Dunia Yang Material Membuat Manusia Lupa Pada Banyak Nikmat Yang Telah Allah Berikan. |
Friday, September 30, 2022
YANG BENAR HIDUP INI BANYAK GRATISNYA
Wednesday, September 21, 2022
SEMUA MANUSIA PUNYA JABATAN
OLEH: MUHAMMAD PLATO
Sekecil apapun jabatan manusia di muka bumi ini, dia telah diberi amanah oleh Allah. Dulu saya berpikir, jabatan itu adalah kedudukan yang ada di pemerintahan dengan gaji dan tunjangan. Dalam pikiran saya waktu itu, orang-orang yang menduduki jabatan adalah orang-orang yang memiliki posisi, berpangkat dan punya penghasilan.
Padahal jika kita kembali kepada hakikat hidup manusia di muka bumi ini, semua manusia sudah punya jabatan. Pelantikkannya sudah terjadi sebelum manusia dilahirkan. Pelantikan jabatan manusia telah terjadi di alam ruh, sebagaimana dijelaskan di dalam Al Qur'an.
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat bodoh, (Al Ahzab, 33:72).
Mari kita renungkan ayat di atas. Perhatikan, penggalan kalimat dari ayat di atas, "lalu dipikullah amanat itu oleh manusia (wahamalahal insaan)". Inilah kata-kata pelantikan manusia sebagai pemegang jabatan di dunia. Pelantikannya langsung dari Allah. Inilah cara berpikir generalis yang bersumber dari Al Qur'an.
Jika beriman kepada kitab suci Al Qur'an, dan meyakini kebenaran yang ada di dalamnya, maka setiap jabatan yang diduduki manusia di muka bumi ini adalah jabatan dari Allah. Presiden, menteri, gubernur, bupati, wali kota, camat, lurah, RW, RT, semuanya jabatan dari Allah. Termasuk jabatan-jabatan di dunia pendidikan. Menteri, Dirjen, kepala bagian, kepala dinas, kepala bidang, kepala cabang wilayah, kepala sekolah, wakasek, staf, koordinator, wali kelas, guru, ketua osis, ketua MPK, ketua sanggar, ketua jurusan, dan ketua murid, anggota osis, anggota masyarakat, adalah jabatan dari Allah.
Mengapa semua jabatan yang ada di muka bumi ini dari Allah? Karena semua manusia sudah dilantik oleh Allah menjadi pemikul amanah. adapun berbagai macam kedudukan yang ada di muka bumi ini hanya sebagai berbagi peran untuk berjalannya sebuah sistem kehidupan. Jabatan tertinggi yang diduduki manusia adalah Nabi, dan yang terakhir adalah Nabi Muhammad.
PESAN PENTING!
Dalam pemikiran generalis, jabatan dihadapan Allah tidak dilihat dari berapa penghasilan dan tunjangan yang didapatkan dari jabatan tersebut. Jabatan tertinggi yaitu nabi, tidak ada gaji dan tunjangannya. Gaji dan tunjangan dikenal kemudian. Jadi, tidak berarti sebuah jabatan harus dilengkapi dengan gaji dan tunjangan. Jadi, sebuah jabatan ada gaji dan tunjangannya maupun tidak, sama-sama akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah.
Bisa jadi kelak, orang-orang yang menduduki jabatan dengan gaji dan tunjangan bebas dari hisab, karena selama di dunia dia terus mendapat caci maki dan fitnah. Untuk itu, bisa jadi para pejabat yang mendapat gaji dan tunjanangan itu selalu refleksi diri, bertobat dan memohon ampunan kepada Allah siang dan malam, karena takut dosanya tidak terampuni.
Sebaliknya bisa jadi, orang-orang yang tidak merasa punya jabatan karena tidak memiliki gaji dan tunjangan, sibuk memaki, dan mencari-cari kesalahan orang. Dia lupa diri bahwa jabatan itu melekat pada setiap diri manusia. Serendah apapun jabatan di muka bumi ini, dia sudah dilantik oleh Allah. Bisa jadi jabatan-jabatan yang tidak bergaji dan tunjanganlah yang akan menggiring orang-orang ke neraka.
Menjadi ketua organisasi sosial, menjadi ketua LSM, menjadi kepala keluarga, ketua osis, ketua kelas, ketua karang taruna, ketua DKM, ketua atau anggota osis, anggota organisasi profesi, dan anggota masyarakat, itulah sebagai kecil contoh jabatan yang tidak ada gaji dan tunjangannya. Jabatan ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang tidak peduli dam mau mengevaluasi kinerja jabatan ini.
Jabatan-jabatan berbahaya itu adalah jabatan yang tidak ada gaji dan tunjangannya. Jabatan tanpa gaji dan tunjangan itulah yang membuat manusia lupa diri, tidak ada yang mengontrol kecuali dirinya sendiri. Akibat tidak ada kontrol, manusia sering lupa diri, kritis ke luar dirinya tetapi tumpul ke dalam dirinya. Orang yang lupa diri, prilakunya cenderung melampaui batas. Dia juga merasa tidak punya kekurangan dan dosa sehingga sering lalai dalam mengingat dan memohon ampunan dari Allah.
Bisa jadi kelak di akhirat, orang-orang yang punya jabatan dengan gaji dan tunjangan mendapat ampunan dari Allah karena selalu dikritisi dari luar dan selalu melakukan refleksi diri memohon ampunan kepada Tuhannya. Sebaliknya mereka yang punya jabatan tanpa gaji dan tunjangan, merasa tidak punya jabatan sehingga terlalu fokus melihat keburukan jabatan orang lain. Mereka lupa bahwa semua manusia sudah punya jabatan, bergaji dan bertunjangan atau tidak, dia akan diadili untuk apa jabatannya digunakan?
Ketika jadi presiden, gubernur, bupati, wali kota, camat, kepala dinas, kepala sekolah, orang bisa jadi bebas mendapat ampunan dari Allah. Namun jangan lupa bisa jadi ketika kita jadi ketua karang taruna, ketua osis, ketua murid, ketua LSM, ketua DKM, kepala keluarga, malah jadi penghambat kita masuk surga.
Sesungguhnya jabatan itu datang dari Allah. Apapun posisi kita di dunia semuanya dari Allah, dan harus dilaksanakan dengan amanah. Kelak, bisa jadi seorang presiden divonis masuk neraka tapi bisa selamat masuk surga karena amanah ketika menjadi ketua osis di sekolah atau ketua karang taruna di masyarakat. Wallahu'alam.
Sunday, September 18, 2022
MERASAKAN KEMATIAN
OLEH: MUHAMMAD PLATO
Jika anda mengatakan kematian adalah akhir dari kehidupan, dapat dipastikan bahwa pemikiran anda termasuk materialis. Cara berpikir materialis, kebenaran yang dapat dikatakan benar selalu berbasis pada fakta. Kematian secara fakta memang tidak dapat dibantah sebagai akhir dari hidup manusia. Namun demikian pengetahuan dari alam nyata yang dipahami manusia terlalu sempit. Alam semesta sangat luas, tetapi keterbatasan manusia membuktikan kebenaran-kebenaran secara empiris sangat terbatas.
Sangat bisa dipahami jika ada orang ditinggal mati oleh orang yang sangat dikasihi akan menangis. Tangisan ini disebabkan oleh perasaan yang bersifat materialis. Merasa kehilangan secara fisik orang-orang yang dikasihi bisa jadi sebab kesedihan. Hal ini masih bisa dikatakan wajar, tetapi jika kesedihan berlarut-larut itulah yang sangat tidak disarankan dalam ajaran agama.
Kematian jika kita pikirkan berdasar sumber informasi dari Al Quran, bukanlah sebagai akhir dari kematian, tetapi sebagai proses perpindahan tempat hidup.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (Ali Imran, 3:185)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (Al Anbiyaa, 21:34)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Al 'Ankaabut, 29:57)
Mari kita simak penjelasan Al Quran. Setiap yang berjiwa merasakan mati. Ini bahasa terjemah, dalam arti bahasa paling sederhana. Kata "merasakan" merupakan point penting yang perlu kita simak. Fenomena merasakan seperti bagaimana kita merasakan panas, dingin, sakit, sedih, senang, gembira, dan sebagainya. Dalam fenomena kematian kita sering melihat ekspresi mayat sedih dan senang. Ini berarti kematian adalah sebuah fenomena sebuah proses dalam kehidupan yang bisa dirasakan oleh setiap orang, bisa dalam ekpresi senang atau menyedihkan.
Hal ini bisa punya arti bahwa kematian bisa terjadi pada setiap orang sebagai fenomena kebahagiaan atau kesedihan bagi orang yang merasakannya. Dengan demikian, kematian tidak dipandang sebagai akhir kehidupan, tetapi sebagai proses seseorang menuju suatu kehidupan di dimensi lain. Untuk menuju kehidupan di dimensi lain, setiap orang akan "merasakan kematian". Rasa kematian itu dikabarkan sebagai sesuatu yang menyakitkan, dan ada juga yang merasakannya sebagai kegembiraan.
Orang-orang muslim biasanya selalu berdoa mendapat kemudahan dan kebahagiaan disaat menghadapi kematian. Kebahagiaan ini dirasakan pada saat orang merasakan mati dalam kebaikan atau khusnul khotimah.
Pandangan di atas tentunya berlaku bagi orang-orang yang meyakini adanya kehidupan dimensi lain, setelah kehidupan dunia yaitu kehidupan akhirat. Untuk itu, Allah menentukan ciri orang-orang beriman mereka harus beriman kepada adanya hari akhirat. Pandangan ini akan sedikit berbeda bagi orang-orang yang tidak meyakini adanya kehidupan akhirat. Untuk itu, perbedaan antara orang beriman dan tidak beriman adalah kepercayaannya kepada adanya hari akhirat, atau kehidupan di dimensi lain setelah kehidupan di dunia.
Jadi bagi orang-orang yang percaya pada kehidupan akhirat, kematian adalah sebuah proses perpindahan manusia dari kehidupan dunia menuju ke kehidupan akhirat. Setiap orang akan mengalami ini, dan kita berharap kita dapat merasakan kematian dengan penuh kegembiraan yaitu kemudahan dalam sakaratul maut, dan dalam keadaan baik atau khusnul khotimah.***
Sunday, September 4, 2022
KEBENARAN PEMIKIRAN TERLETAK PADA SUMBERNYA
Oleh: Muhammad Plato
Jangan berebut dan berdebat tentang kebenaran, karena kebenaran bukan pada hasil pemikiran, tapi dari mana pemikiran itu bersumber. Pemikiran manusia bersumber pada data atau pengetahuan yang ditafsirmnya. Jika data atau pengetahuan yang ditafsirnya salah maka hasil pemikirannya salah. Jika data atau pengetahuan yang ditafsirnya benar, maka kemungkinan tafsirnya benar atau salah. Jadi pada dasarnya, setiap pemikiran yang dihasilkan manusia memiliki dua potensi benar atau salah. Tinggal keyakinan atau pertimbangan pribadi masing-masing yang akan menegaskan mana yang dianggap benar. Keyakinan ini kelak akan dipertanggung jawabkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Setiap manusia pada level manapun tidak berposisi sebagai pemilik kebenaran, tetapi sebagai penyampai kebenaran. Para penyampai kebenaran hanya berusaha membantu agar orang-orang bisa mendapatkan informasi tentang kebenaran, sesuai dengan kemampuan setiap orang. Menyampaikan kebenaran pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua, tentu harus dengan berbagai macam cara dengan memperhatikan kondisi psikologi, kemampuan bepikir, dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Para ilmuwan mengeluarkan teori bersumber pada data atau pengetahuan dari hasil penelitiannya. Keyakinan ilmuwan pada data atau pengetahuan yang didapatkan berdasarkan pada metodologi penelitian yang dilakukannya. Data tersebut kemudian diuji kebenarannya oleh para ilmuwan lain. Semakin banyak peneliti membuktikan sumber kebenaran teorinya, maka kemungkinan besar teori tersebut akan menjadi kebenaran yang disepakati bersama.
Al Quran mengandung data atau pengetahuan yang dijamin Allah kebenarannya. "Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa," (Al Baqarah, 2:2). Setiap orang yang menggunakan data atau pengetahuan dari Al Quran sebagai sumber pengetahuan, pemikirannya berpotensi besar mendekati kebenaran. Orang-orang akan menerima hasil pemikiran seseorang yang bersumber pada Al Quran, sesuai dengan kapasitas pengetahuan yang dimilikinya. Jika terjadi perbedaan maka dikembalikan pada pengetahuan awalnya dari Al Quran.
Kebenaran mutlak ada pada data atau pengetahuan yang semuanya bersumber dari Allah, dan kemungkinan benar atau salah terletak pada penafsiran manusia. Setiap orang yang mengemukakan penafsiran, tidak akan marah atau tersinggung jika ada orang yang mengatakan penafsirannya salah, karena sifat manusia punya potensi salah. Namun orang yang mengatakan pendapat orang lain salah, sebenarnya dia telah bersalah karena merasa dirinya seolah sebagai pemilik kebenaran. Maka jika setiap orang mengakui pemilik kebenaran hanyalah Allah, tidak bisa saling mengklaim pendapatnya benar, tetapi hanya menjelaskan bahwa pendapatnya berbeda. Sedangkan benar atau salahnya pendapat hanya berserah diri pada Allah pemilik kebenaran.
Jika cara pandang setiap orang berpendapat pemilik kebenaran hanya Allah, diskusi-diskusi yang terjadi tidak akan saling menyudutkan, merendahkan, atau menyalah-nyalahkan, tetapi hanya bergantian memberi penjelasan dengan argumen-argumen data valid dan reliabel yang dimilikinya. Inilah cara diskusi atau dialog yang akan membawa kedamaian, kesejahteraan, dna mencerdaskan umat manusia.
Kemudahan dari Allah adalah umat manusia telah diberi data shahih, tidak perlu uji validitas dan reliabilitas yaitu data yang terdapat dalam Al Quran. Data dalam Al Quran sudah mendapat jaminan dari Allah sebagaimana Al Quran menjelaskan.
"Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh." (Al Baqarah, 2:176).
"Sebab itu bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata". (An Naml, 27:79). Semua yang diturunkan Allah pada Rasulnya mengandung kebenaran yang nyata, karena keterbatasan dan egoisnya manusia, sering terjadi perselisihan. Wallahu'alam.***
KECERDASAN MENGAMBIL KEPUTUSAN
Oleh: Muhammad Plato
Ambilan keputusan! "Maka kepada perkataan apakah selain Al Quran ini mereka akan beriman?" (Al Mursalat, 77:50). Ini pertanyaan penting yang Allah kabarkan di dalam surat Al Mursalat. Pertanyaan yang harus dijawab oleh umat manusia. Atas dasar apa umat manusia tidak percaya pada ayat-ayat Al Qur'an yang diturunkan pada Nabi Muhammad? Sementara ayat-ayat Al Quran begitu terang benderang menjelaskan tentang berbagai kejadian alam dan kejadian ghaib yang tidak diketahui manusia. Malaikat-malaikat ditugaskan untuk mengurus berbagai urusan.
Al Quran bukan dongeng seperti yang ada dalam alam pikiran manusia. Semua yang diberitakan di dalam Al Quran adalah kejadian yang benar-benar terjadi. Allah mengabarkan semua yang terjadi di masa lalu dan masa yang akan datang di dalam Al Quran untuk menjadi pelajaran. Bukti-bukti kebenaran sudah Allah beberkan di dalam Al Quran, dan bisa disaksikan dengan mata kepala telanjang.
"Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, dan yang terbang dengan kencangnya, dan yang menyebarkan dengan seluas-luasnya, dan yang membedakan dengan sejelas-jelasnya, dan yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, (Al Mursalat, 77:1-6).
Bagi Iblis yang bisa bersemayam di dalam seluruh unsur tubuh manusia, mereka mengetahui, sangat berbahaya bagi Iblis jika manusia mulai tertarik untuk memahami, mengidentifikasi, dan memaknai, ayat-ayat Al Quran. Berbagai argumen dan penolakan terhadap upaya-upaya manusia yang berusaha memahami ayat-ayat Al Quran, iblis lakukan. Iblis selalu berusaha mempersulit manusia dalam memahami ayat-ayat Al Quran, sedangkan Allah menghendaki kemudahan bagi manusia.
Iblis selalu berupaya keras memalingkan manusia dari upaya-upaya baik manusia dengan membuat bisikan-bisikan. Untuk itu manusia harus terus berupaya berpegang teguh pada Allah dengan berpedoman pada ayat-ayat Al Quran dan Sunnah.
Untuk itu, Allah memeringatkan manusia berulang-ulang sampai 10 kali di dalam Al Quran. "Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan." (Al Mursalaat, 77:15). Peringatan ini dapat diidentifikasi dalam surat Al Mursalaat sampai 10 kali. Ini tanda peringatan penting dari Allah kepada manusia.
Salah satu yang diperingatkan oleh Allah adalah tentang keputusan. Peringatan terhadap adanya hari keputusan dan harus sesegera mungkin mengambil keputusan. Silahkan putuskan sekarang, mau beriman kepada perkatan mana lagi, setelah turun dengan jelas perkataan-perkataan Allah di dalam Al Qur'an. Keputusannya sangat personal, dan tergantung pribadi masing-masing. Keputusan manusia sekarang akan diuji pada hari keputusan. Selama manusia diberi hidup, dia sedang diberi tangguh pada batas sampai hari keputusan. Allah kabarkan kecelakaan bagi orang yang tidak percaya pada hari keputusan.
"Sampai hari apakah ditangguhkan?" Sampai hari keputusan. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan". (Al Mursalaat, 77:12-15).
Segeralah mengambil keputusan dari sekarang, apakah mau beriman kepada Al Quran atau tetap mendustakan. Cepat...cepat...cepatlah....putuskan... apa lagi yang membuat ragu. Hari keputusan itu akan segera tiba dan datangnya hanya Allah yang tahu. Mungkin detik ini, jam ini, esok, lusa, atau nanti, mumpung Allah masih memberi tangguh.
Hari keputusan itu adalah ketika kita merasakan kematian. Hari kematian sangat dekat dengan kehidupan manusia di dunia. "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (Al Ankabuut, 29:57).
Kecerdasan manusia dalam mengambil keputusan adalah kecepatan manusia mengenal kebenaran dan sesegera mungkin mengambil keputusan. Keberanian mendasar dalam mengambil keputusan adalah keberanian kita untuk berada di atas jalan kebenaran dari Tuhan Yang Maha Esa. Dasar dari kecerdasan mengambil keputusan adalah kemampuan membedakan baik buruk, menolak keburukan, dan menerima kebaikan, berdasarkan argumen-argumen data yang telah Allah sajikan dalam Al Quran. wallahu'alam.***
MUDAHNYA MENEMUKAN ILMU DARI AL QURAN
Oleh: Muhammad Plato
Jika anda seorang ilmuwan, apakah yang membuat sebuah teori dikatakan benar? Jawabannya karena teori tersebut telah diuji dengan penelitian menggunakan sebuah metodologi yang disepakati. Jadi sumber kebenaran teori adalah kebenaran data yang dianggap sudah memiliki ]validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas data menjadi dasar sebuah teori dapat diakui kebenarannya.
Ribetnya para ilmuwan menemukan kebenaran, didasarkan pada kesepakatan dalam menggunakan metodologi penellitian. Berbagai metode penelitian dikembangkan, dan yang diakui benar yang paling banyak pemakainya. Dunia sains pada akhirnya seperti dunia pasar. Siapa yang paling banyak diminati pasar maka dialah yang akan memimpin pasar.
Konsensus ilmuwan, tanpa metodologi penelitian sekalipun orang menemukan kebenaran secara empiris, tetap saja orang tersebut tidak dapat dinggap sebagai ilmuwan. Metodologi penelitian sebenarnya hanya aturan yang disepakati, agar setiap orang bisa mempertanggungjawabkan keilmuannya.
Apa yang dicari ilmuwan? Hanya kebenaran empiris, hasil dari pengukuran yang alat ukurnya valid dan hasil reliabel. Inilah kunci dasar sebuah teori dapat diakui atau tidak diakui, yaitu data valid dan reliabel. Sekali saya tegasnya, sumber dari klaim kebenaran ilmuwan terhadap teori adalah data valid dan reliabel. Jadi teori merupakan hasil tafsir dari data valid dan reliabel.
Jika data valid dan reliabel yang yang dicari ilmuwan untuk menemukan sebuah kebenaran teori, maka Al Quran adalah kitab data. Data-data yang ada dalam Al Quran sudah memenuhi tingkat validitas dan reliabilitas tinggi. Mengapa demikian, karena Al Quran tidak ada penelitinya, tidak ada ilmuwannya, dan Al Quran mengklaim dirinya sebagai data yang bersumber dari Tuhan Semesta Alam.
Jadi ketika ada orang yang tidak percaya kepada data-data yang ada dalam Al Quran, seharusnya tidak ada yang marah, karena orang yang tidak percaya tersebut sedang berdiskusi dengan Tuhannya. Kita persilahkan saja orang tidak percaya, tetapi konsekuensi-konsekuensi bagi orang tidak percaya, Al Quran juga punya data-data bagaimana mereka akhir dari mereka yang menolak kebenaran Al Quran.
Sebenarnya Allah sudah memberi kemudahan kepada manusia dalam menemukan kebenaran. Allah menurunkan Al Quran sebagai data-data yang valid dan reliabel. Data yang ada dalam Al Quran datang dari Allah diwahyukan pada Nabi Muhammad melalui malaikat. Informasi ini di dapat dari Al Quran sendiri bukan dari karangan manusia. Allah mengatakan bahwa Al Quran diturunkan dari Allah untuk memudahkan urusan manusia.
"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy." (Thahaa, 20:1-5).
Dengan demikian, kebenaran yang dikemukakan oleh ilmuwan bukan pada mulut ilmuwan tapi pada data yang dijadikan rujukkannya. Demikian juga para pendakwah, mulut-mulut mereka bukan sumber kebenaran, tapi data-data valid dan reliabel yang mereka gunakan sebagai dasar kebenaran. Maka sebuah pendapat, teori, dapat diakui kebenarannya dengan mencari tahu validitas dan reliabilitas data.
Lalu validitas dan reliabilitas bagaimana lagi yang harus dipertanyakan? "Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah." (Thahaa, 20:6).
Allah sudah menyediakan data-data valid dan reliabel dalam Al Quran. Jika ingin menemukan kebenaran, maka semua orang bisa menggunakan data-data valid dan reliabel dalam Al Quran untuk menemukan berbagai macam solusi bagi manusia dalam memecahkan masalah dalam berbagai bidang kehidupan. Kemampuan yang Allah berikan sebagai alat agar manusia bisa menyelesaikan masalah hidupnya adalah hati dan akal.
Namun demikian, orang-orang tidak boleh mendustai Tuhan, dengan mengaku-ngaku sebagai pemilik kebenaran. Allah berpesan bahwa semua kebenaran mutlak milik Allah, karena semua yang disampaikan dari mulut manusia data-datanya semua datang dari Allah. Manusia tidak lain hanya penyampai pesan, pembawa amanah, tidak lebih dari itu. Amanah Allah pada manusia sampaikanlah kehidupan damai dan sejahteralah untuk seluruh umat manusia. Semoga Allah memberi hidayah (great knowledge) kepada kita semua.***
Saturday, September 3, 2022
WAKTU YANG DAPAT MENYELAMATKAN MANUSIA
Oleh: Muhammad Plato
"Demi masa, sesunguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kesabaran" (Al 'Ashr, 103, 1-3). Waktu atau masa adalah milik Allah siapa memanfaatkan untuk kebaikan, dialah orang-orang beruntung. Manusia-manusia berkualitas tinggi diawali dengan menghargai waktu.
Allah telah bersumpah demi masa atau waktu. Ada hal bear yang harus kita pikirkan mengapa Allah bersumpah dengan waktu? Pikiran kritis kita harus muncul dengan bertanya apa sebenarnya waktu? Jika kita kembali kepada Al Qur'an Allah menjelaskan berbagai macam konsep waktu atau masa. Konsep waktu yang kita kenal sehari-hari di alam seperti malam, sepertiga malam, siang, sore, fajar, dhuha, dan subuh.
Lalu Allah juga memperkenalkan shalat yang ditentukan waktu-waktunya. Subuh, dhuhur, ashar, magrib, Isya. Dalam perkembangan fisik dan psikologi manusia dikenal masa anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Di alam kita kenal pergantian musim, seperti hujan dan kemarau, dingin, panas, semi, dan gugur. Nabi Muhammad dalam hadis mengingatkan masa sehat, kaya, luang, dan hidup sebelum datang masa sakit, miskin, sibuk, dan mati.
Allah juga mengingatkan ada masa kehidupan setelah kematian. Allah mengabarkan tentang alam kubur, kiamat, hari perhitungan, hari pembelasan, hari pengadilan, berada di masa kehidupan akhirat. Masa-masa yang telah ditetapkan Allah memiliki karkater-karakter tersendiri. Manusia harus terus membaca, belajar, memahaminya agar manusia bisa hidup dalam kesejahteraan.
Inilah suatu masa yang diingatkan Allah. "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (Al Ankabuut, 29:57).
Manusia ternyata hidup dalam ketentuan-ketentuan masa atau waktu. Mengapa Allah memperingatkan demi masa atau waktu kepada manusia? Berbagai jawaban bisa kita pahami dari berbagai sudut pandang. Dari sudut pandang sejarah, waktu tidak bisa diciptakan manusia. Waktu berjalan dari masa lalu menuju masa yang akan datang. Orang-orang beruntung yang mengisi sepanjang waktunya dengan hal-hal baik untuk diri dan orang lain.
Namun deminkian dari jutaan masa yang diciptakaan Allah, inilah masa-masa yang akan menyelamatkan umat manusia. "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (An Nisaa, 4:103).
Hadis Nabi Muhammad menjelaskan shalat yang telah ditentukan waktunya adalah subuh, dhuhur, asar, magrib dan isya. Kelima waktu ini akan menyelamatkan manusia dari segala kondisi kehidupan yang dianggap baik atau buruk yang dialami manusia. Wallahu'alam.***
RAHASIA VIER ABDUL JAMAL THE GREAT MAN STOCK TRADER
Oleh: Muhammad Plato
Kali ini saya sajikan tokoh besar dari tokoh pasar modal, beliau adalah Vier Abdul Jamal. Disertasi yang sedang saya tulis berbicara tentang kisah-kisah sukses tokoh besar dunia. Kisah-kisah tokoh besar di dunia mengalami empat kisah yang sama, yaitu usaha, gagal, derita, dan sukses. Saya membaca kisah Vier Abdul Jamal dari buku otobiografinya berjudul, "Vier Abdul Jamal Legenda Pasar Modal Indonesia". Buku ini saya terima langsung dari beliau saat datang memenuhi undangan Talk Shaw di sekolah.
Sebuah anugerah terbesar untuk dunia pendidikan, tokoh besar pasar modal mau hadir diundang ke sekolah untuk berbagi ilmu trading saham di pasar modal. Saya berharap tokoh-tokoh besar dari berbagai bidang memiliki kepdedulian yang tinggi pada dunia pendidikan seperti Vier Abdul Jamal. Tanpa protokoler beliau mau menerima undangan kami untuk berbagi ilmu dengan siswa-siswi SMA. Semoga beliau tetap diberi kesehatan dan menjadi berkah bagi umat manusia dimanapun berada.
Dari beberapa kisah yang saya baca dari buku otobiobiografinya, beliau memiliki empat kisah yang sama dilalui oleh tokoh-tokoh besar di dunia, yaitu kisah usaha, gagal, derita, dan sukses. Dalam menjalani karirnya Vier Abdul Jamal memiliki banyak usaha yang dilakukannya. Segala usaha yang dibangunnya tidak lepas dari kreatifitas gagasan yang dimilikinya. Selanjutnya beliau juga mengisahkan kegagalan demi kegagalan dari usaha yang dilakukannya. Kemudian beliau mengisahkan masa-masa penderitaan hidup yang harus dialaminya. Hingga akhirnya beliau menjadi tokoh besar berpengaruh khususnya di pasar modal.
Dari kisah-kisah yang dilaluinya, kita bisa dapatkan filosofi-filosofi hidup layaknya tokoh-tokoh kelas dunia. Sebagai tokoh besar di pasar modal, Vier Abdul Jamal mengidolakan tokoh besar Nabi Muhammad saw. Kisah Nabi Muhammad adalah model perjalanan hidup yang dilalui tokoh-tokoh besar dunia. Setiap kisah tokoh besar dimanapun mengandung pelajaran nilai-nilai ketuhanan. Nilai-nilai itu sebagaimana firman Allah di dalam Al Quran.
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah, 2:261)
Vier Abdul Jamal mengimplementasikan ayat di atas dengan mengatakan, "ilmu jika dibagikan dia tidak akan pernah habis". Komitmen beliau untuk berbagi ilmu trading dengan gratis dilandasi oleh filosofi yang bersumber dalam Al Quran.
Selain itu, filosofi berdalil lainnya yang dimiliki oleh Vier Abdul Jamal adalah, "kekurangan adalah kekuatan". Kekurangan yang dia miliki selama ini, justru menjadi kekuatan yang tidak dimiliki orang lain dalam bidang trading saham. Mata juling yang dimiliki beliau yang dianggap orang kekurangan, ternyata telah menjadi kekuatan ketika trading beliau bisa melihat beberapa monitor tanpa membutuhkan asistes.
Filosofi hidup yang beliau miliki Allah jelaskan di dalam Al Qur'an, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Alam Nasyraah, 94:5-6). Bersama kelemahanan seseorang Allah menyimpan kekuatan yang dimiliki seseorang. Itulah pelajaran buat kita bahwa Allah maha adil.
Rahasia sukses Vier Abdul Jamal tidak lepas dari keyakinan pada Allah. Beliau praktekkan keyakinannya pada Allah dengan melaksanakan ritual shalat malam 11 rakaat setiap malam, dan malah sampai 100 rakaat. Ritual itu pernah dilakukan sebelumnya selama bulan Ramadan penuh. Doanya, "ya Allah alirkan rezekiku sederas air sungai dan seluas lautan, tapi jangan palingkan wajahku dari Mu". Doa dilakukan terus menerus hingga menjelang enam bulan belum ada jawaban. Jawaban pun tiba, seorang investor menawarkan modal 30 Miliar, dan sukses berkembang menjadi 300 miliar.
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqarah, 2:153).
Orang-orang besar dibentuk oleh Allah dengan karakter unggul dan keyakinan dengan filosofi tinggi bersumber pada Al Quran. Itulah rahasisa sukes Vier Abdul Jamal. Allah tampilkan model manusia-manusia unggul dari berbagai bidang pada umat manusia agar mereka bisa meneladaninya. Wallahu'alam.***
PENYEBAB PENDERITAAN
OLEH: MUHAMMAD PLATO
Kegagalan, penderitaan, kesuksesan, kesejahteraan, kelapangan adalah takdir Allah. Tidak ada yang bisa menghapukan kesulitan dan kemudahan di muka bumi, keduanya sudah ditakdirkan Allah pasti terjadi dalam kehidupan. Jika tujuan hidup menghindarkan diri dari kegagalan semua akan berada dalam kegagalan. Jika hidup mencari kesejahteraan semua mendapat kesejahteraan tanpa harus dicari.
Cara berpikir orang-orang beriman itu berbeda dengan kebiasaan. Orang-orang beriman selalu menjaga pikiran berada dalam kesadaran ingat Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan membawa kesejahteraan bagi orang lain, tetapi pikiran orang-orang beriman tetap fokus pada pandangan dari Tuhan.
Penderitaan bukan dilihat dari kenyataan fisik yang biasa kita saksikan. Orang-orang hidup hidup di muka bumi dalam berbagai ragam keadaan. Jika kesejahteraan hanya dirasakan oleh orang-orang dengan fasilitas hidup dari kekayaan, maka Allah tidak adil karena kesejahteraan hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang. Oleh karena itu, Allah maha adil karena kesejahteraan bisa dinikmati oleh setiap orang dalam segala kondisi. Ada seorang ayah bahagia mendapatkan uang Rp. 10.000 karena baginya keselamatan hidup hari itu untuk dana pendidikan anak-anaknya.
Jadi apa sesunguhnya penyebab penderitaan? Allah berfirman bahwa semua sebab kemalangan datang dari diri sendiri.
Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan. " (Al An'aan, 6:120).
Semua penderitaan disebabkan dari apa yang kita kerjakan. Ada dua pekerjaan yang kita lakukan yaitu pekerjaan atas nama Allah dan pekerjaan yang melupakan Allah. Pekerjaan yang melupakan Allah akan jadi penderitaan. Semua tindakan yang dilakukan dengan perencanaan singkat (spontan) atau pun dengan perencanaan matang akan berujung pada penderitaan jika melupakan Allah.
Penederitaan adalah hasil dari olahan pikiran yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan buruk. Kesimpulan buruk akan memengaruhi hati menjadi khawatir, kecewa, atau benci. Kesejahteraan adalah hasil olahan pikiran yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan baik. Kesimpulan baik akan melahirkan harapan, optimisme, ketenangan atau kedamaian dalam hati.
Kendala umumnya adalah hasil olahan pikiran seseorang lebih biesar dipengaruhi oleh situasi yang sedang dihadapinya. Situasi-situasi krisis yang dialami seseorang kadang mendominasi hasil kesimpulan yang dihasilkan. Hanya orang-orang yang paham saja, yang mampu mengendalikan situasi krisis menjadi peluang, dan harapan-harapan baik. Mereka adalah manusia berkarakter unggul dengan kemampuan berpikir positif tingkat tinggi.
Maka untuk menghindari penderitaan, sangat tergantung pada hasil olah pikir yang akan memengaruhi suasana hati. Untuk itu Allah menyampaikan di dalam Al Quran apapun kejadiannya harus tetap menghasilkan kesimpulan yang baik. Carilah dari setiap kejadian sisi-sisi baik yang dapat menghasilkan harapan, optimisme, dan kedamaian.
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (Fushshilat, 41:34).***