Oleh: Muhammad Plato
Semua orang mengeluarkan pendapat pribadi, tidak ada satu orang pun mengeluarkan pendapat orang lain. Semua pendapat keluar dari pengetahuan yang tersimpah di otak masing masing.
Ketika presiden mengemukakan kebijakan, persepsi orang, presiden sedang mengeluarkan kebijakan negara. Padahal secara kontekstual presiden mengeluarkan kebijakan didasari pengetahuan yang dimilikinya secara pribadi.
Memang ketika presiden mengeluarkan kebijakan didasari undang-undang, data, fakta, dan masukkan tenaga ahli. Tapi ingat, semua pengetahuan yang didapat oleh presiden masuk ke memori otak, dan presiden memilih kebijakan yang dipilihnya berdasarkan kecenderungan hati sang presiden.
Intinya semua kebijakan, keputusan, pendapat, dikeluarkan dari pengetahuan yang dimiliki secara pribadi. Ketika orang mengakui pendapat presiden, menteri, gubernur, kiai, ulama, ustad, guru, hal ini muncul berdasarkan penerimaan dan pengakuan dari luar.
Seperti ajaran Islam diakui oleh orang yang mengakui Islam sebagai agamanya. Ketika kita berbicara kebenaran ajaran Islam pada agama lain, jelas tidak akan diterima karena mereka tidak mengakui ajaran Islam.
Selain itu, ketika orang tidak setuju atau tidak menerima pendapat orang lain, orang itu tidak setuju berdasar pendapat pribadi. Setuju dan tidak setuju terjadi karena ada perbedaan pengetahuan yang dimiliki.
Kesalahan lain terjadi, ketika seseorang melabeli negatif pada pendapat orang lain berdasar pendapat pribadinya karena merasa pendapatnya benar, padahal tidak ada satu orang pun manusia sebagai pemilik kebenaran.
Kesalahan berikutnya adalah ketika orang mengeluarkan pendapat merasa mewakili pendapat orang banyak, padahal fatktanya dia mengemukakan pendapat secara pribadi. Cara komunikasi ini bersifat provokatif dan bisa memancing emosi orang banyak.
Perlu dipahami bahwa dalam hidup ini hakikatnya tidak ada benar dan salah, yang ada adalah perbedaan pendapat karena setiap orang pengetahuannya terbatas.
Budaya intelek yang harus dibiasakan adalah budaya diskusi saling bertukar pendapat bukan menghakimi pendapat orang lain. Menerima atau tidak menerima pendapat orang lain merupakan proses pembelajaran yang dialami setiap orang dan menjadi ekspresi pribadi masing-masing.
Kata Allah jangan kamu merasa telah beriman tapi katakan saya telah berislam (menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan berserah diri). Iman seseorang sangat dinamis tetapi semua orang sudah pasti berislam dalam arti tunduk pada segala ketentuan Allah. Berislam artinya semua orang hidup di tanah, air, udara, matahari, langit, bumi, ciptaan Allah.
"Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al Hujuraat, 49:14).
Jangan menjadi Allah, jadilah manusia yang diciptakan Allah dengan sempurna yaitu manusia yang memiliki sifat buruk dan baik. Jika kamu merasa baik itulah keburukan mu, dan jika kamu merasa buruk itulah kebaikan mu.***