Saturday, October 23, 2021

TINGKATAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Semua tujuan pengajaran untuk diri sendiri, orang lain hanya mendengar, mempertimbangkan dan memutuskan. Semua pengajaran konkritnya akan ditanggkap oleh diri kita dan orang lain adalah pengetahuan. Setiap orang punya level-level pengetahuan yang dipahaminya.

Secara singkat saya jelaskan bagaimana level pengetahuan seseorang dengan menggunakan analogi dari struktur benda. Level benda menurut fisika terdiri dari atom, molekul, partikel, dan quanta. Empat level benda ini saya bandingkan dengan konsep pengetahuan dalam pemikiran Islam sebagai berikut:

LEVEL PEGETAHUAN

LEVEL PENGETAHUAN

LEVEL PENGETAHUAN

ATOM

SYARIAT

FORMAL

MOLEKUL

TAREKAT

INTELEKTUAL

PARTIKEL

HAKIKAT

MISTIK

QUANTA

MA’RIFAT

PROPHETIK


(Sumber: Fritjop Capra, Fahrudin Faiz)

Level pengetahuan atom terdapat pada level pengetahuan awam level alam nyata. Pengetahuan yang didapat atau diterima begitu saja apa adanya. Pengetahuan yang diterima bersumber dari apa yang ditangkap dari panca indera; didengar, dilihat, diraba, dirasa dan dicium. Penngetahuan yang di dapat panca indera langsung diterima disimpan di memori tanpa ada proses pemahaman. Dalam teori pengetahuan Bloom, pengetahuan yang didapat panca indera ini ada pada level ingatan (recalling data). Orang yang pengetahuannya di level atom (benda besar) sama dengan level pengetahuan syariat (jalan besar) atau formal (pola umum). Tindakan orang pada level ini berdasar pendapat umum, opini atau apa kata orang banyak. Pada level ini orang melihat alam ini pada level benda-benda besar yang terpisah-pisah, out group-in group. Cintanya pada materi masih sangat besar.

Level pengetahuan molekul (pola khusus), merupakan level pengetahuan tarekat (jalan kecil) atau intelektual. Pengetahuan yang diterima seseorang sudah melalui proses pemahaman. Pada proses pemahaman sudah ada proses kerja akal. Setiap informasi yang diterima sudah melalui proses pemahaman sebab akibat. Pengetahuan orang pada level ini sudah mulai mendalam dan sedikit kritis. Prilaku orang pada level ini sudah memiliki dasar pemahaman mengapa suatu tindakan harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Pada level ini orang melihat alam sebagai kelompok-kelompok kecil yang terpisah-pisah, out group-in group. Cintanya pada materi sudah mengecil.

Level pengetahuan partikel (pola sangat khusus), merupakan level hakikat, atau mistik. Pengetahuan yang diterima melibatkan akal dan perasaan (hati). Pada level ini, pengetahuan yang diterima sudah melalui proses uji rasa. Setiap informasi yang masuk sudah melalui proses analisis dan evaluasi. Tindakan orang pada level pengetahuan ini, mempertimbangkan ketenangan jiwa, kesucian diri, dan tidak merugikan orang lain. Pada level ini orang melihat alam sebagai benda dalam bentuk individu-individu kesendirian. Menagsingkan diri, menjauhkan diri dari hiruk pikuk merupakan jalan hidup yang harus ditempuh untuk mendapatkan ketenangan dan kesucian diri. Cintanya pada materi hanya tinggal apa yang ada dalam dirinya.   

Level pengetahuan quanta, (pola general), merupakan level ma’rifat atau prophetik. Pengetahuan yang diterima sudah melalui proses sistesa antara akal dan perasaan mendalam, dengan tujuan-tujuan kemanusiaan. Pada level ini orang sudah bisa menemukan ketanangan sekalipun dalam hiruk pikuk kehidupan.  Pada level ini orang sudah melihat alam sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Keberadaan benda lain tidak lepas dari keberadaan benda-benda lain. Keberadaan dirinya tidak lepas dari keberadaan orang lain. Keberadaan dirinya tidak terlepas dari keberadaan orang lain. Antara dirinya dengan orang lain terikat oleh sebuah sistem yang saling berhubungan. Pola tindak orang pada level ini bukan hanya untuk kesenangan, ketenangan jiwa untuk dirinya sendiri. Tindakan-tindakan yang dilakukannya bukan saja untuk pertimbangan rasa untuk ketenangan dan kesejahteraan dirinya sendiri, tetapi sudah mempertimbangkan ketenangan dan kesejahteraan orang lain. Cintanya pada materi hanya terbatas apa yang dibutuhkan untuk hidup dan sebagian besar untuk kesenangan dan kesejahteraan orang lain.

Orang-orang pada level pengetahuan quanta, ma’rifat atau prophetik adalah orang-orang yang layak untuk menjadi guru atau pemimpin di muka bumi ini. Orang-orang pada level ini sudah melarutkan diri menjadi bagian dari sebuah sistem alam, yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga keharmonisan sistem kerja alam. Tuhan dengan dirinya sudah hampir tidak ada jarak. Jarak antara Tuhan dan dirinya hampir tanpa batas. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (Qaaf, 50:16). Pada level ini orang sudah mengenal sistem kekuatan di luar manusia yaitu Tuhan yang maha esa yang maha besar kekuasaannya.

Isi tulisan ini merupakan sintesa dari pemikiran-pemikiran yang telah ada. Semoga membantu mempermudah meningkatkan kapasitas diri kita sebagai manusia. Secara pribadi, berdasar tulisan ini saya semakin memahami diri bagaimana saya harus memantaskan diri menjadi manusia yang menyenangkan dan membahagiakan seluruh alam. Menurut saya ini jalan yang lebih mendekatkan diri kepada Tuhan tempat kita kembali. Wallahu’alam. 

Saturday, October 16, 2021

METODE BERAGAMA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Saya amati ada dua metode beragama yang ada di masyarakat. Metode pertama adalah metode langsung (direct). Pada metode ini seseorang bisa langsung berhubungan dengan Allah, tanpa perantara. Kedua, metode tidak tidak langsung (indirect). Pada metode ini seseorang untuk bisa berhubungan dengan Allah harus melalui perantara. Kedua metode ini perangkatnya sama yaitu otak, akal, dan penalaran.

Metode beragama secara langsung (direct), jika seseorang ingin berkomunikasi dengan Tuhannya bisa langsung mengakses sumber ajarannya yaitu kitab suci. Melalui kemampuan akalnya dan keilmuan yang dimilikinya, seseorang bisa membaca, memahami, mempraktekkan, menganalisis, mensintesis,  menemukan nilai etika dan moral yang terkandung dalam kitab suci yang diyakininya.

Metode langsung memosisikan bahwa manusia adalah makhluk sempurna, diberi alat yaitu otak, kapasitas akal dan penalaran. Metode langsung dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas dan keberanian untuk memahami kitab suci dengan kemampuan akalnya. Metode langsung dilakukan oleh orang-orang yang mengakui bahwa antara Allah dan dirinya tidak ada batas. Akal yang dimiliki manusia adalah anugerah dari Allah yang lebih dari cukup untuk bisa memahami ayat-ayat Allah sekemampuannya, karena manusia dipandang Allah bukan dari kapasitas keilmuannya tetapi ketakwaan akalnya kepada Allah.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujuurat, 49:13).

Pada dasarnya, ilmu hanya membantu pemahaman seseorang tentang hakikat Allah dan ciptaannya. Hasil dari kepemilikan ilmu adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah. Allah tidak mengukur berapa kapasitas keilmuan seseorang, tetapi Allah memuliakan berdasar keimanan dan ketaatannya. Allah tidak membedakan orang berdasarkan lulusan sekolah dasar dan perguruan tinggi, tetapi sejauhmana keimanan dan ketakwaan seseorang.

Dalam metode beragama tidak langsung (indirect); seseorang untuk berkomunikasi dengan Allah, tidak bisa langsung tetapi memerlukan bantuan dari orang-orang yang dianggap lebih paham dalam memahami ayat-ayat Allah. Untuk itu dibutuhkan guru pembimbing dalam memahaminya. Ketergantungan pada guru-guru pembimbingnya sangat erat, sehingga akalnya diposisikan terikat oleh apa yang telah dijelaskan oleh guru-gurunya. Dalam hal ini seperti penganut ajaran Nasrani yang sangat terikat kepada pemahaman para pendetanya. Tidak ada yang berhak memahami kitab suci kecuali para pendetanya.

Mereka yang beragama tidak langsung, akalnya tidak memiliki kebebasan dan memosisikan akalnya tidak pantas untuk memahami ayat-ayat Allah secara langsung. Akalnya dianggap memiliki keterbatasan dan rendah di banding dengan gurunya. Ketaatan pada gurunya terdahulu dianggap sebagai satu-satunya cara memahami agama.  

Dua metode ini masing-masing memiliki kelemahan. Kelemahahan dari dua metode beragama ini adalah egoisme, sikap berlebihan yang melampaui batas kewenangan bahwa Allah sebagai pemilik kebenaran. Kedua metode ini sama-sama akan terjebak pada egoisme individu atau kelompok, akibatnya akan terjadi saling klaim kebenaran dan menimbulkan perpecahan. Sikap egosime akan melampaui batas kewenangan dengan saling klaim sebagai pemilik kebenaran. Risikonya, secara berlebihan kelompok yang beragama secara langsung akan bergeser men-Tuhan-kan dirinya, dan kelompok yang tidak langsung akan men-Tuhan-kan guru-gurunya.

Dari dua metode ini tidak ada yang lebih diunggulkan, pemahaman yang harus dipahami bersama adalah sebagai umat beragama tidak pantas untuk mengambil hak Allah sebagai pemilik kebenaran. Sebagaimana para Nabi diutus ke bumi hanya untuk menyampaikan kebenaran dari Allah. Kebenaran-kebenaran dari Allah disampaikan kepada manusia untuk membimbing mereka agar bisa  hidup damai dan sejahtera di dunia dan akhirat.

Pada akhirnya manusia dengan kapasitas akalnya secara langsung atau tidak langsung akan mengambil pilihan berdasarkan keputusan dirinya masing-masing dan kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilan Allah. “orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.” (Al Insyiqaaq, 84:25). Dihadapan Allah tidak ada yang lebih mulia kedudukannya kecuali yang beriman dan bertakwa. Wallahu’alam. 

Wednesday, October 13, 2021

LEBIH BAIK JADI TANAH

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Akal itu berpikir, dan setiap akal memiliki pola berpikir sesuai dengan pengetahuan dan kebiasaanya yang dia lakukan. Pengetahuan yang sering dioleh oleh akal manusia akan menentukan arah pola pikir manusia itu sendiri. Jika manusia ini selalu mengolah pengetahuan berdasar pengalaman dan pendapat orang saja, maka dapat dipastikan dia sedang berpikir menggunakan pendekatan materialistik.

Ciri dari pola pikir orang beriman adalah selalu ada konsep akhirat di dalam pikirannya. Akhirat sebagai dunia yang hidup setelah kematian diyakini menjadi tempat kehidupan sebagai akibat dari kehidupan dunia. Kabar tentang dunia akhirat adalah kabar dari masa depan, yang dikabarkan oleh Allah swt kepada manusia.


“Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (Yasin, 36:54).

Dari masa depan Allah mengabarkan kepada kita bahwa di dunia akhirat kelak bukan mulut yang akan berkata dan memberi kesaksian, tetapi  tangan dan kaki kita. Di akhirat tangan akan berkata dan kaki akan bersaksi atas apa yang telah kita kerjakan di dunia sekarang. Maka, kehidupan yang kita terima di akhirat adalah akibat dari apa yang kita lakukan di dunia sekarang.

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Yasin, 36:65).

Orang-orang yang mendustakan adanya Tuhan, menganggap negeri akhirat sebagai dongengan orang-orang terdahulu. Mereka tidak yakin aka nada kehidupan setelah kematian, karena keyakinan mereka harus berdasar pada penglhatan dan pengalaman semata.

“yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu". (Al Mutaffifiin, 83:13).

Allah kembali mengabarkan bahwa di masa depan akan ada orang berkata, “alangkah baiknya jika aku menjadi tanah”. Perkataan ini adalah pealajara bagi kita yang hidup di masa lalu sekarang. Kabar ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an:

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu  siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah". (An Naba’, 78:40).

Mengapa orang-orang kafir berkeinginan menjadi tanah? Tanah itu tidak mengemban tugas seperti manusia, tetapi tanah banyak berjasa untuk kehidupan manusia. Manusi diciptakan dari tanah, hidup di atas tanah, makan dari tanah, kembali ke tanah. Pada hari perhitungan tanah bebas dari segala tuntutan, karena selama hidupnya tanah telah melaksanakan seluruh perintah Allah. Tanah tidak terikat perjanjian dengan Allah sebagai pengembagan amanah sebagaimana diemban manusia. Maka kelak di akhirat alangkah bahagianya jadi tanah yang bebas dari segala tuntutan. Walahu’alam.