Showing posts with label pendidikan karakter. Show all posts
Showing posts with label pendidikan karakter. Show all posts

Tuesday, May 3, 2022

BERPIKIR HOLISTIS

Oleh: Muhammad Plato

Berpikir holistis sangat rumit dan sangat sulit untuk diaplikasikan. Namun ada cara sederhana agar kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir holistis adalah sebuah pendekatan untuk membangun sudut pandang kita terhadap dunia menjadi lebih utuh. Berpikir holistis yang lebih banyak berkembang sekarang sebagai kritik terhadap sekularisme. 

Pada abad 20 sekularisme digaung-gaungkan sebagai cara pandang yang paling baik dalam melihat kenyataan alam. Di akhir abad cara pandang sekuler mendapat kritikan karena faktanya membuat banyak konflik terjadi, meningkatknya kemiskinan, peredaran narkoba, kejahatan, dan dehumanisasi. 

Pandangan bahwa benda sebuah entitas terpisah menyebakan manusia semakin serakah, egois, dan terjadi ekploitasi alam demi untuk memenuhi hasrat kehidupan dunia. Pandangan sekuler yang memisahkan agama dalam kehidupan nyata, membuat hubungan palsu antara agama dengan ilmu. Agama dan ilmu jalan berbarengan tetapi berjalan masing-masing, tidak saling sapa dan asyik dengan dunianya sendiri. 

Hubungan palsu antara agama dan ilmu, menjadi sebuah perselingkuhan yang melahirkan anak-anak haram. Prilaku manusia menjadi tidak konsiten. Ajaran agama yang dianut tidak tercermin dalam kehidupan nyata. Agama mejadi rutinitas ritual sebagai obat penawar racun, sementara racun itu sendiri terus dikonsumsi.

Sekularisem melahirkan cara pandang agama yang ekslusif, mejadi kontra produktif dengan cita-cita ajaran agama itu sendiri. Cara pandang agama yang ekslusif melahirkan konflik antar penganut agama dan menyuburkan konflik antar sesama manusia. Sekularisme dalam beragama telah menyuburkan konflik ke seluruh aspek kehidupan manusia.

Hubungan manusia dengan alam menjadi hubungan eksploitatif yang melahirkan dampak buruk bagi kehidupan manusia. Eksploitasi alam melahirkan kerusakan eksositem kehidupan tidak seimbang. Dampak eksploitasi alam melahirkan pencemaran lingkungan, bencana alam, dan peningkatan suhu bumi. Alam menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup manusia.      

Memasuki abad 21 terjadi perubahan paradigma, setelah diketahui bahwa kehidupan buat suatu entitas terpisah-pisah. Keberadaan sebuah benda ternyata tidak dapat dipahami sebagai suatu entitas tersendiri. Keberadaan benda dengan benda yang saling ternyata saling berhubungan. Kejadian memiliki hubungan dengan kejadian lain. Dunia ternyata hakikatnya saling berhubungan. 

Kenyataan ini mermbuat manusia sadar bahwa keberadaan sebuah benda dapat dipahami dengan menemukan hubungan dengan benda-benda lain. Demikian juga keberadaan manusia dapat dipahami maknanya ketika dia berhubungan dengan manusia lain. Kesejahteraan manusia dapat tercapai dengan saling bekerja sama. Cara hidup terbaik dimuka bumi ini ternyata dengan menjalin hubungan baik dengan seluruh unsur kehidupan.

Keberagamaan seseorang dapat dipandang baik dan mesejahterakan jika keberagamaannya membawa kesejahteraan bagi masyarakat dan menciptakan kehidupan damai. Agama dan ilmu tidak terpisahkan. Seluruh aspek kehidupan tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama. Sumber pengetahuan dari alam berhubungan erat dengan sumber pengetahuan dari non alam. 

Sebagai sebuah sistem kehidupan nyata di muka bumi tidak terpisah dengan kehidupan manusia setelah kematian. Kehidupan manusia di muka bumi, bukan satu-satunya kehidupan yang akan dialami manusia. Kehidupan manusia di alam lain mulai terungkap secara ilmiah. Keyakinan manusia akan keberadaan kehidupan lain selain di dunia sekarang, dapat membimbing manusia hidup lebih bijaksana dan terkendali. 

Menghilangkan pengetahuan pada keyakinan hidup setelah kematian berakibat pada pola pikir sekuler. manusia bisa kehilangan tujuan, putus asa, dan mati dengan cara mengerikan. Berpikir holistis mengembalikan sumber pengetahuan non rasional sebagai dari ontologi keilmuan. Cara berpikir bersumber pada panduan kitab suci Al-Qur'an. 

Wajah agama yang sekarang dianggap sebagai sumber kekerasan dan terorisme adalah akibat persepsi yang tidak bersumber pada agama. Buah dari cara pandang manusia yang sesungguhnya tidak bersumber pada pemikiran dari agama. Kekerasan dan terorisme lahir karena cara pandang sekuler yang selalu melihat kebenaran berdasarkan fakta empiris. 

Berpikir holistis sederhananya adalah membangun sudut pandang sistem antara kehidupan fana di dunia dengan kehidupan kekal di akhirat. Kehidupan fana harus dilalui dengan kebahagiaan melalui jalan-jalan baik, sebagai akibat kehidupan bahagia dikehidupan akhirat. Pengetahuan dari kitab suci tidak dipandang sebagai mistik atau fantasi tapi pengetahuan yang mampu menjelaskan fenomena kehidupan di dunia sekarang dan masa yang akan datang.  

Cara membangun sudut pandang dikemukakan dalam Al-Qur'an, yaitu pada perintah membaca yang tidak boleh lepas dari sudut pandang dari ketuhanan. "Bacalah (atas) nama Tuhanmu Yang menciptakan" (QS. 96:1). Membaca atas nama Tuhan seperti kita berbicara mengemukakan pendapat orang lain, yang memberi mandat kepada kita. Demikian juga beberapa ulama tafsir mengemukakan bahwa mengatasnamakan Tuhan adalah cara membangun sudut pandang pada kehidupan dunia berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang diturunkan Tuhan kepada para utusan.

 

Friday, April 15, 2022

MELATIH BERHARAP TAPI TIDAK BERHARAP

Oleh: Muhammad Plato

Bisakah manusia untuk tidak berharap? Dalam pemahaman umum beribadah tidak boleh berharap. Tetapai boleh berharap ridha Allah. Aneh juga memang, di satu sisi tidak boleh berharap, di sisi lain tidak boleh berharap. Jadi mana yang benar?

Ini sekedar solusi saja buat kawan-kawan agar mudah memahaminya. Mana yang boleh, berharap atau tidak berharap? Kita kembali kepada keterangannya di dalam Al-Qur'an. Urusan agama tidak boleh merujuk pada sumber lain, kecuali pada Al-Qur'an atau hadis yang shahih. 

Di dalam Al-Qur'an surah Alam Nasyrah ayat 8, Allah memerintahkan kepada kita untuk berharap."dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." Jadi terang benderang sekali berharap itu perintah Allah. Jika ada orang yang melarang berharap kepada Allah agak sulit cara berpikirnya.

Jadi kita ambil cara pemahaman yang mudah-mudah saja. Jika Allah sudah memerintahkan untuk berharap kepada Allah, ya apapun harapkanlah kepada Allah. Bisa jadi efek larangan berharap kepada Allah dalam beribadah, menyebabkan sebagian orang pergi ke gunung, gua, patung, dan pohon untuk mendapat pengharapan.

Sekarang sudah jelas berharap diperintahkan oleh Allah, dan hanya boleh berharap kepada Allah saja. Kalau kita berharap kepada Allah lalu apa yang kita harapkan dari Allah. Kalau kamu hidup pasti butuh makan, minum, kendaraan, rumah, kesehatan, kesejahteraan batin, dan sebagainya. Nah, untuk semua kebutuhan hidup harapannya hanya boleh kepada Allah saja.

Kalau kamu berharap kepada selain Allah, kamu bikin cemburu Allah. Harus diingat juga karena sifat Allah maha pemberi, sudah pasti kalau berharaplah sesuatu kepada Allah, Allah pasti memberi. Sifat maha pemberi artinya setiap diminta pasti selalu memberi.

Dalam Al Kahfi ayat 46 Allah berfirman, "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan". 

Harta dan anak-anak yang baik adalah yang didapat dari amal-amalan baik yang hanya berharap pahala dari Allah. Berharap harta kepada Allah lalu lakukanlah amalan-amalan yang baik. 

Jadi tidak ada larangan bagi seseorang untuk berharap apa saja kepada Allah. Namun harapan-harapan baik itu harus dibangun dengan amalan-amalan baik. 

"Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami" (Yunus, 10:7).

Orang-orang yang berharap pertemuan dengan Allah, hartanya akan digunakan untuk amalan-amalan yang baik. Anak-anaknya akan diajarkan dengan amalan-amalan baik.

Berharaplah yang baik baik kepada Allah untuk dunia mu, dan gunakanlah hartamu dengan berbuat amat baik karena harapan bertemua dengan Allah.

Inilah harapan dinamis sebagaimana dijelaskan oleh Erich Fromm. Muhammad Plato mengatakan berharaplah dunia dengan pikiran mu, namun hati mu berharap pertemuan dengan Allah. Inilah cara berharap dinamis yang harus dilakukan oleh pikiran dan hati. 

Harapan adalah naluri manusia, namun sebaik-baiknya harapan kepada Allah. Orang-orang yang beramal baik dengan ikhlas dia berharap balasan kebaikan di dunia dan akhirat hanya kepada Allah. Orang yang beramal baik karena Allah akan terbebas dari tuntutan dunia karena balasannya diserahkan sekehendak Allah. 

Jadi berharaplah sebanyak-banyaknya kepada Allah, baik itu untuk dunia mu maupun akhirat mu, tapi balasannya sekehendak Allah. Inilah keikhlasan manusia yang penuh dengan pengharapan kepada Allah. Inilah cara berharap tetapi tidak berharap, pikiran berharap dunia, tetapi hati berharap Allah. Harapan dinamis antara hati dan pikiran. Wallahu'alam.  



Sunday, March 6, 2022

KUNCI SUKSES LO KHENG HONG

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kisah hidup sosok ini sangat inspiratif. Pola hidup sederhana, telah mengantarkan dirinya menjadi orang paling bahagia di dunia. Prinsip hidupnya, “tidurlah yang banyak agar uangmu banyak” sangat bertentangan dengan logika masyarakat umum. Sering saya katakan, warisan kekayaan itu bukan harta bendanya tapi karakter kaya. Sama dengan penyakit, penyakit keturunan itu bukan penyakitnya yang diturunkan tapi pola hidupnya. Lo Kheng Hong awalnya bukan orang yang punya harta kekayaan dari warisan. Sebagai pegawai tukang photo copy berkas di bank, dia memiliki karakter kaya. Berikut beberapa karakter kaya yang dimiliki oleh Lo Kheng Hong.

Pertama, tidak punya utang. Berbeda dengan Robert Kiyosaki yang memanfaatkan utang untuk investasi produktif, Hong sangat menghindari hutang. Gaji selama menjadi pegawai dia gunakan untuk menabung saham, sementara pegawai pada umumnya kredit kendaraan. Mungkin dalam dunia investasi, menggunakan investasi dengan modal utang sangat berisiko tinggi dan bisa membuat bangkrut. Sudah pasti, jika investasi saham dengan dana utang, tidak akan membuat tidur nyenyak. Dalam kondisi saham crash, jika tidak punya utang masih bisa tidur nyenyak. Pelajaran penting dari Hong adalah jangan berinvestasi dari dana utang, lebih baik nabung sedikit demi sedikit dengan uang dingin dalam jangka panjang.

Kedua, belajar dengan membaca laporan keuangan perusahaan. Dengan membaca laporan keuangan perusahaan, kita bisa menemukan mana perusahaan yang jujur, dan prospek bisnis perusahaannya akan terus berkembang. Allah berfirman, “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al “Alaq, 96:3-5). Hong mengatakan, dia selalu melihat ke depan dengan pengetahuan dari membaca laporan keuangan perusahaan. Jangan membeli saham seperti membeli kucing dalam karung, atau ikut-ikutan karena ikut trend atau FOMO (Fear of missing out). Keberhasilan investor sekelas Hong dibentuk karena ketelitiannya dalam membaca laporan keuangan perusahaan. Dengan membaca laporan keuangan para investor dapat membeli perusahan harga mercy dengan harga bajai. Hong mengatakan, kenyataan ini hanya ada di pasar saham.

Ketiga, tidak perlu analisis teknikal, dia lebih tertarik pada analisis fundamental. Perusahaan yang dihuni orang jujur dan bisnisnya prospektif lebih menenangkan sebagai perusahaan tempat berinvestasi. Perubahan sesuatu yang tidak dapat diketahui, karena bagi Hong, kemarin hanyalah memori dan hari esok misteri. Kejadian buruk dan baik bisa kapan saja terjadi dan hanya Tuhan yang tahu. “Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka”, (Al Baqarah, 2:255). Analisa sahamnya tidak terlalu rumit dengan angka-angka.

Keempat, kendalikan emosi dengan memiliki kesabaran tinggi. Investor yang sabar dialah yang akan dijanjikan keberuntungan besar oleh Tuhan. Keuntungan-keuntungan yang diraih oleh Hong, semuanya berkat kesabaran dalam berinvestasi. Selama menjadi investor, dengan kesabarannya, dia tidak pernah menjual rugi saham (cut loss). Keuntungan yang diraih dari investasi sahamnya terjadi setelah menunggu bertahun tahun, sampai ada yang mencapai 16 tahun. Janji Allah kepada siapa saja, “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar” (Fushshiat, 41:35).

Hong pernah mengalami kebangkrutan sampai jumlah investasi sahamnya hilang tinggal 10 persen. Tapi karena mengawali investasi sahamnya dengan bebas utang, dia masih bisa bertahan hidup, karena dengan sisa sahamnya yang tinggal 10 persen dia masih tetap kaya. Demikianlah sedikit kunci sukses dari Lo Kheng Hong yang dapat kita teladani. Hong sangat menyayangkan jika orang-orang hanya memandang investasi saham sebagai dunia penuh risiko dan berusaha menghindarinya. Hong telah membandingkan, orang terkaya lulusan universitas ternama di Amerika, kekayaan mereka tidak lebih banyak dari kekayaan yang dimilikinya sekalipun Hong hanya lulusan kampus dengan tempat kuliah menyewa di bangunan sekolah. Semoga kita diberkahi Tuhan punya karakter-karakter kaya dan berguna bagi nusa dan bangsa. Wallahu’alam.   

PSIKOLOGI EMOSI PERANG NABI MUHAMMAD

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Perang Rusia dengan Ukraina menjadi sorotan dunia, namun kita tidak tahu apa motivasi sesungguhnya dibalik perang yang dilakukan oleh kedua negara. Rusia jelas menjadi negara berkekuatan besar tetapi jumlahnya tidak seberapa dibanding dengan kekuatan 27 negara tergabung dalam NATO yang terdiri dari beberapa negara yang punya kekuatan militer besar di dunia. Sesungguhnya, bukan Ukraina yang sedang berperang dengan Rusia tapi kekuatan yang ada dibalik Ukraina. Dapat dipahami secara emosi, Rusia akan sangat marah kepada Ukraina jika ingin bergabung dengan NATO. Tetangga dekat yang seharusnya senasib dan sepenanggungan malah milih bergabung dengan rival. Kemarahan yang sangat memuncak dari Rusia, maka dipilihlah jalan perang untuk menduduki Ukraina, sebelum Ukraina keburu berubah menjadi bagian kekuatan NATO. Perang didasari oleh psikologi dan emosi para pemimpin yang menjadi komandan tertinggi pasukan.

Dahulu, Nabi Muhammad mengalami beberapa kali perang yang sangat menguras energi pikiran, hati, dan tenaga. Dari peristiwa-peristiwa perang yang dialami Nabi, beredar sangkaan-sangkaan di masyarakat dunia, Nabi Muhammad dianggap sebagai sosok yang menyebarkan Islam dengan kekerasan, disimbolkan dengan pedang di tangan kanan dan Al-Qur’an di tangan kiri. Isu ini disebarkan oleh orang-orang yang mencoba mempelajari sejarah Islam tetapi tidak dilatarbelakangi oleh objektivitas fakta. Artinya kejujuran sebagai nilai dasar bagi seorang ilmuwan tidak dipegang teguh. Sebagai seorang muslim, penulis tidak hendak mengklarifikasi sangkaan-sangkaan buruk terhadap Nabi Muhammad, tetapi penulis mencoba menyampaikan fakta dan dari fakta itu biarkan semua orang berkseimpulan.

Fakta sejarah sifatnya netral, dan penafsiran sangat tergantung pada kultur memori yang dimiliki panafsir. Fakta bahwa perang Badar, Uhud, dan Khandaq adalah perang tidak seimbang. Berdasar fakta ini, secara psikologis sangat tidak mungkin pasukan kecil berniat melakukan ekspansi pada pasukan yang berjumlah besar. 

Peperangan yang dialami Nabi Muhammad jauh dari fakta sebagai agresi, tetapi tepatnya sebagai masa-masa penderitaan Nabi Muhammad. Secara psikologis Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq merupakan tekanan batin yang sangat hebat, menguji keimanan para pengikut Nabi Muhammad. Rasa takut yang menghantui para pengikutnya pada saat perang Badar, membuat Nabi berdoa dengan doa yang sangat mengiba dan “mengancam” pada Allah, jika tidak ada pertolongan Allah maka tidak akan ada lagi manusia yang menyembah Allah.

Kemenangan perang Nabi Muhammad bukan karena pasukan kecil yang dipimpin Nabi Muhammad, tetapi dalam rekaman sejarah di Al-Qur’an dikatakan; 

"Maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al-Anfaal, 8:17). 

Kekuatan perang Nabi Muhammad, adalah bantuan dari Allah, akibat penderitaan, tekanan, teror, yang melampaui batas dialami Nabi dan pengikutnya dari orang-orang yang ingin memerangi kebenaran. Pada hakikatnya Allah akan menolong bangsa-bangsa, kelompok-kelompok yang mendapat tekanan dari bangsa atau kelompok lain yang melampaui batas.  

Di bawah tekanan yang hebat, maka emosi perang yang bangkit bukan untuk melakukan agresi atau penjajahan, tetapi melakukan perlawanan untuk membela diri. Emosi untuk membela diri inilah yang sampai kapanpun akan bangkit, menjelma menjadi kekuatan melebihi kekuatan pasukan biasa. Seperti perlawanan bangsa Indonesia terhadap Penjajahan Kolonial Belanda, nafsu perang pada saat itu untuk membela diri dari tekanan dan kekerasan yang dilakukan pemerintah Kolonial Belanda. Kematian dalam perang menjadi tebusan terbaik bagi orang-orang yang merasa bertahun-tahun tertindas dan teraniaya.  

Dalam catatan biografi Nabi Muhammad SAW karya Muhammad Husain Haekal (2003, hlm. 305), dikisahkan Nabi Muhammad pada saat usai perang Uhud sangat berduka cita, melihat mayat Hamzah pamannya, dianiaya dengan membedah perutnya, Nabi merasa sangat sedih sekali sehingga ia berkata; “takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti kau ini. Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku seperti kejadian itu”. Lalu katanya lagi, “demi Allah, kalau pada suatu ketika Tuhan memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka, niscaya akan kuaniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab”. Dalam kejadian ini firman Allah turun:

“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan”. (An Nahl, 16:126-127)

Sebagai Rasul, Nabi melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dalam ayat di atas. Tiba saatnya Nabi Muhammad dan 10.000 pengikutnya menaklukkan Mekah. Hari itu bukan jadi hari pembantaian, tetapi jadi hari pengampunan masal. Nabi Muhammad tidak mengingat kebencian, kekerasan, pelecehan, dan rencana-rencana pembunuhan yang telah dilakukan masyarakat Arab di masa lalu, Nabi Muhammad melaksanakan perintah Allah yang telah mengajarkan dalam Al-Qur;an; 

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. Fushshiat, 41:34). 

Nabi Muhammad menginstruksikan tidak boleh ada darah setetespun ditumpahkan. Membalas keburukan dengan keburukan hanya akan membuat lingkaran setan, yang melahirkan keburukan terus berkelanjutan. Kemenangan perang akan diperoleh oleh bangsa-bangsa yang tidak melampaui batas sekalipun dalam peperangan atau menjadi pemenang perang.  Wallahu’alam.

Thursday, March 3, 2022

PENDIDIKAN DI NEGERI LOBI-LOBI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Indonesia itu beda dengan Jepang, Jerman dan Amerika. Bertahuan-tahun berupaya untuk menyamakan budaya hidup bangsa Indonesia dengan Jepang, Jerman, dan Amerika, ternyata kita harus berpikir ulang. Apakah harus kita hidup seperti gaya negara-negara maju, atau kita harus mengembangkan cara hidup yang sesuai dengan budaya kita sendiri? Mendengar keluh kesah orang-orang di negara-negara maju, ternyata mereka juga memiliki keluhan, hidup di negara maju terlalu keras sehingga menuntut mereka bekerja keras dan tidak bisa menerima kegagalan berujung dengan bunuh diri. Mereka mencemooh cara hidup orang-orang Indonesia, tetapi disisi lain setelah mereka bergaul dengan cara-cara hidup orang Indonesia, mereka menikmatinya karena hidup di Indonesia cenderung rileks dan menyenangkan sehingga mereka memilih tinggal di Indonesia berbaur dengan masyarakat dan alam Indonesia yang pada dasarnya ramah.

Bisa jadi, orang-orang Belanda bersikukuh ratusan tahun untuk menguasai Indonesia, karena masyarakat dan alam Indonesia sangat menawan hati orang Belanda. Bisa jadi pula orang-orang Indonesia selalu merasa gagal karena terlalu fokus dengan gaya hidup negara-negara maju, dan lupa bahwa di mana tempat dipijak di situ langit dijunjung. Artinnya bangsa Indonesia gagal menjunjung tinggi budaya-budaya hidup bangsa Indonesia sendiri yang tidak kalah dengan negara-negara maju di dunia. Negara-negara maju dengan budaya rasionalistik mereka sangat hitung-hitungan dalam mengaruhi kehidupan, karena materalis menjadi ukuran pokok mengukur keberhasilan hidup. Sedangkan Indonesia sebagai negara religius, memandang kehidupan sebagai tempat tinggal sementara sehingga cara berpikirnya sangat fleksibel. Bagi orang Indonesia dunia materi bukan satu-satunya tempat ruang hidup, ada ruang hidup lain yang akan dijalani yaitu ruang yang kekal di alam setelah kematian.

Kekuatan bangsa Indonesia bisa bertahan dalam kondisi sulit, karena harapan hidupnya tidak hanya diukur oleh dunia materil, tetapi oleh keberhasilan hidup yang non materil yang tidak diukur oleh kepemilikan sesuatu yang materil. Kaya dan miskin menjadi sesuatu yang tidak tendensius menjadi perbedaan kualitas hidup. Hidup orang kaya dan orang miskin sama-sama berpeluang gagal dan sukses di dunia. Ukuran kesuksesan bagi orang-orang Indonesia yang religius adalah bagaimana hidupnya berakhir dalam jalan kebaikan. Ketika akhir hidupnya berada dalam jalan kebaikan, tidak dipandang kaya atau miskin dialah sesungguhnya orang-orang sukses di dunia materil.

Indonesia sebagaimana negara-negara maju, hidup dengan hukum tata negara, norma adat, budaya, dan agama. Penyelesaian-penyelesaian masalah tidak selalu selesai di meja hukum tata negara, karena bangsa Indonesia punya norma adat, budaya, dan agama. Inilah keunggulan bangsa Indonesia dalam menyelesaikan masalah. Konflik-konfik yang terjadi di Indonesia selalu bisa terselesaikan tanpa konflik terbuka. Norma adat, budaya dan agama selalu berhasil meredam atau menyelesaikan masalah-masalah sosial di masyarakat hingga berujung pada perdamaian. Bisa jadi inilah penyebab mengapa Indonesia bisa jadi negara demokrasi dengan ciri khas unik sebagai demokrasi lobi (dialog) ala Indonesia.

Alam demokrasi di Indonesia selalu melibatkan lobi-lobi antara tokoh adat, budaya, dan agama. Sekalipun rumit tetapi bangsa Indonesia selalu berhasil keluar dari konflik terbuka, dan tetap hidup berdampingan. Inilah uniknya bangsa Indonesia berbeda dengan Jepang, Jerman, Amerika, Korea, dan Rusia. Sekalipun alam demokrasi terus berkembang, namun sikap saling menghargai terhadap norma adat, budaya, dan agama tetap terpelihara. Demokrasi di Indonesia tidak menghilangkan norma-norma yang ada tetapi lebih mengakomodasi seluruh norma yang ada menjadi sebuah harmoni kehidupan damai dan sejahtera. Demokrasi Indonesia menjadi tempat lobi-lobi seluruh unsur norma yang ada menjadi sebuah rajutan, mozaik, atau hexagonal yang tampak indah.

Kecerdasan bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa Jepang, Jerman dan Amerika. Bangsa Indonesia cenderung memiliki kecerdasan inter dan antar personal. Pandai bermain peran sebagaimana diimpelemtasikan dalam politik luar negeri Indonesia bebas aktif. Orang Indonesia tidak hipokrit tetapi pandai membaca peluang dan menempatkan posisi dimana posisi menguntungkan. Sikap ini terbentuk karena kondisi alam Indonesia serba ada, dan keteteran untuk mengolahnya. Norma adat, budaya, dan agama, dalam setiap keputusan memandu agar selalu terjadi keharmonisan hidup bermasyarakat dan bernegara. Pertimbangan-pertimbangan norma adat, budaya, dan agama, pada tataran implementasi selalu ikut memengaruhi keputusan hukum dan politik.

Bagi orang Jepang, Jerman, Amerika, mungkin tata cara hidup seperti ini sangat rumit dan sulit dipahami. Lalu mereka membuat stereotif prilaku orang Indonesia buruk, berdasar sudut pandang budaya yang mereka miliki. Stereotif ini disebarluaskan melalui berbagai macam cara, seperti tekanan politik, bantuan keuangan, substansi pendidikan, beasiswa pendidikan, ideologi, dan riset-riset yang menyudutkan Indonesia. Tujuannya agar budaya yang mereka miliki bisa sama-sama dimiliki orang Indonesia, sehingga mereka lebih mudah memasuki dan memengaruhi bangsa Indonesia.

Setelah bertahun-tahun merdeka, Indonesia tetap Indonesia. Norma adat, budaya, dan agama sangat mengakar kuat dalam kepribadian bangsa Indonesia. Di era informasi global, kita bisa saling menilai bahwa setiap bangsa punya kelebihan dan kekurangan. Untuk itulah Sukarno menyampaikan sebuah pesan dari Al-Qur’an; “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al Hujurat, 49:13).

Orang Indonesia tidak semua baik dan tidak semua buruk, demikian juga orang Jepang, Jerman, Amerika, Korea, China, tidak semua baik dan tidak semua buruk. Tidak pantas bagi siapapun menjelek-jelekan sebuah bangsa atau negara, kecuali kita saling kenal mengenal, bekerjasama untuk saling melengkapi kekurangan menjaga perdamaian dan kesejahteraan bumi tempat kita hidup bersama. Indonesia dengan kekayaan alam dan sumber daya melimpah, tentu banyak orang berkepentingan, maka pendidikan kami akan terus melatih menjadi negeri lobi-lobi untuk kepentingan bangsa dan dunia. Wallahu’alam. 

Monday, February 28, 2022

NABI MUHAMMAD PEMBAWA MISI PERDAMAIAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Riset microhistory pada biografi kisah hidup Nabi Muhammad, ditemukan fakta bahwa misi Nabi Muhammad adalah perdamaian. Pada usia 40 tahun Nabi Muhammad menerima misi kenabian di Gua Hira, kisah ini menjadi awal kiprah Nabi Muhammad membawa misi kesejahteraan dan kedamaian hidup manusia di muka bumi. 

Berdasar kajian microhistory, Nabi Muhammad mengalami empat kisah dalam hidupnya. Kisah Pertama; Nabi Muhammad mendapat tugas suci sebagai pembawa ajaran untuk kesejahteraan dan kedamaian hidup manusia di dunia, dengan menyebarluaskan bahwa membaca menjadi satu fundamental bagi kesejahteraan dan kedamaian hidup manusia di dunia. Kata sederhana “bacalah!” sebagai awal perintah pada Nabi Muhammad, menjadi kata-kata sederhana, mudah dimengerti, mengandung makna yang dalam dan sangat luas. Salah satunya, membaca dapat dimaknai sebagai perintah Tuhan kepada manusia untuk mencintai pengetahuan, mau berpikir, dan kreatif.

Kisah kedua adalah berani menghadapi risiko. Nabi Muhammad ketika mendapat wahyu pertama di Gua Hira, Beliau seorang diri tanpa ada manusia yang menyaksikan. Saksi bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan hanya malaikat Jibril yang diutus Allah. Sebuah keberanian besar dimiliki Nabi Muhammad, di tengah-tengah masyarakat mapan beragama politheis mengaku diri sebagai utusan tanpa dukungan keluarga besar atau pasukan. 

Kisah perjuangan Nabi Muhammad menyampaikan kebenaran wahyu di tanah Mekah selama kurang lebih 13 tahun tidak membuahkan hasil. Nabi Muhammad gagal meyakinkan masyarakat Mekah bahwa dirinya Rasulullah dengan berita wahyu yang dibawanya. Kegagalan Nabi Muhammad meyakinkan masyarakat Mekah bahwa dirinya Rasullullah, direkam dalam sejarah hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah. 

Kisah ketiga, Nabi menghadapi masa survival. Periode Madinah dalam beberapa buku biografi Nabi Muhammad dijelaskan sebagai masa-masa penderitaan, dalam arti Nabi Muhammad dihadapkan pada posisi tidak menguntungkan secara jumlah namun sudah dihadapkan pada situasi perang. Selama di Madinah, Nabi Muhammad menghadapi perang-perang yang sangat menguji keimanan para pengikutnya. 

Diantara perang-perang heroik Nabi Muhammad dan pengikutnya adalah perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Peperangan ini sangat menguras energi Nabi Muhammad dan pengikutnya, sebab peperangan ini dilakukan dalam jumlah pasukan yang tidak seimbang kurang lebih 1 banding 10. Perbandingan pasukan pada Perang Badar sekitar 300 orang melawan 1000 orang, Perang Uhud sekitar 700 s.d 1000 pasukan  melawan 10.000 pasukan, dan Perang Khandaq (Ahzab) sekitar 3000 pasukan melawan 24.000 s.d 30.000 pasukan. 

Fakta-fakta historis ini dapat kita temukan pada biografi-biografi Nabi Muhammad karya dari beberapa penulis sejarah. Dengan melihat jumlah pasukan di atas, masa peperangan yang dialami Nabi Muhammad tidak layak dikatakan sebagai upaya-upaya agresi, tetapi sebagai tindakan pertahanan karena mendapat ancaman dan tekanan. Masa-masa ini bisa dikatakan sebagai masa-masa Nabi Muhammad mengalami penderitaan. Dalam situasi ini Nabi Muhammad mendapat tekanan pengkhianatan dari pengikutnya yang membelot, dan tekanan dari luar dengan persekutuan yang menghasilkan gabungan pasukan dalam jumlah besar.

Kisah keempat, Nabi mendapat kemenangan. Kemenangan besar Nabi Muhammad dalam menunaikan misi kenabiannya yaitu ketika dilakukannya perjanjian Hudaibiyah pada tahun 628 M, saat itu kurang lebih usia Nabi Muhammad 58 tahun jika dihitung dari kelahiran Nabi Muhammad tahun 570 M. 

Perjanjian Hudaibiyah sekalipun pada faktanya oleh para sahabat dianggap merendahkan kedudukan Nabi, karena dalam perjanjian Hudaibiyah Nabi Muhammad dituliskan dengan Muhammad bin Abdullah. Dalam peristiwa perjanjian Hudaibiyah tercatat Nabi Muhammad tidak mempermasalahkan penulisan nama tersebut. 

Nabi Muhammad yang visioner membaca bahwa perjanjian damai merupakan upaya misi beliau dalam menjaga dan menyebarkan perdamaian. Dalam situasi damai, Nabi Muhammad dan pengikutnya bisa menyebarkan misi-misi Islam yang sesungguhnya membimbing manusia hidup damai sejahtera dengan berserah diri pada Tuhan Yang Gaib, Tuhan Yang Maha Esa.

Pada usia Nabi Muhammad kurang lebih 61 tahun, misi perdamaian Nabi Muhammad berhasil diwujudkan dengan menduduki Mekah tanpa pertumpahan darah. Terkenal ucapan Nabi Muhammad pada saat akan menduduki Mekah, “hari ini adalah hari kasih, kata Nabi. Hari dimana Tuhan memuliakan Quraisy".  

Beliau kemudian berbicara kepada mereka (penduduk Mekah) dengan kata-kata memaafkan, sesuai dengan ayat saat Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya ketika mereka menemuinya di Mesir, sesungguhnya, aku berkata seperti saudara ku Yusuf berkata: "pada hari ini tidak ada cercaan pada kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni kalian. Dia Maha Pengasih di antara yang mengasihi”[Q. 12:92] (Lings, 2014, hlm. 466, 471).

Dalam kisah lain, dikatakan di depan pintu Ka’bah Nabi Muhammad membacakan firman Tuhan, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q. 49:13). 

Kemudian Nabi bertanya kepada mereka: “orang-orang quraisy, menurut pendapat kamu apa yang akan ku perbuat terhadap kamu sekarang?”  Mereka menjawab, “Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu pemurah”. Lalu kata Nabi, “Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!” (Haikal, 2003, hlm. 462-464). 

Setelah misi menyebarkan ajaran damai tercapai, pada usia 63 tahun Nabi Muhammad sakit dan wafat dalam pangkuan istrinya Siti Aisyah ra. Salawat dan salam semoga terlimpah pada Nabi Muhammad SAW. Demikian sepenggal kisah misi perdamaian Nabi Muhammad di muka bumi semoga bermanfaat untuk seluruh umat manusia. Wallahu’alam. 

Saturday, February 26, 2022

PUASA MARAH

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Ide tulisan ini di dapat dari kegiatan kajian rutin Alumni SMAN 15 Kota Bandung yang diketuai Dadang Munajat menghadirkan Ustad Dudi Mutakin. Silaturahmi dan kekeluargaan Alumni dengan sekolah masih terpelihara dengan kepedulian dan kerelaan para pengurus alumni. Sebuah budaya positif yang harus terus dilestarikan. Kajian dihadiri kurang lebih 100 orang, jam 19.45 selesai shalat isya. Ustad Dudi sudah tidak asing, berlatarbelakang seorang pendidik, metode mengajarnya sangat kekinian karena materi disampaikan dengan bahasa ringan yang mudah dimengerti dalam kehidupan sehari-hari.

Kajian difokuskan pada materi dengan tema, “memantaskan diri untuk masuk bulan Ramadhan”. Ada beberapa hal menarik yang disajikan ustad Dudi dalam kajiannya. Pertama; masalah puasa marah. Beliau telah membuktikan puluhan tahun hidup dalam keluarga dengan melakukan puasa marah. Ketika audien bertanya apa rahasia bisa melakukan puasa marah berpuluh tahun dalam keluarga? Beliau menjawab, “ketika marah dia buka rekening dan share beberapa rupiah”. Ini metode yang patut dicoba, karena dalam hadis Rasulullah, sedekah dapat menolak keburukan. Setelah punya kebiasaan share dana dari rekening ketika marah, ketika tidak ada dana dalam rekening Allah memberi kemampuan untuk mengendalikan amarah. Teknik ini jangan diamini saja dalam tataran kognitif sebagai kepercayaan, tetapi harus berani mencoba dan melakukannnya dengan konsisten.

Kedua; masalah kesombongan iblis yang dikabarkan di dalam Al-Qur’an. Kesombongan iblis adalah menentang atau menolak ketentuan Allah. Kesombongan iblis menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Keberanian menentang pada perintah Allah adalah bentuk kesombongan Iblis karena merasa diri lebih baik dari yang lain berdasar sudut pandangnya.

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al ‘Araaf, 7:12)

Karakter iblis ini menjadi contoh karakter manusia-manusia sombong karena merasa lebih baik dari orang lain sehingga berani menolak perintah Allah. Ustad Dudi mengatakan karakter ini ada pada kecenderungan wanita yang kebanyakan menolak ketentuan Allah.

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (An Nisaa, 4:3).

Ustad Dudi menjelaskan bahwa kunci keadilan itu ada pada kaum wanita yang taat, dan keteladanan ketaatan laki-laki pada Allah yang mengagumkan dihadapan wanita. Jelas keadilan itu bukan usaha sepihak tetapi usaha dari kedua belah pihak untuk sama-sama taat kepada Allah sesuai dengan posisinya masing-masing. Untuk itu, dibutuhkan keilmuan dan pemahaman ajaran agama yang komprehensif agar ajaran agama tidak di salah pahami sebagai ajaran yang diskriminatif.

Ketiga; perihal kunci keberhasilah dalam pendidikan. Sebagaimana penulis jelaskan dalam tulisan terdahulu, kunci dari keberhasilan pendidikan adalah bagaimana menghadirkan Allah pada setiap mata pelajaran sehingga para siswa dapat mensyukuri hidupnya sebagai kesadaran untuk selalu berterimakasih pada Allah atas segala fasilitas hidup yang telah dinikmatinya. Selain itu biaya pendidikan tidak boleh menjadi beban bagi orang tua siswa. Terlaksananya pendidikan harus dinaungi dengan rasa ikhlas ketiga belah pihak yaitu guru, siswa, dan orang tua.

Demikian sedikit ringkasan pembelajaran di meetingzoom bersama IKA alumni 15 dan Ustad Dudi, semoga bermanfaat. Pesan terpenting dari kajian malam itu adalah mari kita sambut Ramadhan dengan niat untuk membiasakan puasa marah agar kehidupan berjalan damai dan sejahtera. Marah, sekalipun dalam kontek kebenaran, secara psikologis masih terselip kesombongan karena merasa diri benar. Kebenaran hanya milik Allah, kita hanya menjadi penyampai saja tanpa niat sedikitpun untuk menjadi pemilik kebenaran karena itu hak Allah. Taatlah pada ajaran-ajaran Allah dan Rasulnya jangan pada siapa penyampainya saat ini. Wallahu’alam.

Monday, February 7, 2022

AL-QUR’AN KITAB PENDIDIKAN

Oleh: Muhammad Plato

Al-Qur’an jika kita renungkan adalah kitabnya para pandidik. Sejarawan memendang Al-Qur’an adalah sumber primer dalam bentuk fakta mental (mentifact). Seluruh isi Al-Qur’an mengandung pelajaran untuk manusia yang mau memikirkanya. Konsep pendidikan di dalam Al-Qur’an adalah mengajarkan kepada manusia untuk melakukan refleksi diri karena karena seluruh kejadian yang diterima secara individu maupun kelompok adalah hasil dari perbuatannya.

Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas". (Yasin, 36:19).

Konsep dasar ini banyak dijelaskan di dalam Al-Quran dalam berbagai kasus. Pada intinya manusia punya kebiasaan menyalahkan orang lain, dan bagi orang-orang yang diberi petunjuk setiap kejadian yang menimpa dirinya akan menjadi bahan refleksi diri. Inilah konsep berpikir yang harus diajarkan para pendidikan pada siswa. Konsep dasar ini menjadi pola berpikir baku dan sudah menjadi takdir atau ketetapan dari Allah. Manusia-manusia yang terlalu fokus pada kesalahan orang lain adalah manusia tidak terdidik dan melampaui batas yang sudah ditetapkan oleh Allah.

Jika kita mengacu kepada Al-Qur’an sedikitnya ada tiga dasar pendidikan yang harus diajarkan yaitu, membaca, keyakinan pada Tuhan, dan bersedekah atau berbuat baik pada sesama. Gagasan ini dimulai dari perintah membaca (Al ‘Alaq, 96:1), keyakinan pada Tuhan, dan bersedekah (Al Baqarah, 2:3). Tiga gagasan ini menjadi konsep dasar pendidikan yang harus diajarkan dalam berbagai macam materi ajar, media dan pendekatan pembelajaran.

Pertama; Mengapa membaca (literasi) menjadi dasar pendidikan? Secara filosofis segala yang dapat dilakukan dan diciptakan oleh manusia sumbernya adalah pengetahuan. Abas & Wekke (2019) mengatakan bahwa agama sebenarnya bersumber dari pengetahuan. Keyakinan pada Allah sumbernya pengetahuan, dan teknologi yang diciptakan sumbernya pengetahuan. Arwani (2012) menjelaskan bahwa Tuhan sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran, dan manusia sebagai aktor pencari pengetahuan. Dalam teori fenomenologi, pengetahuan diketahui berdasarkan kesadaran orang yang mengalaminya, karena itu penngetahuan hanya dapat diamati oleh orang yang mengalaminya (Asih, 2005). Dari sudut pandang fenomenologi, kesadaran seseorang tentang sebuah pengetahuan menjadi tanggung jawab seseorang. Ide ini berkaitan dengan pengajaran Al-Qur’an, bahwa segala sesuatu pada akhirnya menjadi tanggung jawab pribadi.

Dasar pendidikan kedua; keyakinan pada Tuhan yang ghaib. Keyakinan pada Tuhan yang ghaib implementasinya adalah percaya pada pengetahuan yang diturunkan dari Tuhan yaitu kitab suci yang substansinya tentang adanya kehidupan setelah kematian yaitu akhirat. (baca: Al Baqarah, 2:4). Berkeyakinan pada Allah pemilik pengetahuan dan alam akhirat, pada prakteknya harus  menjadi ide ajaran etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari manusia. Alam akhirat yang dijelaskan Allah sebagai alam kekal menjadi pembangun harapan dan optimisme manusia untuk berbuat kebajikan atas nama Tuhan. Allah mengatakan orang-orang yang hidup dengan keyakinan pada Tuhan, alam akhirat, dan berbuat baik pada sesama, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang beruntung. “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (Al Baqarah, 2:5).

Eksistensi Tuhan harus dijadikan sebagai wujud segala pengharapan manusia. Segala sesuatu yang dikerjakan manusia di muka bumi harus bersandar pada pengharapan baik yang digantungkan pada Tuhan. “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Alam Nasyrah, 94:8). Erich Fromm (1968) dalam bukunya “Revousi Harapan” menjelaskan harapan adalah hasrat atau keinginan. Harapan kepada rumah, mobil, perkakas, bahkan ke masa depan sejarah adalah berhala. Harapan ini harapan-harapan palsu yang diciptakan manusia yang dimulai pada masa Revolusi Perancis. Harapan bersifat paradoksional. Bukan pekerjaan pasif, tetapi keadaan yang siap setiap saat menunggu kedatangan yang akan datang, dan sekalipun tidak datang tidak putus asa. Psikologi harapan ini hanya bisa diwujudkan ketika manusia berharap kepada Tuhan sebagai pemberi harapan.

Dasar pendidikan ketiga; menngeluarkan sebagai harta atau sedekah. Konsep sedekah bermakna luas yaitu hidup bermanfaat bagi sesama. Sedekah adalah karakter yang dapat membentuk manusia-manusia penyejahtera yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Karakter sedekah harus menjadi pola pikir (mindset) yang dipraktekkan dalam kebiasan-kebiasan memberi diajarkan dalam bentuk pendidikan karakter atau pembiasaan. Murakami (2013, hlm. xix) menjelaskan manusia tersusun dari banyak sel. Di dalam sel tertulis kode rahasia yang luar biasa banyaknya. Salah satu cara untuk mengaktifkan DNA yang baik yaitu hidup dengan memikirkan kepentingan orang lain dan untuk kebaikan dunia, berpikir optimis dan bersyukur. Hidup memikirkan orang lain, berpikir optimis, dan bersyukur adalah bawaan yang terdapat dalam kode DNA.

Mengeluarkan sebagian harta yang diajarkan dalam kitab suci Al-Qur’an, berkaitan dengan mengaktifkan DNA baik, untuk membentuk karakter manusia-manusia penyejahtera yang sudah terdapat dalam kode DNA-nya manusia. Memberi akan membawa efek positif pada pikiran dan perasaan, serta mendatangkan sikap-sikap bersyukur dalam arti menerima dan mengoptimalkan sesuatu yang telah dimilikinya menjadi lebih bermanfaat untuk orang lain.

Itulah tiga konsep dasar pendidikan yang dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan manusia-manusia berkualitas di dunia pendidikan. Saatnya untuk mengkaji lebih dalam lagi konsep dan teori pendidikan yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an sebagai kitab pendidikan untuk melahirkan manusia-manusia unggul penyejahtera kehidupan dunia. Direkomendasikan adanya riset-riset pengembangan lebih lanjut. Wallahu’alam.

Wednesday, February 2, 2022

MANUSIA BERHALA

 Oleh: Muhammad Plato

Syekh Abdul Kadir Jailani berkata, “sesungguhnya berhala itu adalah diri mu sendiri”. Pemikiran mendalam ini dapat dipahami karena manusia diberi akal dan nafsu sehingga manusia diberi potensi oleh Allah untuk berkehendak. Fakta ini sering dipahami oleh kita sebagai kebebasan manusia dalam menentukan kehendaknya. Sekalipun segala kehendak yang ada di muka bumi ini adalah kehendak Allah. Namun manusia kadang melupakan Tuhannya dengan mengatakan bahwa manusia punya kehendak. Padahal sesungguhnya ketika manusia mengatakan bahwa dirinya berkehendak atas kemampuan dirinya sesungguhnya dia telah menjadi berhala bagi dirinya sendiri.

Akal dan nafsu adalah berhala yang ada dalam diri manusia. Kedua berhala ini akan menyesatkan manusia jika kesadaran eksistensi Tuhan dilupakan dalam setiap kehendaknya. Manusia itu pada dasarnya pelupa, makhluk tersesat, dikarenakan akal dan nafsunya kerap lupa kepada Tuhannya. Dalam waktu 24 jam berapa persen manusia bisa mengingat kepada Tuhan? Orang-orang terbaik adalah mereka yang bisa menjaga ingatan akal dan nafsunya selalu bersama kehendak Tuhan. Ibadah rutin yang dilakukan umat Islam 5 kali dalam sehari, ditambah dengan ibadah-ibadah tambahan adalah kegiatan rutin agar akal dan nafsunya senantiasa berada dekat dengan Allah.

Jika standar orang Islam setiap hari 5 kali melakukan ibadah untuk mengingat Allah, maka dalam 24 jam jika saja setiap ibadah memakan waktu 10 menit, artinya setiap hari orang Islam bersama dengan Allah hanya 50 menit, sisanya 23,1 jam akal dan nafsunya lupa kepada Allah. Manusia berhala ingatannya banyak lupa kepada Allah.

Jika kita gali informasi dari Al-Qur’an, keberadaan nafsu dan akal tidak dikotomi baik dan buruk, karena nafsu dan akal hanya perangkat hidup yang diberikan Allah. Perangkat ini tergantung pada pemanfaatannya. Pemanfaatan perangkat sangat tergantung pada tujuan. Pemanfaatan akal dan nafsu akan bermanfaat jika tujuannya untuk kebaikan bersumber pada informasi dari Tuhan. Kebaikan yang tidak atas nama Allah, berarti kebaikan tersebut tidak akan kembali pada Allah, tetapi kembali kepada dari mana sumber kebaikan itu di dapat.

Allah menurunkan wahyu Al-Qur’an dalam bentuk pengetahuan-pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Hal yang membedakan antara buku dan Al-Qur’an adalah buku yang ditulis oleh manusia tentang alam kadang mengkondisikan kita lupa pada Tuhan, namun kitab suci Al-Qur’an yang isinya tentang alam, kejadian, dan manusia, telah terkondisikan di dalam ingatan bahwa informasi Al-Qur’an dari Tuhan. Artinya membaca informasi-informasi dari Al-Qur’an akan membimbing pikiran kita untuk ingat, berkomunikasi dengan Tuhan setiap saat.

Manusia berhala mengendalikan akal dan nafsunya dengan hanya memanfaatkan informasi dari apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkannya, tanpa memikirkan sumber informasi yang didapatkannya mengandung kebenaran atau hanya sekedar pengetahuan alam tanpa ada hubungan dengan Tuhan. Fungsi pengetahuan dari Al-Qur’an adalah menjaga ingatan agar selalu berhubungan dengan Tuhan. Jika ingatannya selalu terhubung dengan Tuhan, maka akal dan nafsu akan mengevaluasi setiap kejadian dengan melibatkan pertimbangan-pertimbangan untung dan rugi berdasarkan infromasi dari Tuhan.

Aktivitas ritual shalat dapat menjaga ingatan akal dan nafsu ingat kepada Tuhan. Sebagai ritual shalat adalah benteng terakhir pertahanan akal dan nafsu untuk selalu ingat Tuhan. Kekuatan ingatan akal dan nafsu kepada Tuhan, selayaknya dibangun dengan memperbanyak perbendaharaan pengetahuan tentang alam, hewan, manusia, dan kejadian yang sumbernya dikombinasikan antara pengetahuan Al-Qur’an, dan fakta-fakta di alam.

Siapa manusia berhala? ukurannya adalah antara lupa dan ingat kepada Tuhan. Lupa terjadi karena semua pengetahuan yang diterima akal dan nafsunya bersumber dari alam, sementara ingat kepada Tuhan terjadi karena pengetahuan yang diterima selalu dikaitkan dengan Tuhan dengan bantuan informasi dari Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an sesungguhnya mengevaluasi segala kejadian di alam dengan informasi-informasi yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan alam.

Budaya menghafal Al-Qur’an dengan patokan tajwij, perlu ditingkatkan dengan membaca, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan ide-ide Al-Qur’an menjadi prilaku pikiran (akal), hati (nafsu), tindakan (akhlak), dan produk (teknologi). Sebagai sumber pengetahuan, Al-Qur’an harus bisa memenuhi seluruh sudut ruang akal dan nafsu, agar Allah selalu ada dalam ingatan, tindakan, dan benda-benda yang bisa kita ciptakan. Wallahu’alam

Sunday, January 30, 2022

Dua Gejolak Jiwa Manusia

Oleh: Muhammad Plato

“Sifat dasar manusia cepat meniru hal buruk, banyak alasan untuk berbuat baik”. Fakta ini bukan sekedar kata-kata tapi dapat diukur dalam kenyataan. Secara faktual banyak hal terlihat banyak hal buruk dalam kehidupan ini, dan terlihat sedikit hal-hal baik. Untuk itu bagi orang-orang yang berusaha berbuat baik, secara fisik dunia ini terasa sempit. Dalam Hadis dikatakan bahwa dunia ini seperti penjara bagi orang-orang beriman.

Syekh Abdul Qadir Jailani (2018, hlm. 235) membagi dua gejolak hati, yaitu jasmani dan rohani. Gejolak jasmani dikendalikan oleh hawa nafsu, dan gejolak rohani dikendalikan oleh nurani yang bersumber pada kebajikan dari Allah. Sebagaimana pada awal penciptaan Adam, akan ada iblis dan malaikat yang punya karakter berbeda. Secara jasmani hawa nafsu sangat mendominasi kehidupan dunia, dan minoritas nafsu-nafsu terkendali.

Dua gejolak hati pada manusia adalah takdir untuk manusia sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, (Asy Syams, 91:8).  Jalan kefasikan dipengaruhi oleh setan, dan jalan ketakwaan dipengaruhi oleh malaikat. Para Nabi adalah pembawa pesan menuju jalan-jalan ketakwaan.

Seklipun kekuatan jalan buruk seperti menguasai mayoritas kehidupan dunia, namun sesungguhnya energi penggerak kehidupan dunia ada di kekuatan orang-orang beriman. Kisah-kisah terdahulu para Nabi selalu dikabarkan dalam Al-Qur’an, kekuatan kecil orang-orang beriman selalu mengalahkan kekuatan besar dari orang-orang kafir yang menuhankan diri dan kelompoknya. Inilah kabar gembira bagi orang-orang beriman, dalam kehidupan dunia jangan terlalu risau dengan kekuatan jumlah, tetapi risaulah dengan kualitas keimanan diri sendiri.

Orang yang punya niat baik selalu memiliki kekuatan dua kali lipat dari orang yang berniat buruk. Mengapa demikian? Karena niat baik selalu didampingi malaikat dan Allah, sedangkan orang yang berniat buruk hanya diampingi setan. Untuk itulah dalam kisah-kisah heroik sejarah pada Nabi, kelompok kecil orang-orang baik selalu berhasil mengalahkan kekuatan orang-orang yang berniat buruk.

Manusia tidak akan lepas dari dua gejolak jiwa yang didampingi nafsu dan nurani. Tidak ada manusia yang lepas dari godaan nafsu jasmani, namun karena kekuatan ruhani selalu dua kali lipat dari kekuatan jasmani, manusia selalu bisa menjaga keseimbangan gejolak jiwanya. Untuk menjaga keseimbangan gejolak jiwa, Nabi Muhammad dalam hadis mengatakan, “ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik”. Karena ada logika, jika perbuatan buruk berkekuatan satu maka kekuatan perbuatan baik bernilai dua. Kekuatan setan selalu berwujud dalam bentuk fisik, sedangkan kekuatan Allah dan malaikatnya ada dalam wujud keyakinan hati dan pikiran.

Tugas manusia adalah menjaga keseimbangan gejolak jiwa. Dalam menjaga keseimbangan orang-orang beriman selalu cepat dalam melaksanakan perbuatan baik dan mengambil pelajaran, sementara orang-orang yang condong pada kesesatan selalu banyak alasan dan mengarah pada fitnah. Maka tidak ada kekhawatiran bagi orang-orang yang mengadakan perbaikan, karena kebaikan selalu berbalas kebaikan. Allah mengabarkan gejolak jiwa orang beriman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,” (Al Anfaal, 8:2).

Sebaliknya orang-orang yang cenderung pada kesesatan, gejolak hatinya selalu mengarah pada fitnah dengan menganggap dirinya tahu tentang kebenaran. Allah mengabarkan dalam Al-Qur’an, “Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah...” (Ali Imran, 3:7)

Hidup manusia adalah pertarungan antara dua gejolak jiwa. Kesuksesan dan kegagalan semuanya Allah takdirkan ada dalam jiwa manusia itu sendiri. Beruntunglah bagi orang-orang yang gemetar jiwanya karena beriman, belajar, berpikir, dan tetap merasa bodoh dihadapan Allah. Wallahu’alam. 

Sunday, January 23, 2022

AKAL DAN HATI ADALAH BERHALA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Puncak dari keimanan seseorang adalah keyakinan haqul yakin, yaitu keyakinan yang tidak ada ada pertanyaan dari akal, dan tidak ada lagi keraguan hati. Rupanya keimanan akan terus mengalami pasang surut mengikuti pembenaran dari akal dan ketetapan dari hati. Keimanan yang kita bangun, demikian juga keyakinan tidak lepas dari berfungsinya akal dan hati.

Sehabis subuh, sambil berdzikir melakukan refleksi diri. Teringat pada isi buku Abdu Kadir Jailani, dia mengatakan, “akal dan nafsu kita adalah berhala”. Berhala ini bisa menghalangi kita untuk taat kepada Tuhan. Bisa juga berhala ini menjadi kendaraan kita untuk menjadi manusia pengabdi kepada Tuhan. Akal dan nafsu hanya sebatas alat, tergantung pada pengetahuan dan lingkungan mana yang banyak memengaruhinya.

Kebanyakan Muslim, kadang kurang pengetahuan tentang kitab suci dan sunnah Rasulnya. Kekurangan pengetahuan menyebabkan segala sesuatu pengetahuan tentang agamanya di serahkan kepada seseorang yang belum tentu pengetahuannya banyak tentang kitab suci dan hadist. Akibat kekurangan pengetahuan, akal dan hatinya diserahkan kepada seseorang untuk dikendalikan mengikuti apa kata orang itu tanpa ada pikiran kritis dari akal, dan tanpa ada lagi keraguan dari hati. Sementara kualitas orang yang diserahi akal dan nafsu hati itu tidak dijamin menjadi orang yang selalu benar.

Membangkitkan pertanyaan di akal atau menghadirkan keraguan dalam hati, bukan untuk mempertanayakan adanya Tuhan, tetapi mempertanyakan tentang isi pikiran akal kita, dan keimanan yang ada dalam hati kita, apakah sudah benar-benar memiliki keimanan kepada Tuhan yang satu-satunya wajib diimani? Atau selama ini kita telah beriman karena dilandasi bukan keimanan pada Allah tetapi dilandasi karena madzab, aliran, kelompok, kepentingan, kecintaan pada manusia, dan lain-lain.

Ternyata berhala itu ada dalam akal dan hati kita sendiri. Hakikat berhala bukan gunung, laut, pohon, patung, atau  teknologi. Semua yang kita lakukan diputuskan oleh akal dan didorong oleh hati. Dua berhala ini sangat bertanggung jawab atas apa-apa yang kita lakukan di dunia. Dua berhala inilah yang kelak akan diadili Tuhan di hari perhitungan.

Dua berhala ini harus kita kendalikan dengan memperbanyak pengetahuan-pengetahuan tentang kebajikan yang bersumber pada kitab suci, dan hadits, dikombinasikan dengan pengetahuan-pengetahuan rasional empiris. Kebenaran kitab suci jangan dibatasi dengan kebenaran rasional akhirat belaka, tetapi kitab suci membawa kebenaran-kebenaran rasional empiris. Kebenaran-kebenaran sains yang bersumber pada kebenaran rasional empiris dibutuhkan untuk meningkatkan keimanan. Kebenaran-kebenaran rasional akhirat adalah kabar baik yang tetap akan membangun harapan manusia tidak akan pernah pudar dan selalu optimis.

Dua kebenaran yaitu kebenaran rasional empiris dan rasional akhirat harus berpijak pada pengetahuan yang kita yakini sumbernya dari Tuhan. Kitab suci, hadits harus kita elaborasi untuk memadukan rasional empiris dan rasionl akhirat dapat memandu cara pandang pikiran dan perasaan kita dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam kehidupan di dunia.

Akal dan hati itu berhala yang bisa membawa kehidupan manusia pada kesesatan. Akal dan hati yang melekat pada tubuh adalah pengendali seluruh kehidupan kita. Jadi sesat dan tidaknya manusia bukan bersumber pada luar diri manusia, tetapi bersumber pada manusia itu sendiri. Tugas manusia agar selalu berada di dalam lingkaran kebaikan maka menciptakan lingkungan yang baik untuk dirinya dengan memperbanyak bacaan-bacaan yang baik, kitab suci, hadits, ilmu pengetahuan, dan membuat kelompok-kelompok yang cinta pada kebaikan, yaitu ulama, kiyai, filsuf, guru, budayawan, relawan, dll. Kelompok ini dibentuk bukan untuk membuat kekuatan politik atau persaingan, tetapi membangun hubungan baik dengan orang-orang yang punya keberanian untuk mengingatkan diri kita jika kita melakukan kesalahan.

Akal dan hati adalah berhala yang kita waspadai, bukan berarti harus kita benci dan hindari, tetapi harus kita rawat keduanya agar bisa jadi kendaraan kita menuju kehidupan terbaik dikehidupan akhirat.  Merawat akal dan hati adalah dengan memberi input pengetahuan-pengetahuan yang baik tentang kebajikan yang pondasinya bersumber pada kitab suci, hadits, dan kebenaran-kebenaran rasional empiris, agar seluruh tindakan yang kita dilakukan selalu berada di jalan Tuhan. Namun selama kita hidup tidak akan pernah ada kata akhir dalam pencarian, kecuali setelah kematian. Jadi selama kita hidup tidak akan ada kemutlakkan 100 persen, harus dibukakan peluang untuk melakukan perubahan mungkin 5 persen, 10 persen, bahkan mungkin sampai 30 persen. Dengan demikian akal dan hati kita akan selalu terjaga dari sifat-siat setan yang memberhalakan dirinya seperti Tuhan. wallahu’alam.   

Sunday, December 26, 2021

TERUNGKAP PENYEBAB SUKSES KETUA YAYASAN PCI

Oleh: Muhammad Plato

Kisah perjalanan hidup Prof. Dadan Wildan Ketua Yayasan PCI bisa dibilang fenomenal. Takdir hidupnya memiliki keunikan. Alumni lulusan Pendidikan Sejarah UPI tahun 89, selesai tepat waktu, hanya menganggur enam bulan, langsung diangkat menjadi dosen Kopertis Wilayah IV. Setelah menjadi dosen tiga tahun, tahun 1993 melanjutkan kuliah S2, setelah lulus melanjutkan S3 dan pada Usia 34 tahun sudah menyandang gelar doktor. Uniknya lagi  setelah tiga tahun mendapat gelar doktor mendapat penghargaan guru besar. Dalam waktu 14 tahun menjadi dosen Beliau sudah menjadi Profesor dalam usia 37 tahun. Selanjutnya pada Usia 38 tahun bertugas menjadi staf khusus di kementerian. Karirnya terus bertahan, di rezim SBY dan Jokowi. Di organisasi masyarakat Beliau juga menjabat sebagai sekretaris umum dan penasehat Persis yang membuat darah spiritualnya mengalir deras.

Seperti takdir sejarah yang tidak bisa dihindari oleh setiap makhluk, karirnya seperti kilat, Dadan Wildan yang sekarang mendedikasikan dirinya menjadi Ketua Yayasan PCI, ternyata pernah mengalami kegagalan bahkan mungkin penderitaan. Pada saat pemilihan rektor di sebuah universitas swasta di Jawa Barat, Beliau terpilih dengan suara terbanyak sebagai rektor termuda se-Indonesia yaitu usia 34 tahun. Namun karena alasan usia terlalu muda pihak Yayasan tidak berkenan melantik beliau jadi rektor.

Darah spiritual yang sudah mengalir deras dalam jiwanya, tidak membuat kegagalan patah arang. Kegagalan disikapinya dengan ketaatan kepada Tuhan dengan melaksanakan ibadah haji. Lalu nasib yang dialaminya diadukan langsung kepada Tuhan dihadapan Ka’bah. Beliau berdoa, “ya Allah jika jabatan rektor tidak pantas untuk ku, maka berikanlah yang pantas”. Doa sederhana ini dijawab langsung oleh Allah, melalui sebuah mimpi, “sebuah mobil plat merah terparkir di Masjidil Haram”.  Merinding bulu kuduk mendengar cerita ini, Allah mendengar dan menjawab langsung keluhan hambanya. Tidak lama, sepulang haji dipanggil Menteri, Beliau diminta membantu tugas-tugas menteri, dan dalam waktu singkat langsung bekerja di staf khusus kementerian. Karir Beliau bertahan di dua rezim presiden dan empat menteri.

Di tengah karirnya yang cemerlang, beliau bercerita bahwa pada saat kuliah bukanlah tipe mahasiswa cerdas, karena pada saat kuliah pernah gagal matakuiah Sejarah Asia Timur sampai mengulang empat kali. Namun karena ketekunannya mata kuliah itu Beliau taklukkan hingga melahirkan sebuah buku tentang Sejarah Asia timur.   

Melihat takdir sukses yang dialaminya, Beliau layak di daulat sebagai Man of The Year, teladan manusia berkarakter di abad 21. Keberaniannya menghadapi kegagalan, dan caranya menyikapi kegagalan adalah kekuatan karakter entrepreneur yang dimiliki Dadan Wildan. Kesantunan, ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi kegagalan telah menggerakkan aras Tuhan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Sebagai akademisi dan birokrat, kecerdasan spiritualnya tidak menjadi sirna. Kekuatan-kekuatan spiritual selalu melekat membangun visi, semangat dan tindakan-tindakan yang mengundang kecintaan Allah.  

Inilah kisah Indah hidup manusia yang telah dikisahkan di dalam Al-Qur’an. Manusia tidak boleh berhenti berusaha untuk mencari takdir-takdir terbaik dari Allah. “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Ar ra’ad, 13:11).

Ayat di atas menakdirkan bahwa hidup manusia bergiliran antara keburukan dan kebaikan. Bagi Allah penolakkan manusia terhadap suatu takdir yang harus dijalani seseorang adalah wujud perlindungan Allah pada hambanya. Berserah diri pada takdir-takdir hidup dari Allah adalah realitas kekuatan pribadi  seseorang. Allah kemudian menegaskan takdir-Nya untuk manusia, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Alam Nasyrah, 94:5-8). Inilah takdir Allah, dan barang siapa berserah diri mengikuti skenario-Nya, maka di atas kehendak Allah segala bentuk tindak tanduknya. 

Dadan Wiladan bercerita bahwa sejak kuliah sudah sering menulis. Tulisan pertamanya dimuat di koran Pikiran Rakyat, berjudul Bandung Lautan Api, dan setiap bulan menulis di Suara Daerah PGRI. Sebagaimana tokoh-tokoh besar dunia, selalu menandai sukses karirnya dengan literasi tinggi. Inilah bagian dari takdir penyebab sukses yang dijalani ketua Yayasan PCI.

Berada dalam puncak karirnya, kini Beliau mendirikan sekolah dengan bangunan sangat modern. Menampilkan sekolah Islam dalam wajah modern. Tujuannya ingin mewariskan harta yang dimilikinya untuk dinikmati oleh orang banyak. Sekaligus ingin menjawab kebutuhan masyarakat yang ingin mendapatkan sekolah Islam dengan sentuhan modern. Kurikulumnya mendekatkan anak-anak dengan Al-Qur’an. Buku-buku digital dan pembelajaran lebih banyak berbasis audio visual. Sekolahnya hanya menerima lima kelas. “Sekolah kecil tapi punya cita-cita besar”, ucap Beliau. Pembelajaran full day dari jam 7 sampai jam 4 sore. Posisi sekolah sengaja di lingkungan pinggiran kota Bandung Selatan. Biaya sekolah termasuk murah untuk sekolah modern, hanya 750 ribu per bulan, dan biaya masuk 10-11 juta tiga tahun. Tujuan mendirikan sekolah bukan cari uang tapi cari untung berupa pahala. Sekolah didirikan dari dana pribadi dengan menjual aset yang ada. Cita-cita selanjutnya sangat mulia yaitu wafat khusnul khotimah. Beliau menegatakan, urusan dunianya sudah selesai dan sekarang hidupnya hanya tinggal menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Inilah bagian takdir hidup dari manusia utusan. Ketaatannya kepada Allah adalah penyebab semua kesuksesan ketua Yayasan PCI. Semoga menjadi pelajaran untuk dunia pendidikan. Wallahu’alam.

Sunday, December 19, 2021

LOGIKA SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Selain imam besar Al-Ghazali (w. 505 H.), salah satu tokoh terkenal berpengaruh dikalangan umat Islam adalah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, lahir tahun 470 H/1077 dan wafat tahun 561 H/1166. Beliau dikenal sebagai tokoh pendidikan ruhani dan akhlak. Salah satu karya bukunya adalah Jawahir al-Fath al-rabbani. Ringkasan inti sari bukunya sudah dapat dinikmati, dalam karya terjemahan, sehingga sedikit-demi sedikit banyak orang bisa menikmati kecerdasan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam mengelola ruhani dan akhlak. Kajian ini akan membuktikan bahwa siapapun orangnya, ketika megembangkan pola pikir dari Al-Qur’an akan memiliki persamaan-persamaan pola pikir. Untuk itu siapapun orangnya jika belajar dari pola pikir Al-Qur’an rasa persatuan dan hidup damainya akan muncul. Al-Qur’an jika kita kaji dari sudut pandang pola pikir, dapat dikatakan sebagai kitab pemersatu.

Orang-orang yang memahami pola berpikir Al-Qur’an maka pemikiran-pemikirannya akan bersentuhan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Kesimpulan saya, seluruh isi pola pikir yang ada dalam Al-Qur’an menjadikan manusia akan tetap menghambakan diri kepada satu Tuhan. Nasihat-nasihat Syeh Abdul Qadir Jailani tidak lepas dari pola pikir beliau yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai induk pengetahuan.

Syekh berkata, “dalam keramaian engkau muslim tapi dalam kesendirian kau bukan muslim”. Nasihat ini ingin mengingatkan bahwa manusia sering terjebak kepada pandangan selain Tuhan. Pada saat dilihat orang penampilannya selalu baik, selalu berusaha tampil baik, tetapi pada saat sendirian, hanya Tuhan yang melihat prilaku baik dilupakan. Oleh karena itu kemusliman seseorang tidak dapat dilihat dalam keramaian tetapi justru pada saat kesendirian yaitu saat hanya Tuhan yang menyaksikan. Pada saat kesendirian sebenarnya ujian besar bagi manusia untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar baik karena selalu ingin dilihat baik oleh Tuhan, dan pada saat keramaian kebaikannya akan tetap berfokus pada penglihatan Tuhan. Berikut sumber pemikiran Syekh;

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (Al Baqarah, 2:14)

Selanjutnya Syekh berkata, “manusia paling pandai adalah yang taat pada Allah, sedangkan manusia paling bodoh adalah manusia yang maksiat kepada-Nya”. Saya pernah mengatakan, “secerdas-cerdasya orang Atheis dia bodoh, dan sebodoh-bodohnya orang beriman pada Tuhan Yang Esa, dia cerdas”. Dua pernyataan ini memiliki konsep pola pikir yang sama, bahwa manusia tanpa keyakinan pada Tuhan akan bertemu dengan Kesia-sian yang abadi, dan manusia dengan keyakinan pada Tuhan setidaknya dia akan mendapat balasan segala perbuahan baik yang pernah dilakukannya dari Tuhan. Orang-orang Atheis memilih dunia sebagai kehidupan terakhir, dan orang-orang beriman setelah dunia berakhir masih punya harapan hidup di dunia setelah kematian. Jadi orang-orang Atheis harapannya terbatas, dan orang-orang beriman harapannya tanpa batas. Orang Atheis memilih dunia yang fana, sementara orang beriman memilih dunia yang kekal. Sepertinya orang-orang beriman itu terlihat bodoh, tapi kebodohan sesungguhnya adalah mereka yang tidak percaya Tuhan. Berikut sumber pemikiran dari Syekh;

“Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (Al Baqarah, 2:13)

Kemudian Syekh memberi nasihat, “Kurangi kesenangan, perbanyak kesedihan, sebab, saat ini engkau benar-benar berada di negeri kesedihan dan negeri penahanan”. Logika ini dapat dipahami jika orang-orang punya keyakinan pada kehdiupan dunia dan akhirat. Dua dunia ini punya karakter berbeda. Bagi orang-orang yang taat kepada Tuhan, karakter dunia saat ini sifatnya banyak mengandung kesedihan, kesulitan, kepayahan, dan penderitaan. Dunia seperti penjara karena orang-orang beriman kemanapun pergi merasa dilihat oleh Tuhan. Orang orang beriman tidak memiliki kebebasan untuk berbuat jahat, sekalipun dari kejahatan yang hanya diniatkan. Kejahatan yang yang dilakukan orang-orang beriman akan jadi penyesalan seumur hidupnya. Maka orang-orang beriman akan terbiasa dengan kesedihan, kesulitan, dan hanya sedikit mencicipi kesenangan dunia. Namun demikian karena orang-orang beriman terbiasa dengan kesedihan dan kesulitan, maka pribadi-pribadi orang beriman akan tampil sebagai pribadi tangguh dan dapat diandalkan. Kesulitan dan kesedihan karena jadi kebiasaan maka seluruh hidupnya menjadi kesenangan karena harapannya dibangun bukan diatas kesenangan sesaat sekarang, tetapi ada kesenangan yang dijanjikan pasti didapatkan yaitu setelah kematian. Logika berpikir seperti ini, bersumber pada keterangan Al-Qur’an sebagai berikut;

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (At Taubah, 9:82)

Nasehat Syekh selanjutnya, “Tidaklah ada suatu nikmat kecuali di sampingnya ada siksaan. Tidakah ada suatu kemudahan kecuali bersamanya ada kesulitan, tidak ada suatu kelapangan kecuali setelahnya ada kesempitan”. Saya pernah mengatakan bahwa kesulitan itu sebab dan kesuksesan itu akibat, maka tidak ada kesuksesan tanpa kesulitan. Kesimpulan saya adalah orang-orang sukses itu pasti mengaami kesulitan, kegagalan, dna penderitaan. Semakin besar kesulitan yang dihadapi seseorang maka akan semakin besar pula keberhasilan yang akan diperolehnya. Sumber pemikiran ini saya kembangkan dari ayat Al-Qur’an di bawah ini:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Alam Nasyrah, 94:5-6)

Artinya apa yang saya pikirkan ternyata memiliki kesamaan dengan pemikiran Syekh Abdul Qadir Jaillani.  Pertanyaanya mengapa demikian? Karena apa yang saya pikirkan sumbernya dari Al-Qur’an. Inilah kesimpulan saya, jika orang-orang benar-benar menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber pemikiran dipastikan akan ada persamaan, sekalipun berbeda kita akan saling menghormati karena sumbernya sama. Sebagai sama-sama penafsir tidak akan merasa paling benar karena pemilik kebenaran adalah Allah semata. Puji syukur penulis panjatkan pada Allah swt.  dan merasa bahagia rasanya jika sudah satu pemikiran dengan ulama-ulama besar terdahulu. Wallahu’alam.  

Saturday, December 4, 2021

PENJAJAHAN BERPIKIR

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Pepatah lama mengatakan, “lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikan”. Berdasarkan hasil penelitian tentang air berlaku juga pepatah, “lain sumur lain karakter dimiliki seseorang”. Pepatah ini memberi tanda kebenaran bahwa setiap individu atau masyrakat dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka tinggal. Untuk itu pola pikir masyarakat setiap daerah, suku, bangsa, akan berbeda, sekalipun pasti ada persamaan.

Pola pikir masyarakat Barat sudah pasti berbeda dengan pola pikir masyarakat Timur. Minimalnya ada beberapa pola pikir yang dimiliki masyarakat yaitu rasional materialis, mistis materialis, rasional religius dan mistis religius. Rasional materialis adalah pola-pola berpikir ilmiah yang dilandasi pada pengetahuan empiris. Pola pikir mistis materialis adalah pola pikir filosofis bersumber pada pengetahuan dari akal yang dilandasi oleh pengetahuan materialis. Rasional religius adalah pola pikir ilmiah bersumber pada fakta pengetahuan dari wahyu. Sedangkan mistis religius adalah pola pikir rasional bersumber pada akal yang dilandasi pengetahuan wahyu.

Budaya Timur sangat kental dengan pola pikir mistis yang bersumber pada fakta empiris dan mistis bersumber pada wahyu. Budaya Barat sangat kental dengan pola pikir rasional empiris dan mistis materialis. Pola pikir yang tidak dimiliki oleh Barat maupun Timur adalah rasionalis ilmiah bersumber pada wahyu. Artinya Barat maupun Timur mengabaikan pengetahuan wahyu sebagai sumber pengetahuan ilmiah. Akibatnya pola pikir Barat dan Timur sama-sama berkembang pada pola pikir materialis.

Dominasi pemikiran Barat telah mendorong budaya pola pikir materalis menjadi trend dunia dan mengakar. Pola pikir umat beragama tergeser mengikuti pola-pola pikir ilmuwan materialis. Beragama tidak lagi menginduk pada pengetahuan wahyu tetapi lebih mengikuti pendapat-pendapat para pemikir bidang agama. Hasil pemikir-pemikir kaum agama diikuti, dikutif, dirujuk, disertai emosi keyakinan dan sedikit menggunakan nalar. Umat beragama nasibnya seperti pada awal perkembangan masyarakat Barat, mereka terpecah-pecah menjadi negara-negara bangsa akibat perbedaan kiblat pada hasil pemikiran manusia.

Sebenarnya jika disadari penjajahan ke seluruh dunia diawali dengan penjajahan pola pikir. Penjajahan pola pikir dilakukan dengan kekuatan politik, ekonomi,  senjata perang, dan teknologi informasi. Penaklukkan-penaklukkan ternyata bukan sebatas penyerahan kekuasaan tetapi menjadi ketidakberdayaan dalam berpikir. Dalam kondisi ketidakberdayaan berpikir, mental-mental miskin terus diciptakan berabad-abad hingga terbentuk menjadi tradisi turun-temurun. Pemahaman agama ditarik ke pola pikir material yang berkiblat pada pemikiran manusia, dan wahyu hanya ditafsir dari sudut pandang mistis agar masyarakat beragama tidak menemukan kebenaran nyata dan terus terlihat miskin di dunia hingga akhirnya agama akan ditinggalkan pengikutnya.

Barat menggaungkan kebebasan berpikir sebagai alat untuk menggiring umat beragama keluar dari komunitasnya, dengan memasukkan metodologi berpikir ilmiah material ke dalam pikiran umat beragama. Cara beragama bukan lagi beriman pada kitab suci, tetapi menjadi panatik pada hasil pemikiran agama. Isi kitab suci sengaja, dikondisikan, hanya diperdebatkan untuk urusan transenden, yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan di dunia, karena kebenarannya hanya akan diketahui di akhirat dihadapan Tuhan. Pada saat berdebat umat beragama seperti sedang membela agamanya, padahal mereka sedang diadu domba, untuk terus berdebat berebut kebenaran akhirat dengan mengadu kemampuan nalar di dunia. Hasilnya, kehidupan dunia tertinggal, umat beragama miskin dan terpecah belah.

Kemerdekaan berpikir harus dimulai dari menjadikan kitab suci sebagai induk pengetahuan, untuk dikembangkan sebagai sumber pola pikir, kajian ilmiah untuk menambah keyakinan kepada Tuhan. Keimanan harus tetap pada kitab suci, bukan pada hasil pemikirannya. Menjaga keimanan pada kitab suci akan tetap menghargai setiap pemikiran dan umat akan tetap terjaga dalam satu kesatuan. Saatnya melakukan refleksi dan terus memperbaiki kemampuan berpikir ilmiah bersumber pada kitab suci sebagai sumber dari segala sumber pengetahuan. Wallahu’alam.