Sunday, July 28, 2024

KONSEP DASAR BARTER DALAM AL QURAN

Oleh: Muhammad Plato

Pada dasarnya konsep perdagangan adalah barter. Sistem ekonomi barter sudah dikenal sejak 6000 SM terutama oleh bangsa Mesopotamia. Barter menjadi cara masyarakat untuk bertransaksi karena ada perbedaan kebutuhan. 

Konsep dasar barter adalah saling menukar barang dengan ukuran nilai sepadan. Ukuran sepadan bisa tidak dalam bentuk wujud bendanya, tetapi dalam penilaian atas kebutuhan setiap orang yang mau melakukan barter. 

Di dalam Al Quran, ada konsep kisas. Konsep ini sering dikaitkan sebagai dasar penentuan hukuman. Kisas bisa jadi dasar untuk menentukan hukum dalam kehidupan. Namun demikian, penulis berpendapat konsep kisas bisa jadi dasar dalam transaksi atau perdagangan.

Al Quran  sebagai wahyu dari Allah tidak memiliki batasan ruang dan waktu. Bisa menjadi dasar dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Satu konsep dalam Al Quran bisa dipahami untuk berbagai hal dalam kehidupan, dengan pertimbangan tidak bertentangan ayat-ayat lainnya.

Namun demikian, manusia tidak dapat memutlakkan pendapatnya sebagai satu-satunya pendapat yang benar. Untuk itu dalam memahami Al Quran, sifatnya saling membantu, bekerjasama, mengungkapkan kebenaran. Sifat terbuka saling menghormati dan menghargai pendapat harus dikedepankan. 

Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim. (Al Maidah, 5:45).

Secara kontekstual ayat ini bisa jadi menjadi dasar dalam sebuah pertukaran barang. Dalam pertukaran barang berlaku, setiap pertukaran harus memiliki harga atau nilai yang sama. Secara jelas Al Quran mencontohkan penilaian harga yang sama dengan contoh jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, dsb.

Seperti kita sepakati dalam perdagangan tidak boleh ada yang dirugikan, kedua orang yang bertransaksi harus saling rela melepas barang yang dimilikinya. Kisas adalah keadilan dalam transaksi.

Seluruh kehidupan manusia adalah transaksi, dan dalam setiap transaksi harus mengandung keadilan. Setiap transaksi harus berdasarkan pada apa yang dikehendaki Allah.***



Saturday, July 27, 2024

TIDAK ADA TEMAN BAGI PELAKU KEJAHATAN KEMANUSIAAN

Oleh: Muhammad Plato 

Tidak ada lagi teman bagi siapa saja pelaku kejahatan. Dunia akan mengutuk kepada siapa saja yang secara terang-terangan melakukan kejahatan kemanusiaan. Isra3l sedang berada dalam tekanan penduduk dunia atas kajahatan kemanusiaan yang dilakukannya. 

Tidak akan ada lagi tempat berlindung bagi Isra3l. Kemana saja mereka pergi penduduk dunia akan mengenali mereka dan mereka tidak memiliki lagi teman setia. Teman-teman setia mereka akan pergi meninggalkan Isra3l dan berkata, "saya berlepas tangan dari apa yang kalian perbuat".

Pada awalnya Isra3l percaya, dia bisa menguasai Palestina, dengan kekuatan senjata dan benteng-benteng pertahanan yang mereka miliki, namun tidak disangka-sangka kekuatan militer, senjata, benteng, tidak bisa melindungi mereka. Berita ini telah dikabarkan di dalam Al Quran.

"...Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. (Al Hasyr, 59:2).

Sekarang tidak ada lagi teman bagi negara pelaku kejahatan kemanusiaan. Sekitar 30.000 korban kejahatan kemanusiaan dari Palestina adalah saksi begitu berbahayanya Isra3l bagi kemannusiaan. Tidak ada lagi teman bagi pelaku kejahatan kemanusiaan.

Seorang muslim ditakdirkan Allah untuk menjadi penjaga perdamaian. Seorang muslim harus berlaku adil kepada siapa saja yang menginginkan hidup damai. Sesungguhnya Allah menyukai keadilan dan perdamaian.

"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (Al Mumtahanah, 60:8).

Allah melarang orang-orang Islam menjadi teman bagi siapa saja yang jelas-jelas melakukan kejahatan kemanusiaan dan mengusir orang-orang dari kampung halamannya. Dan siapa yang melakukannya maka mereka termasuk orang dzalim. 

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim. (Al Mumtahanah, 60:9).

Siapakah orang dzalim itu? Mereka yang melakukan sesuatu tapi tidak diperintahkan Allah. Mereka yang melanggar ketentuan-ketentuan dari Allah. Mereka tergolong pada orang-orang fasik dan kafir. Tidak akan ada pertolongan bagi mereka. Tidak ada petunjuk bagi mereka. (Baca: Al Baqarah, 2:59, 254; Ali Imran, 3:192; An Nisaa, 4:168).***

Sunday, July 7, 2024

MEMAHAMI AL QURAN DARI KOSA KATA

Oleh: Muhammad Plato

Allah mengabarkan bahwa Al Quran diturunkan dalam bahasa arab. Pertanyaannya mengapa Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab? Mari kita cari tahun jawabannya mengapa Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab?

Bahasa Arab termasuk bahasa yang memiliki kosa kata sangat banyak. Satu kata dalam bahasa Arab bisa memiliki arti lebih dari satu makna. Para peneliti mengabarkan dalam satu kosa kata bahasa Arab, padanan katanya bisa mencapai 1500 makna. 

Belajar memahami Al Quran, bisa dilakukan dengan memahami kata demi kata. Contoh kata yang bisa kita ungkap dalam Al Quran adalah kata "Qalam". Kata kalam oleh kebanyakan ulama diterjemahkan dengan makna pena. 

"Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalamDia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al 'Alaq, 96:4-5). 

Ketika kalam diterjemahkan sebagai pena, dalam bentuk fisik pena adalah alat tulis. Jadi, pemahaman terhadap kata kalam ini perlu diperdalam lagi. Pada ayat 5 dijelaskan kalam berkaitan dengan pengetahuan. Ketika otak berpikir, yang diproses adalah pengetahuan.

Mengingat bahasa Arab memiliki banyak padanan kata, kita bisa telusuri penjelasan-penjelasan kata kalam merujuk pada Al Quran, dan penjelasan para ahli bahasa Arab. 

Fahmi Basya dalam bukunya "Bumi ini Al Quran" menafsirkan kata kalam dengan makna logika. Beliau mengatakan ketika Allah mengajari manusia, dicontohkan dalam peristiwa pembunuhan Habil oleh Kabil. 

Allah mengajari Kabil dengan mendatangkan burung yang sedang menguburkan mayat. Kabil lalu meniru burung cara menguburkan mayat. Proses Kabil meniru burung menguburkan mayat merupakan proses berpikir. Keputusan Kabil meniru burung merupakan keputusan dengan menggunakan kalam. 

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. (Al Maa'idah, 5:31).

"Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila." (Al Qalam, 68:1-2).

Dalam ayat ini, kalam berkaitan dengan menulis dan pikiran. Orang yang tidak gila ditandai dengan pikiran yang sehat. Nabi Muhammad pada saat itu, oleh orang-orang kafir Mekah dianggap gila karena wahyu Al Quran yang dibawanya, dan Allah menurunkan wahyu bahwa Nabi Muhammad tidak gila. 

Diduga kuat bahwa kalam adalah kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Pada faktanya, ketika manusia menuliskan sesuatu dengan pena dipastikan menuliskan hasil pemikiran. Kemampuan berpikir merupakan fungsi otak atau akal manusia. 

Berpikir logis menggunakan logika sebab akibat merupakan bagian dari kemampuan dasar akal manusia. Selanjutnya berkembang tentang ilmu berpikir, diantaranya berpikir silogis, kritis, kreatif, analogis, dan sintesis.

Dari kemampuan berpikir manusia berkembanglah berbagai ilmu pengetahuan disusun dalam bentuk buku-buku karya tulis manusia. Pada hakikatnya, berbagai ilmu pengetahuan adalah karya tulis produk dari kalam sebagai kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah pada manusia.*** 

TETAPLAH BERENCANA BAIK

Oleh: Muhammad Plato

Orang-orang beriman selalu merencanakan baik. Jangan merasa takut dengan rencana-rencana jahat orang karena setiap rencana akan kembali pada perencananya. Orang beriman selalu percaya pada rencana-rencana baik dari Allah. Rencana-rencana baik selalu bersama rencana Allah.

"Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari." (An Naml, 27:50).

"Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (Al A'raaf, 7:183). 

Kualitas iman seseorang dijelaskan di dalam Al Quran. Mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tanpa ragu, berjihad dengan harta dan jiwanya dijalan Allah. Konsep jihad bukan selalu perang. Membantu orang-orang miskin, anak yatim, membantu orang kelaparan dan terkena bencana, harus dilakukan dengan jihad. Membantu orang membebaskan dari perbudakan, genosida, harus dengan jihad. 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (Al Hujurat, 49:15).

Islam adalah ajaran yang selalu membawa rencana-rencana baik untuk kehidupan manusia. Fitnah-fitnah yang mendeskreditkan ajaran Islam, datang dari orang-orang yang punya rencana buruk dalam hati dan pikirannya. 

Beda orang beriman dengan orang kafir kepada Allah, terletak di hati dan pikirannya. Orang beriman hati dan pikirannya selalu merencanakan baik. Orang kafir hati dan pikirannya selalu merencanakan buruk untuk orang lain. 

Ancaman terbesar bagi orang beriman bukan kelaparan, penderitaan, atau kematian, tapi keragu-raguan keimanan kepada Allah. Orang beriman mendapat ujian demi ujian untuk melatih mereka tetap berpegang teguh beriman kepada Allah dalam segala kondisi.

Untuk orang beriman harus selalu mendapat kabar gembira dari Allah dengan membaca berita-berita gembira dari Al Quran. Inilah berita gembira yang diberitakan Allah dari Al Quran untuk orang beriman.

"Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (Fushshilat, 41:31).

Bagi orang beriman cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong. Sesungguhnya berita dari Al Quran mengandung kebenaran-kebenaran nyata.***

SEMUA MANUSIA ISLAM

Oleh: Muhammad Plato

Jika kita pikirkan semua manusia terlahir islam (tunduk). Sebenarnya sejak dalam kandungan hingga lahir manusia dalam keadaan tunduk. Tunduk dalam arti tidak bisa menentukan takdir hidupnya. Manusia sejak dalam kandungan hingga terlahir dia tidak mengetahui takdir-takdir hidup yang akan dialaminya. Inilah salah satu makna bahwa manusia sejak lahir sudah islam. 

Beberapa argumen yang memperkuat bahwa semua manusia sudah islam bisa kita temukan di dalam Al Quran. Allah menegur orang yang sudah mengaku diri beriman, dan menyarankan untuk mengatakan kami telah tunduk (islam).

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al Hujurat, 49:14).

Kita ketahui, para ilmuwan tidak layak dikatakan sebagai pencipta, tetapi sebagai penemu. Ilmuwan tidak menciptakan apapun kecuali dia menemukan dan mengolah apa yang telah Allah ciptakan. Air, tanah, batu, tumbuhanm gunung, gas, atom, molekul, elektron, gelombang, semuanya sudah ada. Semua manusia tunduk dan memanfaatkan pada apa yang telah Allah ciptakan.

Kemampuan manusia memanfaatkan benda-benda yang sudah ada juga bukan karena kekuatan manusia. Manusia yang dilengkapi dengan organ otak, mata, telinga, jantung, tangan, kaki, semua sudah ada dan hanya menggunakannya. 

Temuan-temuan yang dilakukan para ilmuwan, hanya melakukan sintesa terhadap benda-benda yang sudah ada. Seperti ketika kita membuat rumah, tidak ada satupun material yang dibuat manusia. Bahan-bahan material rumah hanya mensintesakan bahan-bahan material yang ada menjadi berbagai bentuk dan material sebagai akibat dari sintesa benda-benda yang sudah ada.

Dalam pandangan Allah, tidak ada satu orang pun manusia yang berjasa pada orang lain. Semua kesenangan yang diterima oleh manusia, bahkan manusia yang merasa berjasa pada orang lain, semuanya mendapat ksenenangan atas jasa Allah.

Mereka merasa telah berjasa (memberi nikmat) kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang berjasa melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". (Al Hujurat, 49:17).

Manusia hidup dalam batasan-batasan sehingga manusia pada dasarnya islam. Namun, akibat temuan-temuan teknologi yang dihasilkan, manusia kadang melampuai batas, merasa berjasa sebagai pencipta, merasa paling tahu. Seperti Fir'aun yang diberi kekuasaan, pada akhirnya merasa menjadi Tuhan. Gejala psikologi ini bisa terjadi pada para ilmuwan yang merasa telah menjadi pencipta.

Para ilmuwan, kadang merasa diri telah berjasa untuk kehidupan manusia. Merasa berjasa adalah awal gejala psikologi menyeret manusia bergeser hingga melampaui batas, merasa menjadi Tuhan. Allah mengingatkan dalam Al Quran, jangan merasa berjasa tapi katakanlah saya tunduk pada segala yang telah Allah ciptakan. 

Sebenanrya semua manusia seperti "orang-orang Arab Badui". Gambaran orang Arab Badui artinya hakikat semua manusia adalah bodoh, fanatik pada pengetahuan dan kebiasaan yang dimiliki, merasa diri benar, merasa berjasa, merasa sebagai pencipta, dan kadang merasa diri menjadi Tuhan. 

Hakikat sebenarnya, semua manusia pada level tingkatan manapun mereka adalah orang-orang islam, tunduk pada segala ketentuan yang telah Allah ciptakan. Untuk itulah semua manusia islam.***