Saya tidak bermaksud
untuk riya menceritakan apa yang telah saya terima dari Tuhan. Tapi saya
mengikuti petunjuk Tuhan, bahwa kita harus menyebut-nyebut apa-apa yang telah
diberikan Tuhan. “Dan terhadap nikmat
Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). (Ad
dhuha:11)
Secara tertulis dalam
buku datatan harian keluarga saya, saya mulai meprogramkan shalat dhuha minimal
6 rakaat dan 12 rakat, sejak Senin, 6 september 2010. Saya
target shalat dhuha minimal enam rakaat karena saya merasa kekurangan dalam
ekonomi. Ketika membaca pahala shalat dhuha 12 rakaat dijanjikan rumah di surga
di akhirat nanti, saya jadi penasaran.
Selama 13
tahun bekerja, saya belum memiliki rumah yang layak untuk ditinggali. Di
Cianjur, rumah RSSS yang saya cicil 450ribu per bulan kondisinya sangat-sangat tidak
layak huni. Developer membangun asal-asalan maklum program rumah murah. Karena
saya tinggal di Bandung, jadi sampai 13 tahun saya hidup rumah dikontrakan.
Saya
tertarik pada shalat dhuha 12 rakaat yang dijanjikan Allah pahala rumah di
surga. Saya berpikir, pahala Allah itu tidak saja di akhirat. Jika Allah
menjanjikan pahala rumah di surga, menurut pendapat saya Allah juga menjanjikan
pahala rumah di dunia. Kehendak Allah tidak dibatasi ruang dan waktu, karena
Dia Maha Berkehendak atas segalanya. Saya yakin seperti itu!!
Berangkat
dari keyakinan itu, seperti gayung bersambut, kebetulan saya belum punya rumah
tinggal di Bandung. Maka saya niatkan untuk berdhuha rutin 12 rakaat tiap hari
dengan harapan Allah memberikan saya rumah untuk keluarga.
Dengan
penuh harap dan penasaran, ingin membuktikan kebenaran janji Allah, Saya
kerjakan shalat dhuha 12 rakaat dalam keadaan sempit dan lapang. Ketika dalam
perjalanan, rapat, di sekolah, di rumah, sedang liburan, dengan konsisten saya
kerjakan shalat dhuha 12 rakaat. Hanya satu dua kali saja saya tidak sempat
dhuha 12 rakaat biasanya karena terlalu sibuk dan kelupaan. Itupun saya
evaluasi agar tidak kelupaan, pagi-pagi selalu ditargetkan terlebih dahulu
shalat dhuha 12 rakaat.
Untuk
memotivasi, ketika hendak melaksanakan shalat dhuha saya selalu fokus pada
janji pahala rumah dari Allah yang kebetulan sangat saya butuhkan. Saya juga
ajak istri untuk sama-sama melaksanakan shalat dhuha dengan harapan pahala yang
telah dijanjikan Allah.
Kebetulan
juga, sekolah di mana tempat saya mengajar memprogramkan shalat dhuha setiap
pagi. Jam 7.00 semua murid diabsen dan wajib shalat dhuha. Sekalian saja,
sambil berharap pahala dhuha dari Allah, juga saya biasakan shalat dhuha di
masjid sekolah, dengan tujuan memberi contoh kepada anak-anak didik untuk
konsisten melaksanakan shalat dhuha. Jadi pahala dhuhanya bisa doble!!!.
Pada buku
catatan harian keluarga saya tercatat, SELASA, 9 JULI 2013 (MENGITUNG HARI AKAD RUMAH). Jumat,
12 juli 2013, bertepatan dengan bulan Ramadhan akad rumah terjadi. Saya kredit
rumah dari bank dengan cicilan 5,8 juta per bulan. Mengapa saya berani ambil
kredit dengan cicilan tinggi. Saya melihat rumah yang saya kredit bukan rumah tinggal
tapi kos-kosan dengan jumlah 9 kamar. Letaknya pun hanya 100 meter dari
perguruan tinggi swasta ternama di Bandung.
Sujud syukur saya
penjatkan kehadirat Allah swt. Saya tetap tinggal di rumah kontrakan yang
sederhana, tetapi saya punya usaha rumah kos-kosan yang bisa menghasilkan lagi
rumah. Saya sempat tidak percaya bahwa ini balasan dari Allah atas kebaikan
yang telah saya programkan yaitu shalat dhuha 12 rakaat.
Saya evaluasi lagi
bagaimana, proses bisa membeli rumah kontrakan 9 kamar. Awalnya tidak ada bank
yang mau membiayai kredit rumah kos-kosan yang akan saya beli. Setelah
berkeliling ke beberapa bank, hanya tinggal satu bank yang belum didatangi. Ini
harapan terakhir. Dibantu teman, saya mendatangi bank syariah milik pemerintah
Jawa Barat, dan hasilnya bank ini menerima ajuan kredit saya. Mengapa semua bank menolak ajuan kredit saya, karena
letak rumah kontrakan yang akan saya beli tidak masuk kendaraan roda empat. Heran,
hanya bank syariah inilah yang siap membiayai kredit yang saya ajukan, sekalipun
dengan biaya cicilan tinggi.
Beberapa bulan kemudian
saya tanyakan, apakah bank tersebut masih menerima pembiayaan kredit untuk
rumah di dalam gang (tidak masuk kendaraan roda empat). Program itu sudah tidak
ada!!! Subhanallah....saya bersyukur dan berpikir, “saya yakin ini janji
balasan pahala yang dijanjikan Allah swt
di dunia!!”
Alasan lain, mengapa
saya yakin bahwa kejadian ini merupakan balasan pahala dari Allah di dunia.
Ketika menjelang akad rumah, kurang lebih dua bulan, dan menjelang akad, hampir
setiap malam saya bertahajud, dan memohon kepada Allah, “jika rumah ini rezeki
saya dan keluarga mudahkanlah dan berikanlah untuk saya dan keluarga ya Allah,
dan jika rumah ini bukan rezeki saya sekeluarga, maka saya tunduk pada
ketetapan Mu, dan saya ikhlas untuk tidak memilikinya, karena pasti Engkau akan
mengganti dengan yang lebih baik”
Setelah benar-benar
terjadi akad rumah di notaris, maka sungguh saya haqul yakin bahwa Allah selalu
memenuhi janji-janjinya. Setelah kurang lebih tiga tahun memohon rumah kepada
Allah melalui shalat dhuha 12 rakaat, Allah mengabulkannya.
Terimakasih ya Allah
selama tiga tahun, Engkau telah memberi pelajaran berharga dan mendidik saya serta
keluarga menjadi pribadi-pribadi yang sabar dan taat pada segala ketentuan Mu.
Semoga dengan kejadian ini saya dan keluarga menjadi orang-orang yang selalu
dekat dekat Mu.
Kisah ini saya tulis,
tidak ada niat untuk berbangga hati, tapi semata-mata untuk melaksanakan
perintah Allah, bahwa hendaklah kamu menyebut-nyebut nikmat Tuhan yang telah
kamu terima. Harapan lain adalah semoga kawan-kawan mendapat hikmah dari kejadian
ini. Janji-janji pahala dari Allah, bukan hanya seperti dongeng menjelang
tidur, bukan pula seperti cerita-cerita mitos purbakala, tetapi janji-janji
Allah itu mengandung kebenaran nyata (di dunia), bisa dilihat oleh mata kepala
sendiri dan kebenaran-kebenaran ghaib di
akhirat. Dua kebenaran ini harus kita yakini agar kita menjadi umat-umat yang
bisa hidup dengan kualitas terbaik baik di dunia maupun di akhirat.
Jika pikiran anda masih tidak percaya apa yang terjadi pada diri saya bukan balasan pahala dhuha 12 rakaat dari Tuhan. Coba Anda pikirkan, apakah Anda bisa menjaga dhuha setiap hari 12 rakaat selama tiga tahun? Saya sarankan jangan mempercayai apa yang saya ceritakan, sekarang giliran anda untuk membuktikannya. Tuhan tidak akan takut jika kebenarannya akan diuji umatnya. Tuhan sangat menyenangi orang-orang yang selalu ingin membuktikan kebenaran-Nya. Wallahu 'alam.
Salam Sukses dengan Logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan