikan oleh dominasi sifat fujur atau takwa.

Menjaga keseimbangan sifat fujur dan takwa menjadi tanggung jawab intelelektual manusia. Kecerdasan intelelektual bisa jadi berbahaya ketika kendalinya di dominasi sifat-sifat fujur. Kecerdasan intelektual yang didominasi sifat fujur akan digunakan untuk merusak kedamaian dan kesejahteraan hidup manusia.

Perang Palestina dengan Israel adalah representasi pertarungan antara dua sifat manusia. Dibutuhkan kecerdasan intelektual tinggi untuk menganalisis kelompok manusia mana yang cenderung intelektualnya dikendalikan oleh sifat-sifat fujur manusia. 

Allah memberi peringatan bahwa manusia-manusia yang intelektualnya dikendalikan oleh sifat fujur, maka dia bertindak berlebihan atau melampaui batas. Manusia yang terlalu dikendalikan oleh sifat-sifat fujurnya, Allah beri contoh kisah-kisah di masa lalu antar lain kisah Fir'aun dengan Nabi Musa.

Kisah Fir'aun membunuh semua bayi laki-laki yang lahir merupakan prilaku berlebihan. Kisah orang Arab mengubur hidup-hidup anak perempuan adalah prilaku berlebihan. Saat ini, kisah Genosida dan pembumihangusan infrastruktur dan penduduk Palestina bayi, perempuan, orang tua oleh Israel adalah prilaku berlebihan.

Kecerdasan intelektual manusia butuh pedoman dan bimbingan. Pedoman Allah kepada manusia adalah "membaca atas nama Tuhan". Membaca atas nama Tuhan, artinya setiap manusia harus membaca dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tuhan yang lebih senang dikenal sebagai pemelihara, pengasih, penyayang, dan menganjurkan hidup damai sejahtera di dunia dan akhirat.*** 

Sunday, July 28, 2024

KONSEP DASAR BARTER DALAM AL QURAN

Oleh: Muhammad Plato

Pada dasarnya konsep perdagangan adalah barter. Sistem ekonomi barter sudah dikenal sejak 6000 SM terutama oleh bangsa Mesopotamia. Barter menjadi cara masyarakat untuk bertransaksi karena ada perbedaan kebutuhan. 

Konsep dasar barter adalah saling menukar barang dengan ukuran nilai sepadan. Ukuran sepadan bisa tidak dalam bentuk wujud bendanya, tetapi dalam penilaian atas kebutuhan setiap orang yang mau melakukan barter. 

Di dalam Al Quran, ada konsep kisas. Konsep ini sering dikaitkan sebagai dasar penentuan hukuman. Kisas bisa jadi dasar untuk menentukan hukum dalam kehidupan. Namun demikian, penulis berpendapat konsep kisas bisa jadi dasar dalam transaksi atau perdagangan.

Al Quran  sebagai wahyu dari Allah tidak memiliki batasan ruang dan waktu. Bisa menjadi dasar dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Satu konsep dalam Al Quran bisa dipahami untuk berbagai hal dalam kehidupan, dengan pertimbangan tidak bertentangan ayat-ayat lainnya.

Namun demikian, manusia tidak dapat memutlakkan pendapatnya sebagai satu-satunya pendapat yang benar. Untuk itu dalam memahami Al Quran, sifatnya saling membantu, bekerjasama, mengungkapkan kebenaran. Sifat terbuka saling menghormati dan menghargai pendapat harus dikedepankan. 

Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim. (Al Maidah, 5:45).

Secara kontekstual ayat ini bisa jadi menjadi dasar dalam sebuah pertukaran barang. Dalam pertukaran barang berlaku, setiap pertukaran harus memiliki harga atau nilai yang sama. Secara jelas Al Quran mencontohkan penilaian harga yang sama dengan contoh jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, dsb.

Seperti kita sepakati dalam perdagangan tidak boleh ada yang dirugikan, kedua orang yang bertransaksi harus saling rela melepas barang yang dimilikinya. Kisas adalah keadilan dalam transaksi.

Seluruh kehidupan manusia adalah transaksi, dan dalam setiap transaksi harus mengandung keadilan. Setiap transaksi harus berdasarkan pada apa yang dikehendaki Allah.***



Saturday, July 27, 2024

TIDAK ADA TEMAN BAGI PELAKU KEJAHATAN KEMANUSIAAN

Oleh: Muhammad Plato 

Tidak ada lagi teman bagi siapa saja pelaku kejahatan. Dunia akan mengutuk kepada siapa saja yang secara terang-terangan melakukan kejahatan kemanusiaan. Isra3l sedang berada dalam tekanan penduduk dunia atas kajahatan kemanusiaan yang dilakukannya. 

Tidak akan ada lagi tempat berlindung bagi Isra3l. Kemana saja mereka pergi penduduk dunia akan mengenali mereka dan mereka tidak memiliki lagi teman setia. Teman-teman setia mereka akan pergi meninggalkan Isra3l dan berkata, "saya berlepas tangan dari apa yang kalian perbuat".

Pada awalnya Isra3l percaya, dia bisa menguasai Palestina, dengan kekuatan senjata dan benteng-benteng pertahanan yang mereka miliki, namun tidak disangka-sangka kekuatan militer, senjata, benteng, tidak bisa melindungi mereka. Berita ini telah dikabarkan di dalam Al Quran.

"...Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. (Al Hasyr, 59:2).

Sekarang tidak ada lagi teman bagi negara pelaku kejahatan kemanusiaan. Sekitar 30.000 korban kejahatan kemanusiaan dari Palestina adalah saksi begitu berbahayanya Isra3l bagi kemannusiaan. Tidak ada lagi teman bagi pelaku kejahatan kemanusiaan.

Seorang muslim ditakdirkan Allah untuk menjadi penjaga perdamaian. Seorang muslim harus berlaku adil kepada siapa saja yang menginginkan hidup damai. Sesungguhnya Allah menyukai keadilan dan perdamaian.

"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (Al Mumtahanah, 60:8).

Allah melarang orang-orang Islam menjadi teman bagi siapa saja yang jelas-jelas melakukan kejahatan kemanusiaan dan mengusir orang-orang dari kampung halamannya. Dan siapa yang melakukannya maka mereka termasuk orang dzalim. 

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim. (Al Mumtahanah, 60:9).

Siapakah orang dzalim itu? Mereka yang melakukan sesuatu tapi tidak diperintahkan Allah. Mereka yang melanggar ketentuan-ketentuan dari Allah. Mereka tergolong pada orang-orang fasik dan kafir. Tidak akan ada pertolongan bagi mereka. Tidak ada petunjuk bagi mereka. (Baca: Al Baqarah, 2:59, 254; Ali Imran, 3:192; An Nisaa, 4:168).***

Sunday, July 7, 2024

MEMAHAMI AL QURAN DARI KOSA KATA

Oleh: Muhammad Plato

Allah mengabarkan bahwa Al Quran diturunkan dalam bahasa arab. Pertanyaannya mengapa Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab? Mari kita cari tahun jawabannya mengapa Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab?

Bahasa Arab termasuk bahasa yang memiliki kosa kata sangat banyak. Satu kata dalam bahasa Arab bisa memiliki arti lebih dari satu makna. Para peneliti mengabarkan dalam satu kosa kata bahasa Arab, padanan katanya bisa mencapai 1500 makna. 

Belajar memahami Al Quran, bisa dilakukan dengan memahami kata demi kata. Contoh kata yang bisa kita ungkap dalam Al Quran adalah kata "Qalam". Kata kalam oleh kebanyakan ulama diterjemahkan dengan makna pena. 

"Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalamDia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al 'Alaq, 96:4-5). 

Ketika kalam diterjemahkan sebagai pena, dalam bentuk fisik pena adalah alat tulis. Jadi, pemahaman terhadap kata kalam ini perlu diperdalam lagi. Pada ayat 5 dijelaskan kalam berkaitan dengan pengetahuan. Ketika otak berpikir, yang diproses adalah pengetahuan.

Mengingat bahasa Arab memiliki banyak padanan kata, kita bisa telusuri penjelasan-penjelasan kata kalam merujuk pada Al Quran, dan penjelasan para ahli bahasa Arab. 

Fahmi Basya dalam bukunya "Bumi ini Al Quran" menafsirkan kata kalam dengan makna logika. Beliau mengatakan ketika Allah mengajari manusia, dicontohkan dalam peristiwa pembunuhan Habil oleh Kabil. 

Allah mengajari Kabil dengan mendatangkan burung yang sedang menguburkan mayat. Kabil lalu meniru burung cara menguburkan mayat. Proses Kabil meniru burung menguburkan mayat merupakan proses berpikir. Keputusan Kabil meniru burung merupakan keputusan dengan menggunakan kalam. 

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. (Al Maa'idah, 5:31).

"Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila." (Al Qalam, 68:1-2).

Dalam ayat ini, kalam berkaitan dengan menulis dan pikiran. Orang yang tidak gila ditandai dengan pikiran yang sehat. Nabi Muhammad pada saat itu, oleh orang-orang kafir Mekah dianggap gila karena wahyu Al Quran yang dibawanya, dan Allah menurunkan wahyu bahwa Nabi Muhammad tidak gila. 

Diduga kuat bahwa kalam adalah kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Pada faktanya, ketika manusia menuliskan sesuatu dengan pena dipastikan menuliskan hasil pemikiran. Kemampuan berpikir merupakan fungsi otak atau akal manusia. 

Berpikir logis menggunakan logika sebab akibat merupakan bagian dari kemampuan dasar akal manusia. Selanjutnya berkembang tentang ilmu berpikir, diantaranya berpikir silogis, kritis, kreatif, analogis, dan sintesis.

Dari kemampuan berpikir manusia berkembanglah berbagai ilmu pengetahuan disusun dalam bentuk buku-buku karya tulis manusia. Pada hakikatnya, berbagai ilmu pengetahuan adalah karya tulis produk dari kalam sebagai kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah pada manusia.*** 

TETAPLAH BERENCANA BAIK

Oleh: Muhammad Plato

Orang-orang beriman selalu merencanakan baik. Jangan merasa takut dengan rencana-rencana jahat orang karena setiap rencana akan kembali pada perencananya. Orang beriman selalu percaya pada rencana-rencana baik dari Allah. Rencana-rencana baik selalu bersama rencana Allah.

"Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari." (An Naml, 27:50).

"Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (Al A'raaf, 7:183). 

Kualitas iman seseorang dijelaskan di dalam Al Quran. Mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tanpa ragu, berjihad dengan harta dan jiwanya dijalan Allah. Konsep jihad bukan selalu perang. Membantu orang-orang miskin, anak yatim, membantu orang kelaparan dan terkena bencana, harus dilakukan dengan jihad. Membantu orang membebaskan dari perbudakan, genosida, harus dengan jihad. 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (Al Hujurat, 49:15).

Islam adalah ajaran yang selalu membawa rencana-rencana baik untuk kehidupan manusia. Fitnah-fitnah yang mendeskreditkan ajaran Islam, datang dari orang-orang yang punya rencana buruk dalam hati dan pikirannya. 

Beda orang beriman dengan orang kafir kepada Allah, terletak di hati dan pikirannya. Orang beriman hati dan pikirannya selalu merencanakan baik. Orang kafir hati dan pikirannya selalu merencanakan buruk untuk orang lain. 

Ancaman terbesar bagi orang beriman bukan kelaparan, penderitaan, atau kematian, tapi keragu-raguan keimanan kepada Allah. Orang beriman mendapat ujian demi ujian untuk melatih mereka tetap berpegang teguh beriman kepada Allah dalam segala kondisi.

Untuk orang beriman harus selalu mendapat kabar gembira dari Allah dengan membaca berita-berita gembira dari Al Quran. Inilah berita gembira yang diberitakan Allah dari Al Quran untuk orang beriman.

"Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (Fushshilat, 41:31).

Bagi orang beriman cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong. Sesungguhnya berita dari Al Quran mengandung kebenaran-kebenaran nyata.***

SEMUA MANUSIA ISLAM

Oleh: Muhammad Plato

Jika kita pikirkan semua manusia terlahir islam (tunduk). Sebenarnya sejak dalam kandungan hingga lahir manusia dalam keadaan tunduk. Tunduk dalam arti tidak bisa menentukan takdir hidupnya. Manusia sejak dalam kandungan hingga terlahir dia tidak mengetahui takdir-takdir hidup yang akan dialaminya. Inilah salah satu makna bahwa manusia sejak lahir sudah islam. 

Beberapa argumen yang memperkuat bahwa semua manusia sudah islam bisa kita temukan di dalam Al Quran. Allah menegur orang yang sudah mengaku diri beriman, dan menyarankan untuk mengatakan kami telah tunduk (islam).

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al Hujurat, 49:14).

Kita ketahui, para ilmuwan tidak layak dikatakan sebagai pencipta, tetapi sebagai penemu. Ilmuwan tidak menciptakan apapun kecuali dia menemukan dan mengolah apa yang telah Allah ciptakan. Air, tanah, batu, tumbuhanm gunung, gas, atom, molekul, elektron, gelombang, semuanya sudah ada. Semua manusia tunduk dan memanfaatkan pada apa yang telah Allah ciptakan.

Kemampuan manusia memanfaatkan benda-benda yang sudah ada juga bukan karena kekuatan manusia. Manusia yang dilengkapi dengan organ otak, mata, telinga, jantung, tangan, kaki, semua sudah ada dan hanya menggunakannya. 

Temuan-temuan yang dilakukan para ilmuwan, hanya melakukan sintesa terhadap benda-benda yang sudah ada. Seperti ketika kita membuat rumah, tidak ada satupun material yang dibuat manusia. Bahan-bahan material rumah hanya mensintesakan bahan-bahan material yang ada menjadi berbagai bentuk dan material sebagai akibat dari sintesa benda-benda yang sudah ada.

Dalam pandangan Allah, tidak ada satu orang pun manusia yang berjasa pada orang lain. Semua kesenangan yang diterima oleh manusia, bahkan manusia yang merasa berjasa pada orang lain, semuanya mendapat ksenenangan atas jasa Allah.

Mereka merasa telah berjasa (memberi nikmat) kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang berjasa melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". (Al Hujurat, 49:17).

Manusia hidup dalam batasan-batasan sehingga manusia pada dasarnya islam. Namun, akibat temuan-temuan teknologi yang dihasilkan, manusia kadang melampuai batas, merasa berjasa sebagai pencipta, merasa paling tahu. Seperti Fir'aun yang diberi kekuasaan, pada akhirnya merasa menjadi Tuhan. Gejala psikologi ini bisa terjadi pada para ilmuwan yang merasa telah menjadi pencipta.

Para ilmuwan, kadang merasa diri telah berjasa untuk kehidupan manusia. Merasa berjasa adalah awal gejala psikologi menyeret manusia bergeser hingga melampaui batas, merasa menjadi Tuhan. Allah mengingatkan dalam Al Quran, jangan merasa berjasa tapi katakanlah saya tunduk pada segala yang telah Allah ciptakan. 

Sebenanrya semua manusia seperti "orang-orang Arab Badui". Gambaran orang Arab Badui artinya hakikat semua manusia adalah bodoh, fanatik pada pengetahuan dan kebiasaan yang dimiliki, merasa diri benar, merasa berjasa, merasa sebagai pencipta, dan kadang merasa diri menjadi Tuhan. 

Hakikat sebenarnya, semua manusia pada level tingkatan manapun mereka adalah orang-orang islam, tunduk pada segala ketentuan yang telah Allah ciptakan. Untuk itulah semua manusia islam.*** 

Friday, June 21, 2024

ISLAM, IMAN, PENDIDIKAN

Oleh: Muhammad Plato

Orang-orang beriman punya kualitas lebih tinggi dari orang-orang Islam. Perbedaan ini dijelaskan di dalam Al Quran. Mari kita lihat, apa perbedaannya?

Orang-orang Islam belum tentu berkualitas, karena kualitas orang Islam diukur dari keimanannya. Pantas jika kita saksikan, prilaku-prilaku paradok terjadi di negara dengan penduduk beragama Islam. Sebuah bangsa belum tentu berkualitas jika hanya sekedar tercatat dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) beragama Islam.

Jepang bukan negara dengan penduduk beragama Islam, tapi masalah prilaku tertib, disiplin, sehat, bersih, dan hemat, mereka jagonya. Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi masalah ketertiban, sopan-santun, prilaku sehat, mereka nomor satu dari belakang.

Masalah di Indonesia bukan karena agama Islamnya, tetapi karena kualitas keimanannya. Status beragama Islam tidak serta merta kualitas hidup seseorang menjadi baik, karena kualitas keberagamaan seseorang tergantung pada keimannya pada Tuhan. 

Lalu apa bedanya orang Islam dan orang beriman? Kita coba buka penjelasannya dari Al Quran. Sumber ajaran agama Islam otentik dan primer adalah Al Quran. 

"Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah Islam", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al Hujurat, 49:14)". 

Tingkatan orang Islam terbagi dua. Pertama beragama Islam. Ketika orang menyatakan diri memeluk Islam, status mereka tercatat sebagai pemeluk Islam. Selama orang tersebut mengakui dirinya beragama Islam, tercatat di KTP, dia akan diperlakukan sebagai orang Islam. Menyatakan diri memeluk Islam baru sebatas status keberagamaan. 

Kedua, masalah keimanan tidak bisa melekat menjadi status seseorang. Keimanan sesuatu yang sifatnya dinamis, tidak seperti status agama Islam di KTP. Keimanan seseorang selama hidup akan terus mengalami ujian. Ketika menghadapi ujian, keimanan akan mengalami masa naik dan turun. Untuk itulah Allah menegur orang yang mengatakan dirinya telah beriman. 

Kualitas orang-orang Islam dilihat dari keimanan. Konteks keimanan seseorang bisa naik atau turun berkaitan dengan pendidikan. Untuk itu, fungsi pendidikan bagi orang Islam adalah meningkatkan tingkat keimanan kepada Tuhan, dengan membaca (iqra)untuk menguak berbagai rahasia langit dan bumi.

Memeluk agama Islam, seperti memasuki sebuah lembaga pendidikan. Sebagaimana di lembaga pendidikan, orang beragama Islam harus meningkatkan keimanannya tahun demi tahun. Upaya untuk meningkatkan keimanan adalah membaca berbagai riset, survey, fenomena, dan refleksi diri.

Pada akhirnya kualitas keimanan orang Islam dilihat dari perbuatannya. Orang-orang Islam berkualitas tinggi tidak dilihat dari panjang jenggot, pakaian gamis, dan besar gulungan sorban, tapi dilihat dari prilaku-prilaku baik sehari-hari sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Jika diantara orang Islam terjadi perdebatan tentang pengertian islam dan iman, maka segera akhiri dengan memperlihatkan perbuatan-perbuatan baik yang telah dan akan terus dilakukan sebagai wujud ketaatan kepada Allah.***





Saturday, June 15, 2024

MEMBACA PSIKOLOGI ORANG ISRAEL

Oleh: Muhammad Plato

Orang Israel selalu menarasikan dirinya sebagai umat pilihan Tuhan. Pengakuan ini sebenarnya telah menimbulkan ego kelompok, suku, atau bangsa bagi orang-orang Israel. Pemahaman sepihak ini dinarasikan oleh orang Israel melalui berbagai cara diantaranya media informasi, sains dan teknologi.

Setiap manusia diberi kelebihan dan kekurangan orang Tuhan. Terlepas dari orang Israel semua keturunan dan bangsa memilikinya. Secara spesifik, Bani Israel di dalam Al Quran dijelaskan memiliki kelebihan dari umat lain. 

"Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat". (Al Baqarah, 2:47).

Secara fakta, orang-orang Israel memiliki kelebihan dalam hal intelektual. Budaya di keluarga orang Israel mereka sangat menhargai kecerdasan intelektual. Mereka bisa mengembangkan sains dan teknologi. Mereka bermanfaat bagi kehidupan manusia. 

Tradisi menjaga generasi cerdas intelektual terpelihara dalam tradisi keluarga orang Israel. Bayi-bayi sejak dalam kandungan, mulai dari makanan, minuman, kebiasaan, sudah disiapkan sebagai generasi cerdas secara intelektual. Fakta ini menunjukkan secara empiris bahwa Allah menyimpan kecerdasan intelektual pada orang Israel.

Namun di sisi lain, tentang prilaku orang Israel diceritakan di dalam Al Quran, mereka memiliki kelemahan di karakter. Gambaran secara psikologi orang Israel dijelaskan pula di dalam Al Quran.

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Al Baqarah, 2:83).

Secara psikologis, kecerdasan intelektual mendorong sifat-sifat manusia ke arah destruktif. Kemampuan intelektual yang dimiliki manusia dapat menjadi pemicu sifat-sifat buruk. Pemisahan sains dan teknologi dengan etika, moral agama, menimbulkan sikap ego tinggi. 

Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israel, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. (Al Maa'idah, 5:70).

Karakter buruk dilekatkan pada golongan Israel. Hanya sebagian kecil dari orang-orang Israel yang tetap menepati janjinya. Sunatullah manusia, di sisi lain ditinggikan dan di lain hal memiliki kekurangan. Kisah Bani Israel diberitakan dalam Al Quran sebagai pelajaran bagi manusia yang mau berpikir.

Kisah hidup orang Israel merupakan sepenggal kisah yang dapat ditiru seluruh umat manusia dalam meningkatkan kecerdasan intelektual. Namun perlu diingat, kepemilikan kecerdasan intelektual harus dibarengi dengan kepemilikan kecerdasan emosi dan spiritual.

Rasa kemanusiaan, sikap adil, saling menghargai dan menghormati antar manusia, cinta lingkungan, menjadi kecerdasan wajib dimiliki manusia. Allah menciptakan manusia setara, sama-sama punya hak-hak asasi yang melekat pada setiap diri manusia.***




PALESTINA PEMENANG PERANG

Oleh: Muhammad Plato

Perang terbuka antara Palestina dan Israel terjadi sejak tanggal Oktober 2023. Sekarang kurang lebih sudah berlangsung 9 bulan. Pasukan jihad Palestina dengan persejataan rakitan ternyata mampu bertahan melawan  persenjataan canggih pasukan Israel. 

Jatuh korban perang banyak dari pihak Palestina. Korban perang dari Palestina bukan tentara tapi warga sipil terdiri dari bayi, anak-anak, orang tua, ibu-ibu, dan ibu hamil. Setiap hari korban-korban warga sipil dari Palestina berjatuhan. 

Dukungan masyarakat internasional mengalir untuk Palestina. Mayoritas negara-negara di dunia melalui PBB mengakui kemerdekaan Palestina, kecuali Amerika Serikat. Kemenangan ada di pihak Palestina. Amerika Serikat dan Israel mulai terdesak dan enggal mengakui kekalahan.

Secara fisik Palestina telah kehilangan harta dan nyawa akibat perang, namun secara moral rakyat Palestina telah menjadi tanda bahwa kebenaran tidak akan kalah oleh kebatilan. Rakyat dunia telah disadarkan oleh rakyat Palestina.

Rakyat Palestina telah membantu dunia menemukan kebenaran dari Allah siapa manusia-manusia terkutuk di muka bumi ini. Rakyat Palestina telah membuktikan sebuah kebenaran Al Quran, orang-orang tidak beriman kepada Allah jika berperang tidak akan meraih kemenangan. Sunatullah, keburukan tidak akan mengalahkan kebenaran.

"Dan sekiranya orang-orang kafir itu memerangi kamu pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah) kemudian mereka tiada memperoleh pelindung dan tidak (pula) penolong. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunatullah itu." (Al Fath, 48:22-23).

Ketetapan yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang adalah keburukan tidak akan pernah menang melawan kebaikan. Bagi orang-orang beriman kepada Allah tidak ada kekalahan di dunia. Mati di medan perang dengan keimanan kepada Allah adalah kemenangan. 

Bagi orang beriman kekalahan dan kemenangan bukan perkara mati atau hidup. Kemenangan perang bagi orang beriman di medan perang adalah mati syahid atau hidup. Orang-orang beriman selama hidup tidak akan berhenti berperang membela kebenaran.

Secara psikologis, orang-orang beriman kepada Allah yang esa, semakin sulit hidup mereka hadapi, semangat berperang mereka tidak akan pernah berhenti. Semakin sulit situasi mereka hadapi, keimanan semakin tinggi. Cara pandang masyarakat beriman pada kehidupan, ketika menghadapi kesulitan ekstrim cara pandang mereka berubah menjadi dominan kepada kehidupan sejahtera di akhirat. 

Faktor psikologi di atas telah menjadi sebab rakyat Palestina tumbuh menjadi manusia-manusia kuat dan takkan terkalahkan. Seiring dengan waktu, simpati masyarakat dunia mulai mengalir untuk rakyat Palestina. Lambat tapi pasti, pergeseran penguasa dunia akan terjadi. 

Raja-raja durhaka akan digantikan dengan raja-raja bijaksana. Ketika raja-raja bijaksana menjadi penguasa dunia, kedamaian dunia akan benar-benar tercipta. Damai adalah anugerah terbesar dari Allah. Raja-raja bijaksana tidak membalas keburukan dengan keburukan. Raja-raja bijaksana menjadi hari kememangan sebagai hari pengampunan. Itulah contoh teladandari Rasulullah SAW. ketika membebaskan Mekah.

Sunday, June 9, 2024

TUHANNYA ORANG ATHEIS

Oleh: Muhammad Plato

Ciri orang beriman adalah percaya pada kehidupan akhirat. Bagi orang atheis yang sudah sangat tergantung pada kebenaran empiris dan perasaan, mereka menganggap akhirat sebagai dongeng nenek moyang. 

Mengapa orang atheis tidak percaya akhirat, jawabannya sederhana karena orang atheis Tuhannya adalah dirinya sendiri. Orang atheis bukan tidak mengetahui adanya Tuhan, tapi dia mengingkari adanya Tuhan. 

Ada beberapa sebab mengapa orang menjadi atheis. Faktor pertama yang membuat orang atheis adalah lingkungan keluarga. Orang Islam di Indonesia kebanyakan memeluk agama Islam karena lingkungan keluarganya sudah beragama Islam.

Lingkungan keluarga yang taat beragama kecenderungan membentuk keyakinan seseorang pada Tuhan kuat. Sebaliknya lingkungan keluarga yang kurang taat pada Tuhan, cenderung keyakinan orang lemah.

 

Faktor kedua penyebab orang atheis adalah lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan sekuler cenderung membahas masalah-masalah ilmu sosial dan alam tanpa ada kaitan dengan ketuhanan. 

Pendidikan sekuler membangun pola pikir material karena sumber pengetahuan yang dibangun dari kebenaran-kebenaran berdasar pengamatan. Pola pikir sekuler membangun mindset seseorang menjadi material. Kebenaran-kebenaran yang dibangun harus selalu bisa dibuktikan secara materi.

Pengertian rasional menurut pola pikir sekuler adalah dapat dibuktikan secara materi. Pola pikir ini mengikis kepercayaan seseorang kepada Tuhan. Hal inilah yang menyebabkan lahirnya tuhan-tuhan secara material.

Faktor ketiga penyebab orang atheis adalah budaya. Manusia adalah makhluk sosial. Kebanyakan orang mengikuti pola pikir berdasarkan tren di masyarakat. Perkembangan sains, teknologi, yang dilembagakan melalui pendidikan berperan membangun pola pikir material.

Faktor keempat, penngajaran agama cenderung mengajarkan hal-hal ritual, ghaib, tanpa korelasi dengan kehidupan dunia. Pandangan keagamaan cenderung mengasingkan diri dari kehidupan dunia. Narasi beragama kurang mengomunikasikan hubungan kausalitas berkelanjutan, antara kehidupan dunia dan akhirat. 

Keempat faktor di atas sedikitnya telah membangun pola pikir seseorang menjadi skeptis dan pesimis terhadap kehidupan akhirat. Keyakinan pada kehidupan akhirat sebenarnya membawa dampak positif pada kehidupan manusia.

Keyakinan pada kehidupan akhirat sebenarnya membangun etika dan moral masyarakat ketika hidup di dunia. Keyakinan pada akhirat dapat mengendalikan prilaku seseorang menjadi orang baik, karena prilaku di dunia menjadi sebab kehidupan baik di akhirat.

Keyakinan pada kehidupan akhirat dapat membangun harapan seseorang tetap ada. Ketika seseorang merasa putus asa karena gagal di dunia material, keberhasilan bisa tetap di raih di akhirat karena akhirat tidak membutuhkan materi. 

Keyakinan pada akhirat bisa memberi kekuatan kepada seseorang untuk bertahan hidup dalam kondisi sulit. Ujung dari hidup bukan kematian di dunia material, tetapi kehidupan di akhirat yang non material. 

Tidak semua orang bisa sukses di dunia karena pandangan sukses di dunia lebih pada material. Semua orang bisa sukses di akhirat karena sukses di akhirat hanya butuh prilaku baik selama di dunia. 

Tuhannya orang atheis adalah dirinya sendiri, karena pola pikirnya terlalu material. Untuk itu manusia butuh pengajaran agama yang mengajarkan secara holistik kehidupan dunia dan akhirat tidak terpisahkan. 

Lingkungan keluarga, pendidikan, budaya masyarakat, dan sistem pengajaran agama, perlu perubahan. Agama dan ilmu tidak terpisahkan, keduanya harus saling sinergi untuk membangun kehidupan manusia sejahtera di dunia dan akhirat. 

Narasi-narasi besar harus membawa pesan peran agama dan ilmu yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Etika, nilai, dan moralitas, harus dibangun dengan kesadaran pada kehidupan akhirat sebagai akhir tujuan hidup manusia kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.***