Thursday, March 3, 2022

PENDIDIKAN DI NEGERI LOBI-LOBI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Indonesia itu beda dengan Jepang, Jerman dan Amerika. Bertahuan-tahun berupaya untuk menyamakan budaya hidup bangsa Indonesia dengan Jepang, Jerman, dan Amerika, ternyata kita harus berpikir ulang. Apakah harus kita hidup seperti gaya negara-negara maju, atau kita harus mengembangkan cara hidup yang sesuai dengan budaya kita sendiri? Mendengar keluh kesah orang-orang di negara-negara maju, ternyata mereka juga memiliki keluhan, hidup di negara maju terlalu keras sehingga menuntut mereka bekerja keras dan tidak bisa menerima kegagalan berujung dengan bunuh diri. Mereka mencemooh cara hidup orang-orang Indonesia, tetapi disisi lain setelah mereka bergaul dengan cara-cara hidup orang Indonesia, mereka menikmatinya karena hidup di Indonesia cenderung rileks dan menyenangkan sehingga mereka memilih tinggal di Indonesia berbaur dengan masyarakat dan alam Indonesia yang pada dasarnya ramah.

Bisa jadi, orang-orang Belanda bersikukuh ratusan tahun untuk menguasai Indonesia, karena masyarakat dan alam Indonesia sangat menawan hati orang Belanda. Bisa jadi pula orang-orang Indonesia selalu merasa gagal karena terlalu fokus dengan gaya hidup negara-negara maju, dan lupa bahwa di mana tempat dipijak di situ langit dijunjung. Artinnya bangsa Indonesia gagal menjunjung tinggi budaya-budaya hidup bangsa Indonesia sendiri yang tidak kalah dengan negara-negara maju di dunia. Negara-negara maju dengan budaya rasionalistik mereka sangat hitung-hitungan dalam mengaruhi kehidupan, karena materalis menjadi ukuran pokok mengukur keberhasilan hidup. Sedangkan Indonesia sebagai negara religius, memandang kehidupan sebagai tempat tinggal sementara sehingga cara berpikirnya sangat fleksibel. Bagi orang Indonesia dunia materi bukan satu-satunya tempat ruang hidup, ada ruang hidup lain yang akan dijalani yaitu ruang yang kekal di alam setelah kematian.

Kekuatan bangsa Indonesia bisa bertahan dalam kondisi sulit, karena harapan hidupnya tidak hanya diukur oleh dunia materil, tetapi oleh keberhasilan hidup yang non materil yang tidak diukur oleh kepemilikan sesuatu yang materil. Kaya dan miskin menjadi sesuatu yang tidak tendensius menjadi perbedaan kualitas hidup. Hidup orang kaya dan orang miskin sama-sama berpeluang gagal dan sukses di dunia. Ukuran kesuksesan bagi orang-orang Indonesia yang religius adalah bagaimana hidupnya berakhir dalam jalan kebaikan. Ketika akhir hidupnya berada dalam jalan kebaikan, tidak dipandang kaya atau miskin dialah sesungguhnya orang-orang sukses di dunia materil.

Indonesia sebagaimana negara-negara maju, hidup dengan hukum tata negara, norma adat, budaya, dan agama. Penyelesaian-penyelesaian masalah tidak selalu selesai di meja hukum tata negara, karena bangsa Indonesia punya norma adat, budaya, dan agama. Inilah keunggulan bangsa Indonesia dalam menyelesaikan masalah. Konflik-konfik yang terjadi di Indonesia selalu bisa terselesaikan tanpa konflik terbuka. Norma adat, budaya dan agama selalu berhasil meredam atau menyelesaikan masalah-masalah sosial di masyarakat hingga berujung pada perdamaian. Bisa jadi inilah penyebab mengapa Indonesia bisa jadi negara demokrasi dengan ciri khas unik sebagai demokrasi lobi (dialog) ala Indonesia.

Alam demokrasi di Indonesia selalu melibatkan lobi-lobi antara tokoh adat, budaya, dan agama. Sekalipun rumit tetapi bangsa Indonesia selalu berhasil keluar dari konflik terbuka, dan tetap hidup berdampingan. Inilah uniknya bangsa Indonesia berbeda dengan Jepang, Jerman, Amerika, Korea, dan Rusia. Sekalipun alam demokrasi terus berkembang, namun sikap saling menghargai terhadap norma adat, budaya, dan agama tetap terpelihara. Demokrasi di Indonesia tidak menghilangkan norma-norma yang ada tetapi lebih mengakomodasi seluruh norma yang ada menjadi sebuah harmoni kehidupan damai dan sejahtera. Demokrasi Indonesia menjadi tempat lobi-lobi seluruh unsur norma yang ada menjadi sebuah rajutan, mozaik, atau hexagonal yang tampak indah.

Kecerdasan bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa Jepang, Jerman dan Amerika. Bangsa Indonesia cenderung memiliki kecerdasan inter dan antar personal. Pandai bermain peran sebagaimana diimpelemtasikan dalam politik luar negeri Indonesia bebas aktif. Orang Indonesia tidak hipokrit tetapi pandai membaca peluang dan menempatkan posisi dimana posisi menguntungkan. Sikap ini terbentuk karena kondisi alam Indonesia serba ada, dan keteteran untuk mengolahnya. Norma adat, budaya, dan agama, dalam setiap keputusan memandu agar selalu terjadi keharmonisan hidup bermasyarakat dan bernegara. Pertimbangan-pertimbangan norma adat, budaya, dan agama, pada tataran implementasi selalu ikut memengaruhi keputusan hukum dan politik.

Bagi orang Jepang, Jerman, Amerika, mungkin tata cara hidup seperti ini sangat rumit dan sulit dipahami. Lalu mereka membuat stereotif prilaku orang Indonesia buruk, berdasar sudut pandang budaya yang mereka miliki. Stereotif ini disebarluaskan melalui berbagai macam cara, seperti tekanan politik, bantuan keuangan, substansi pendidikan, beasiswa pendidikan, ideologi, dan riset-riset yang menyudutkan Indonesia. Tujuannya agar budaya yang mereka miliki bisa sama-sama dimiliki orang Indonesia, sehingga mereka lebih mudah memasuki dan memengaruhi bangsa Indonesia.

Setelah bertahun-tahun merdeka, Indonesia tetap Indonesia. Norma adat, budaya, dan agama sangat mengakar kuat dalam kepribadian bangsa Indonesia. Di era informasi global, kita bisa saling menilai bahwa setiap bangsa punya kelebihan dan kekurangan. Untuk itulah Sukarno menyampaikan sebuah pesan dari Al-Qur’an; “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al Hujurat, 49:13).

Orang Indonesia tidak semua baik dan tidak semua buruk, demikian juga orang Jepang, Jerman, Amerika, Korea, China, tidak semua baik dan tidak semua buruk. Tidak pantas bagi siapapun menjelek-jelekan sebuah bangsa atau negara, kecuali kita saling kenal mengenal, bekerjasama untuk saling melengkapi kekurangan menjaga perdamaian dan kesejahteraan bumi tempat kita hidup bersama. Indonesia dengan kekayaan alam dan sumber daya melimpah, tentu banyak orang berkepentingan, maka pendidikan kami akan terus melatih menjadi negeri lobi-lobi untuk kepentingan bangsa dan dunia. Wallahu’alam. 

No comments:

Post a Comment