OLEH: MUHAMMAD PLATO
Riset microhistory
pada biografi kisah hidup Nabi Muhammad, ditemukan fakta bahwa misi Nabi
Muhammad adalah perdamaian. Pada usia 40 tahun Nabi Muhammad menerima misi
kenabian di Gua Hira, kisah ini menjadi awal kiprah Nabi Muhammad membawa misi kesejahteraan
dan kedamaian hidup manusia di muka bumi. Berdasarkan kajian microhistory, Nabi Muhammad
mengalami empat kisah dalam hidupnya. Pertama; Nabi Muhammad mendapat tugas
suci sebagai pembawa ajaran untuk kesejahteraan dan kedamaian hidup manusia di dunia, dengan
menyebarluaskan bahwa membaca menjadi satu fundamental bagi kesejahteraan dan
kedamaian hidup manusia di dunia. Kata sederhana “bacalah!” sebagai awal
perintah pada Nabi Muhammad, menjadi kata-kata sederhana, mudah dimengerti, mengandung makna yang dalam dan sangat luas. Salah satunya, membaca dapat dimaknai
sebagai perintah Tuhan kepada manusia untuk mencintai pengetahuan, mau berpikir, dan kreatif.
Kisah kedua adalah berani
menghadapi kegagalan. Nabi Muhammad ketika mendapat wahyu pertama di Gua Hira,
Beliau seorang diri tanpa ada manusia yang menyaksikannya. Saksi bahwa Nabi Muhammad
sebagai utusan hanya malaikat Jibril yang diutus Allah. Sebuah keberanian besar
dimiliki Nabi Muhammad, di tengah-tengah masyarakat mapan beragama politheis
mengaku diri sebagai utusan tanpa dukungan keluarga besar atau pasukan. Kisah
perjuangan Nabi Muhammad menyampaikan kebenaran wahyu di tanah Mekah selama
kurang lebih 13 tahun tidak membuahkan hasil. Nabi Muhammad gagal meyakinkan masyarakat Mekah bahwa dirinya Rasulullah dengan berita wahyu yang dibawanya. Kegagalan
Nabi Muhammad meyakinkan masyarakat Mekah bahwa dirinya Rasullullah, direkam dalam sejarah hijrahnya
Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
Periode Madinah dalam beberapa
buku biografi Nabi Muhammad dijelaskan sebagai masa-masa penderitaan, dalam
arti Nabi Muhammad dihadapkan pada posisi tidak menguntungkan secara jumlah
namun sudah dihadapkan pada situasi perang. Selama di Madinah, Nabi Muhammad
menghadapi perang-perang yang sangat menguji keimanan para pengikutnya.
Diantara perang-perang heroik Nabi Muhammad dan pengikutnya adalah perang Badar,
Uhud, dan Khandaq. Peperangan ini sangat menguras energi Nabi Muhammad dan
pengikutnya, sebab peperangan ini dilakukan dalam jumlah pasukan yang tidak
seimbang kurang lebih 1 banding 10. Perbandingan pasukan pada Perang Badar sekitar 300
orang melawan 1000 orang, Perang Uhud sekitar 7000 s.d 1000 pasukan melawan 10.000 pasukan, dan Perang Khandaq
(Ahzab) sekitar 3000 pasukan melawan 24.000 s.d 30.000 pasukan. Fakta-fakta
historis ini dapat kita temukan pada biografi-biografi Nabi Muhammad karya dari
beberapa penulis sejarah. Dengan melihat jumlah pasukan di atas, masa peperangan
yang dialami Nabi Muhammad tidak layak dikatakan sebagai upaya-upaya agresi,
tetapi sebagai tindakan pertahanan karena mendapat ancaman dan tekanan.
Masa-masa ini bisa dikatakan sebagai masa-masa Nabi Muhammad mengalami penderitaan.
Dalam situasi ini Nabi Muhammad mendapat tekanan pengkhianatan dari pengikutnya
yang membelot, dan tekanan dari luar dengan persekutuan yang menghasilkan gabungan
pasukan dalam jumlah besar.
Kemenangan besar Nabi Muhammad dalam menunaikan misi kenabiannya yaitu ketika dilakukannya perjanjian Hudaibiyah pada tahun 628 M, saat itu kurang lebih usia Nabi Muhammad 58 tahun jika dihitung dari kelahiran Nabi Muhammad tahun 570 M. Perjanjian Hudaibiyah sekalipun pada faktanya oleh para sahabat dianggap merendahkan kedudukan Nabi, karena dalam perjanjian Hudaibiyah Nabi Muhammad dituliskan dengan Muhammad bin Abdullah. Dalam peristiwa perjanjian Hudaibiyah tercatat Nabi Muhammad tidak mempermasalahkan penulisan nama tersebut. Nabi Muhammad yag visioner membaca bahwa perjanjian damai merupakan upaya misi beliau dalam menjaga dan menyebarkan perdamaian. Dalam situasi damai, Nabi Muhammad dan pengikutnya bisa menyebarkan misi-misi Islam yang sesungguhnya membimbing manusia hidup damai sejahtera dengan berserah diri pada Tuhan Yang Gaib, Tuhan Yang Maha Esa.
Pada usia Nabi Muhammad kurang lebih 61 tahun, misi perdamaian Nabi Muhammad berhasil diwujudkan dengan menduduki Mekah tanpa pertumpahan darah. Terkenal ucapan Nabi Muhammad pada saat akan menduduki Mekah, “hari ini adalah hari kasih, kata Nabi. Hari dimana Tuhan memuliakan Quraisy". Beliau kemudian berbicara kepada mereka (penduduk Mekah) dengan kata-kata memaafkan, sesuai dengan ayat saat Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya ketika mereka menemuinya di Mesir, sesungguhnya, aku berkata seperti saudara ku Yusuf berkata: "pada hari ini tidak ada cercaan pada kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni kalian. Dia Maha Pengasih di antara yang mengasihi”[Q. 12:92] (Lings, 2014, hlm. 466, 471).