Friday, March 25, 2022

HATI-HATI ABU JAHAL MILENIAL

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Syaifudin Ibrahim dikenal sebagai guru nagji di salah satu pesantren kemudian pindah agama karena kekecewaan yang dialaminya. Kini beliau menjadi orang yang getol mengampanyekan kekurangan-kekurangan ajaran Islam. Baru-baru ini melalui media sosial beliau mengusulkan revisi 300 ayat Al-Qur’an yang menurut beliau berbahaya.

Mendengar celotehan ini tidak perlu kita sikapi berlebihan. Tidak perlu juga muncul sikap benci dan dengki didalam hati kita. Sikap yang harus muncul pada diri kita sebagai muslim adalah rasa belas kasihan, atas apa apa yang akan menimpa mereka yang mendustakan ayat-ayat Tuhan. Cukuplah bagi kita berpedoman pada Al-Qur’an.

Barang siapa yang datang dengan kebaikan, maka baginya yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa yang datang dengan kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan dengan apa yang dahulu mereka kerjakan (Al Qashshas, 28:84).

Ayat di atas menjelaskan sebuah ketetapan (takdir) yang tidak akan pernah berubah dari sejak zaman Nabi Adam diciptakan hingga sekarang.

Di dalam Al-Qur’an banyak kisah-kisah prilaku hidup manusia di zaman dahulu. Kisah Fir’aun mengabarkan bagaiman seorang penguasa sewenang-wenang karena merasa diri sebagai Tuhan yang dapat mengendalikan segalanya. Keuarga Nabi Yusuf mengisahkan bagaimana konflik yang terjadi dalam lingkungan keluarga, hingga berani mecelakai adik kandungnya sendiri. Abu Lahab adalah kisah orang kaya yang menggunakan hartanya untuk mendustakan ajaran Tuhan. Abu Jahal dikisahkan adalah orang yang getol mengolok-ngolok ayat-ayat Allah. Kisah ini akan terus berulang sesuai dengan situasi zaman.

Akan ada Fir’aun, Abu Lahab, Abu Jahal di setiap zaman. Di abad milenial akan ada manusia memerankan tokoh-tokoh ini. Akan ada Fir’aun, Abu Lahab, dan Abu Jahal di abad milenial. Umat Islam tidak perlu risau dan bimbang, karena nasib mereka sudah Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an. Mereka tidak sedang memerangi kita, tetapi mereka sedang memerangi Allah yang menciptakan mereka. Tidak ada sedikitpun kesenangan dan kemenangan bagi mereka yang memerangi Allah.

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. (Al Lahab, 111:1-3).

Kita sudah tahu bagaimana nasib akhir bagi orang-orang yang memerangi Allah. Mereka akan ada dalam akhir hidup yang mengerikan.  

Ketika kita dihadapkan pada orang-orang seperti itu, Allah sudah mengajarkan kepada kita semua. Cara sikap terbaik menghadapi olok-olokkan mereka adalah dengan mengabaikannya.

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang dzalim itu sesudah teringat.  (Al An’aam, 6:68).

Jadi tetaplah tenang, keburukan tidak akan terjadi pada diri kita dan umat Islam. Fokuslah pada upaya diri untuk memperbaiki membersihkan diri dari sifat iri dan dengki. Bebaskan diri kita dari sifat-sifat pencela, karena apa yang akan menimpa kita semua sangat tergantung pada prilaku yang kita kerjakan. Jangan merespon keburukan dengan keburukan, responlah keburukan yang dilakukan orang dengan respon terbaik sebagai telah diajarkan Allah di dalam Al-Qur’an.

Tetap bahagia sahabat-sahabat, mari kita rencanakan kebaikan demi kebaikan agar hidup kita tetap sejahtera. Semoga Allah membimbing kita semua. Kisah-kisah Abu Lahab di abad milenial akan terus bermunculan, dan itu pilihan manusia. Bagi orang-orang beriman akan tetap berada di jalan benar sekalipun keburukan demi keburukan dilakukan orang-orang pencela. Kabar buruk dari mereka adalah kabar baik bagi kita jika kita termasuk orang-orang yang bertakwa.  Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment