Friday, October 30, 2020

SHALAT RITUAL DAN FAKTUAL

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Shalat bagi muslim adalah perintah ibadah pokok yang tidak boleh ditinggalkan setiap hari. “Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi. (HR. An-Nasaa'i dan Tirmidzi). Dalam kisah Kerasulan Nabi Muhammad saw, shalat adalah perintah langsung dari Allah ketika Nabi mi’raj. Shalat ritual dicontohkan langsung oleh Rasulullah dengan gerakan berdiri, ruku dan sujud disertai bacaan doa sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad Saw.

Jika kita pakai hubungan konsep dan analisa hadis-hadis, shalat memiliki dua dimensi, yaitu ritual dan faktual.  Idenya bisa ditemukan dari Al-Qur’an, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya SHALAT itu MENCEGAH dari KEJI DAN MUNGKAR. Dan sesungguhnya MENGINGAT ALLAH adalah LEBIH BESAR. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Ankabuut, 29:45).

Berdasarkan ayat di atas pengertian shalat sudah jelas. Mengapa Allah perintahkan shalat, karena shalat mencegah prilaku keji dan mungkar. Jika kita lihat fakta kehidupan Nabi Muhammad Saw, shalat adalah tindakan ritual dan dicerminkan dalam prilaku Nabi Muhammad saw yang selalu beramal baik. Jadi antara shalat dan amal baik menjadi dua sisi dari satu mata uang. Pada kontek ini saya tafsirkan bahwa shalat memiliki dua sisi yaitu kegiatan ritual dan faktual. Shalat ritual contohnya sering kita lakukan lima kali sehari, shalat dhuha, tahajud, dan shalat sunah lainnya. Secara faktual shalat berbentuk tindakan-tindakan konkrit seperti zakat, sedekah, dan seluruh perbuatan baik yang membawa manfaat bagi kesejahteraan manusia dan penghuni bumi.

Shalat ritual dan faktual tidak bisa dipisahkan karena ibarat dua sisi dari satu mata uang. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan ada orang-orang yang lalai dari shalat, yaitu mereka yang tidak memberi makan anak yatim dan orang miskin, ria dan enggan membantu dengan barang-barang berguna. “(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat ria.” (Al Maa’uun, 107:6). Dikatakan bahwa ada orang-orang yang shalatnya tidak berkualitas karena secara faktual prilakunya tidak memberi manfaat pada orang banyak.

Selama ini pengertian shalat yang memiliki dua dimensi tereduksi menjadi satu dimensi yaitu ritual. Reduksi pemahaman masyarakat terhadap shalat menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan kita dalam mengelola keluarga, sekolah, masyarakat, organisasi, dan negara. Terjadilah suatu paradok bahwa di negara kita yang religius rajin ritual shalat, tetapi masyarakatnya tidak hidup tertib dan kurang menghargai kebersihan lingkungan artinya tidak shalat secara faktual. Sebaliknya di negara-negara maju lingkungan terlihat bersih dan tertib mereka shalat secara faktual, tetapi mereka tidak banyak mengenal ritual shalat.  

Sebenarnya Islam agama sempurna yang tidak menyuruh umatnya meninggalkan kehidupan dunia. Allah memerintahkan untuk menjaga keseimbangan antara hidup di dunia dan akhirat. Visi kehidupan akhirat harus ada dalam setiap misi hidup di dunia. Visi hidup sejahtera di akhirat harus diwujudkan dengan bekerja keras mengelola kehidupan dunia dengan sebaik-baiknya sebagai shalat faktual selain mendirikan shalat ritual.

Idealnya kehidupan umat Islam jika shalat ritual dan faktualnya berjalan seiringan, seperti menggabungkan antara peradaban Barat dan Timur. Ajaran Islam yaitu shalat jika dipahami memiliki dua dimensi yaitu ritual dan faktual tidak terpisahkan, dimanapun Islam berada akan membawa peradaban tinggi dan kesejahteraan bagi umat manusia.

Shalat ritual berguna untuk membangun harapan dan optimisme ketika kita menghadapi masalah. Shalat faktual seperti mengembangkan ilmu alam, sosial, dan teknologi, bekerja, dan berdagang, menjadi usaha fisik manusia sesuai dengan keyakinan pada Tuhan YME. Wallahu’alam. 

TAK AKAN ADA YANG MELEBIHI ALLAH

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Manusia sudah ditakdirkan Allah akan mengalami berbagai permasalahan hidup. Allah berfiman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (Al Balad, 90:4). Ketetapan ini berlaku pasti bagi seluruh manusia dipenjuru manapun. Masalah adalah kesulitan-kesulitan manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Masalah berikutnya adalah kesulitan manusia dalam menjaga keimanannya kepada Allah dalam segala kondisi.

Hati dan pikiran manusia selalu terjebak pada hal-hal yang bersifat materi. Ketika dihadapkan pada masalah manusia kadang fokus pada pertolongan-pertolongan dari selain Allah. Padahal Allah penolong manusia dalam segala masalah yang dihadapinya. Untuk itu banyak manusia yang terjebak melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diperintahkan Allah, seperti fokus meminta pertolongan pada sesama manusia, benda-benda yang dikeramatkan, ilmu-ilmu sihir, teknologi, dan ilmu-ilmu tentang keduniawian, padahal hakikatnya semua masalah Allah yang menyelesaikannya. Manusia sering melampau batas, dengan berprasangka bahwa seluruh permasalahan hidup hanya dapat diselesaikan karena kemampuan yang ada pada dirinya.

Allah berfirman, “dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,” (Al A’laa, 87:3). Semua ketentuan hidup dan petunjuk hidup ada dalam kekuasaan Allah. Seluruh gerak dan upaya manusia dalam menyelesaikan masalah hidupnya tidak lepas dari petunjuk dari Allah. Masalah besar manusia adalah menjaga kesadaran bahwa Allah pemilik segala tindakan yang dilakukan manusia. Manusia dalam segala tindakannya hanya berserah diri kepada Allah. Seluruh kreatifitas dan segala yang diciptakan manusia semuanya berdasarkan pada kadar yang telah ditetapkan dan petunjuk Allah.

Ketika kita dihadapkan pada suatu permasalahan, sesunguhnya bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah, akan ingat Allah dan fokus memohon pertolongan pada Allah. Sabar dan shalat adalah tata cara yang diajarkan Allah ketika manusia ingin mendapat pertolongan Allah. “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (Al-baqarah, 2:5). meminta pertolongan pada Allah adalah pekerjaan berat bagi mereka yang tidak yakin, namun bagi mereka yang total yakin bahwa Allah penyelesai masalah, sabar dan shalat adalah pekerjaan mudah karena punya keyakinan haqul yakin Allah sebagai penyelesai masalah, dan tidak akan ada yang melebihi Allah.

Nabi Muhammad saw ketika menghadap Perang Badar, jika melihat fakta sejarah Perang Badar, tidak aka nada satu orang pun dapat menyangkan bahwa pasukkan Nabi Muhammad saw yang jumlahnya hanya sepertiga dari jumlah musuh akan memenangkan peperangan. Maulana Muhammad Ali, (2015, 143) menjelaskan, “pasukan muslimin hanya 313 melawan 1000 orang bersenjata lengkap. Sejumlah hlm. 313 sebagian pasukkan itu pikirannya tidak meyukai kondisi peperangan ini karena mereka berprasangka bahwa dalam perang ini mereka akan binasa. Hal ini direkam dalam Al-Qur’an, “sesunguhnya sebagian dari orang beriman tidak menyukainya, … seolah-olah mereka dihalau kepada kematian,…” (Al-Anfal, 8:5-6).

Selanjutnya Mulana Muhammad Ali (2015, hlm. 143-145) menjelaskan bahwa pasukan kecil kaum muslimin ini direkrut secara terburu-buru dengan persenjataan seadanya, lalu berjalan ke luar kota kea rah Mekah untuk mengecek serangan gencar kaum Quraisy karena tidak diperbolehkan bertempur di dekat rumah di Madinah. Sementara pasukan musuh adalah tentara terlatih, dari kaum muslimin terdiri dari atas anak-anak muda yang belum berpengalaman. Pasukan musuh dilengkapi persenjataan dna baju rantai dengan lengkap. Mereka memiliki ratusan pasukan kuda dan didukung dengan 700 unta. Pasukan kuda dan unta kaum muslimin tidak lebih dari 72 ekor saja.  

Perang Badar adalah peperangan yang unik, karena pasukan yang lemah bisa mengalahkan kekuatan yang besar. Hasilnya pemimpin-pemimpin pasukan musuh tebunuh, sebanyak 70 pasukan musuh binasa, dan 70 orang ditawan. Sementara dari kaum muslimin 14 orang terluka dan meninggal.

Kemenangan dari kaum yang dipandang lemah ini dikabarkan dengan indah dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. (Ali Imran, 3:13).

Kisah ini mengandung pelajaran bagi yang memiliki mata hati (liulil abshar). Tidak ada masalah yang paling berat yang dihadapi Nabi Muhammad Saw ketika mengemban tugas kerasulannya. Nabi Muhammad saw sangat waspada pada saat itu dan berdoa untuk mengembalikan segala kekuatan kepada Allah. “ya Allah akankah Engkau mencelakakan pasukan kecil ornag-orang beriman ini menjadi binasa hari ini. Jika demikian, tidak akan seorang pun di bumi ini yang akan menyembah Engkau dan mengemban risalah-Mu ke dunia”. (Maulanan Muhammad Ali, 2015 hlm. 144). 


Salah satu pelejaran penting dari kejadian Perang Badar adalah tidak ada yang melebihi kekuatan Allah. Bagi orang-orang beriman yang terlihat lemah sesungguhnya keimanan kepada Allah yang lurus akan menguatkan kondisi yang lemah. Mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, buktikan bahwa Allah akan menguatkan dan menyelesaikan semua masalah. Wallahu’alam.

Wednesday, October 28, 2020

PRESIDEN PRANCIS PASTI MENYESAL

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Presiden Perancis telah mengampanyekan kembali ajaran Islam di Eropa. Semakin dihujat ajaran Islam akan semakin dipelajari banyak orang. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dengan karikatur tidak akan merendahkan kemuliaan Nabi Muhammad Saw. presiden Perancis dan pendukungnya sedang berperang dengan dirinya sendiri.  Bisa jadi diawal abadi 21 ini, prilaku-prilaku pemimpin seperti presiden Perancis ini adalah tanda sedang meredupnya kekuasaan Perancis di kancah internasional.

Kebebasan berkespresi yang sedang dikampanyekan presiden Prancis pada akhirnya akan menenggelamkan negaranya sendiri. Kebebasan berkepresi yang dijamin undang-undang negara mereka akan menjadi boomerang bagi kehancuran bangsa mereka sendiri, lambat tapi pasti.

Ketika mereka membuat karikatur Nabi Muhammad Saw, mereka tidak sedang berhadapan dengan umat Islam, tetapi sedang berhadapan dengan kekuasaan Allah yang memiliki hukum-hukum dalam kehidupan. Bagi siapa saja yang berniat melecehkan kekasih Allah, dia sedang berhadapan langsung dengan Allah swt. Presiden Perancis kelak pasti menyesal.

Percaya atau tidak, yakin atau tidak yakin, mengakui atau tidak, hukum Allah telah ditetapkan dan itu berlaku pasti. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,” (Al Israa, 17:7). Satu ayat ini cukuplah menjadi catatan kita bahwa presiden Perancis sedang mengubur dirinya sendiri. Ketetapan Allah berlaku untuk alam semesta. Pahami dan hayati ayat ini dengan baik, dan mari kita buktikan sama-sama apa yang akan terjadi pada orang-orang yang berprilaku jahat. Dia sendiri yang akan menerima kejahatan itu. Pengadilan Allah akan mengadili dengan seadil-adilnya.


Jika kekasih Allah direndahkan, dihinakan, maka Allah sendiri yang akan bertindak. Allah akan menggerakkan alam, hewan, tumbuhan, manusia, untuk mengadilinya. Dengan keterangan satu ayat di atas, sebagai muslim kita tidak akan membalas kejahatan dengan prilaku jahat. Reaksi-reaksi yang kita lakukan semata-mata untuk saling mengingatkan bahwa hidup ini tidak memiliki kebebasan yang melampaui batas. Kebebasan kita dibatasi oleh kehormatan harkat dan martabat manusia lain.

Jika umat Islam memuliakan Nabi Muhammad saw, bukan semata-mata umat Islam mengkultuskan Nabi Muhamad saw, tetapi karena umat Islam diperintah Allah untuk menghormati, menghargai, dan memuliakan Nabi Muhammad Saw. Bagi non muslim yang tidak percaya pada ajaran Islam, mungkin Nabi Muhammad saw bukan siapa-siapa, tetapi Allah telah mengutus Nabi Muhammad Saw sebagai penyejahtera kehidupan umat manusia.

Islamofobia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan Muslim (id.wikipwdia.org), telah terjadi di masyarakat Perancis, hal ini bukti bahwa negara yang kita anggap maju ternyata sekelas presidennya pun tidak literat. Mereka tidak bisa membaca pola prilaku kehidupan masyarakat di dunia. Mereka hanya memandang dunia berdasarkan pengetahuan empiris atas dasar sudut pandang mereka sendiri tanpa belajar sudut pandang dari bangsa, budaya, dan agama orang lain. Untuk itulah kemajuan Perancis dalam budaya, teknologi, tidak menjamin bangsa Perancis menjadi bangsa berperadaban tinggi, karena mereka ternyata telah terjebak oleh kesombongan, dan keangkuhan dirinya sendiri.

Ternyata presiden-presiden kita dan masyarakat Indonesia dalam hal ini lebih berperadaban tinggi dibanding masyarakat Perancis.  Dalam Undang-Undang RI sampai kapan pun undang-undang kita tidak akan pernah membenarkan warga negaranya untuk menghina orang-orang suci yang disucikan oleh masyarakat dan agama orang lain. Prilaku seperti ini bukan semata larangan dari UU Republik Indonesia, tetapi masyarakat beragama terutama umat Islam telah dilarang oleh Allah untuk menghina agama atau orang-orang suci agama lain dengan cara atau ekpresi apapun. Dalam undang-undang negara kami bukan kebebasan berekspresi jika menghina dan merendahkan keyakinan orang lain.

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al An’aam, 6:108).

Itulah ajaran Islam yang sebenarnya sempurna. Jika diantara kami orang Islam ada yang menghina agama lain, orang-orang suci agama lain, itu tidak mewakili ajaran Islam tetapi mewakili prilaku seseorang yang belum paham Islam sekalipun dirinya mengaku beragama Islam.

Kesimpulan kami, ajaran agama Islam lebih tinggi kedudukannya dari pada undang-undang kebebasan berekspresi yang diyakini presiden Perancis. Namun kami menghargai silahkan saja orang hidup dengan keyakinan masing-masing, tetapi jika anda sudah menghina dan merendahkan kekasih Tuhan, maka anda sedang berperang dengan Tuhan yang memiliki kekuatan dari langit sampai bumi dan akan menggerakkan seluruh makhluk-Nya untuk membela hak-Nya. Selamat berjuang presiden Perancis, anda telah menantang Tuhan Semesta Alam. Tidak perlu kami menghakiminya biarlah Allah yang menghakimi. Sesungguhnya kita semua akan kembali kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Wallahu’alam. 

Friday, October 23, 2020

SHALAT ADALAH MUKJIZAT

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Semua yang dikabarkan Al-Qur’an memiliki bukti nyata, hanya saja karena keterbatasan pengetahuan manusia, ada hal-hal yang dikabarkan di dalam Al-Qur’an belum bisa dibuktikan oleh manusia. Bukan kabar dari Al-Qur’an yang tidak punya bukti tetapi keterbatasan manusia dalam membuktikannya. Keterbatasan manusia terletak pada kualitas berpikir akalnya. Manusia-manusia berakal rendah, dan sombong, merasa pemilik kebenaran, tidak akan mempu mengungkap bukti-bukti kebenaran informasi dari Al-Qur’an.

Bagi yang membatasi kemampuan berpikir, mukjizat hanya bisa dialami oleh para Nabi dan Rasul. Padahal para Nabi dan Rasul adalah manusia seperti manusia pada umumnya. Para Nabi dan Rasul mereka merasa lapar, haus, sakit, sedih, gembira, takut, dan marah. Namun keyakinan dan kedekatannya dengan Allah para Nabi dan Rasul berhasil mengendalikan nafsu-nafsu destruktifnya menjadi manusia-manusia berjiwa tenang, lemah lembut dan layak menjadi teladan bagi manusia. Allah mengutus para Nabi dan Rasul untuk menjadi contoh teladan bagi manusia. Dengan demikian jika manusia mengikuti jejak para Nabi dan Rasul maka tidak mustahil manusia-manusia itu akan bertemu dengan mukjizat-mukjizat seperti yang dialami oleh para Nabi dan Rasul.

Bagaimana manusia agar bisa menemukan mukjizat-mukjizat hidup yang dijanjikan Allah? Kuncinya adalah ikuti jejak-jejak hidup para Nabi dan Rasul sebagaimana diperintahkan oleh Allah. Siapapun manusianya jika tidak  mau melakukan apa yang diperintahkan Allah, dia tidak akan mengalami, dan membuktikan adanya mukjizat dari Allah.

Nabi Musa tidak akan bisa membuktikan tongkatnya jadi ular jika Nabi Musa tidak melemparkan tongktatnya sebagaiman diperintahkan Allah. Nabi Musa juga tidak akan bisa membelah laut jika tidak memukulkan tongkatnya ke laut sebagaimana diperintahkan Allah.

“Dan kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan.” (Al ‘Araaf, 7:117).

Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (Asy Syu’araa, 26:63).

Shalat adalah perintah Allah langsung kepada Nabi Muhammad saw, maka siapapun orangnya tidak akan bisa membuktikan kebenaran dan mukjizat shalat jika tidak mau melakukannya. Jadi kunci agar manusia bisa membuktikan mukjizat-mukjizat dari Allah manusia harus memikirkan dan melakukan apa yang diperintahkan Allah. Shalat wajib lima waktu dalam sehari, shalat dhuha 12 rakaat tidak bisa dirasakan manfaat, dan mukjizatnya jika tidak dilakukan. Lakukanlah maka Allah akan memberikan kabar gembira bagi siapa yang melakukannya.

Inilah kesadaran yang harus dipahami dan dihayati oleh manusia bahwa mukjizat-mukjizat dari Allah akan dapat dirasakan dan dibuktikan jika manusia mampu berkonsentrasi dan konsisten untuk melaksanakan segala perintah Allah. Mukjizat-mukjizat itu akan kita rasakan dan buktikan satu persatu dengan keberanian memikirkan dan melakukannya. Shalat adalah perintah dari Allah dan ada mukjizat dibalik shalat jika kita mau melakukannya.

Untuk itulah mengapa sekolah mengjarkan shalat kepada anak-anak didik sebagai pendidikan karakter. Pelajaran shalat tidak akan pernah berakhir dan harus diajarkan dalam seluruh tingkatan pendidikan. Shalat adalah ajaran dari Allah, dan dibalik itu pasti banyak mukjizat bakal kita temukan sampai akhir khayat jika kita konsisten melakukannya. Shalat meliputi empat dimensi keilmuan, mulai dari syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Maka shalat belum selesai kita pahami sebelum sampai pada tingkat makrifat. 

Kelemahan kita selama ini adalah kita selalu membatasi dengan pikiran-pikiran kita padahal Allah memerintahkan kepada kita untuk memikirkan ayat-ayat-Nya dan mau melakukannya sehingga janji Allah akan memberikan pahala yang besar, mengembirakan, dapat kita rasakan dengan bukti langsung pada diri kita sendiri. Shalatlah!!! dan buktikan sendiri mukjizatnya. Selamat mencoba dan semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua. Wallahu’alam.

Tuesday, October 20, 2020

MINDSET JALAN YANG LURUS

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Umat Islam setiap hari minimal 17 kali akan berdoa kepada Tuhannya, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Alfatihah, 1:6-7). Diantara doa yang dipanjatkan orang Islam, doa ini termasuk yang paling banyak dilantunkan.

Hidup ini faktanya terdiri dari dua jalan, jalannya lurus diridhai jalan kanan dan jalan lurus dimurkai jalan kiri. Dua jalan sama-sama mendaki jika kita menjalaninya. “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidakkah sebaiknya  ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?” (Al Balad, 90:10-12).

Apakah jalan lurus itu? Allah berfirman di dalam Al-Qur’an, “dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” (Yasin, 36:61). Di dalam ayat lain Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (Ali Imran, 2:51). Dalam surat lainnya Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.” (Maryam, 19:36). 

Berdasarkan informasi dari Al-Qur’an jalan yang lurus adalah penyembahan kepada Allah tuhan dari seluruh manusia, yang tidak beranak dan beribu, tidak melahirkan dan dilahirkan. Mempertahankan penyembahan kepada Allah Tuhan Yang Esa, inilah mindset inti dari jalan yang lurus.

Menjaga kesadaran hati, pikiran, bahwa Allah swt sebagai segala sebab dan akibat dalam segala kejadian adalah jalan yang lurus. Jalan yang lurus adalah mindset yang selalu menjadikan Allah sebagai sebab dan akibat dari segala kejadian. Allah mengajari manusia sebab akibat dalam segala kejadian, dan segala sebab akibat kejadian semuanya ada di atas kehendak Allah. “dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,” (Al A’la, 87:3).

Menjaga mindset bahwa Allah sebagai segala sebab dan kajadian adalah jalan yang lurus. Penyebab kesejahteraan hidup manusia bukan ilmu, pekerjaan, perniagaan, kerja keras, atau keberuntungan. Penyebab kesejahteraan adalah Allah. Ilmu, pekerjaan, kedudukan, perniagaan, kerja keras, dan keberuntungan adalah takdir-takdir Allah yang harus dilalui manusia sebagaimana Allah kehendaki. Maka dibalik ilmu, pekerjaan, kedudukan, kerja keras, perniagaan, dan keberuntungan ada kehendak Allah sebagai penyebab kesejahteraan. Inilah mindset jalan yang lurus. Jalan pikiran yang selalu menjadikan Allah Esa sebagai penyebab segala kejadian, tidak terganggu oleh sebab kejadian-kejadian alam berdasar penglihatan.

Jadi jalan yang lurus adalah mindset yang lurus yang selalu menjadikan Allah sebagai segala sebab dalam kejadian. Jalan yang lurus adalah pengakuan bahwa Allah Tuhan Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Allah tuhan pengampun bagi para pembuat dosa, dan Allah Tuhan dari seluruh manusia.  Allah tuhan yang memberi makan dan minum kepada seluruh makhluk di alam semesta. Inilah mindset jalan yang lurus yang harus terus dijaga dikala sempit maupun lapang, siang maupun malam, dosa maupun tidak berdosa. Semoga Allah tetap menempatkan mindset kita berada dijalan yang lurus. Wallahu’alam. 

Monday, October 19, 2020

APAKAH ANDA SUDAH BEKERJA KERAS?

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Jepang, Korea, China terkenal sebagai negara dengan penduduk pekerja keras. Jepang dengan kedisiplinannya dalam bekerja mereka tidak boleh gagal. Harakiri dianggap sebagai kemenangan. Korea dengan kegigihannya mereka belajar dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam. China dengan semangatnya jam 3 pagi sudah mulai beraktivitas dan jam 11 malam mereka baru tidur. Kerja keras mereka diukur dari jam kerja dan belajar.

Indonesia sebagai negara religius memiliki budaya kerja tinggi. Jam 3 pagi sudah mengawali aktivitasnya dengan adzan awal berkumandang di masjid. Tahajud bersambung shalat subuh dan dilanjutkan dengan aktivitas kerja diakhiri dengan shalat isya jam 9 malam. Allah sudah menetapkan orang-orang terbaik adalah yang paling sedikit tidurnya. Orang-orang terbaik menurut ukuran negara religius adalah mereka yang cepat tidur dan cepat bangun.

Kerja keras bukan ukuran waktu tetapi ukuran pola hidup sebuah bangsa. Ukuran kerja keras bukan masalah waktu yang dihabiskan untuk bekerja tetapi kualitas pekerjaan yang kita gunakan dalam beraktivitas. Allah menetapkan ukuran bagaimana seseorang sudah bekerja keras.

Ukuran kerja keras orang Jepang, Korea, China berbeda dengan ukuran budaya kerja keras bangsa Indonesia. Perbedaan itu terletak pada pola pikir masyarakat dalam menyikapi pekerjaan. Perbedaaan pola pikir terletak pada tujuan hidup masyarakat dalam mengarungi kehidupan dunia. Pola pikir orang Indonesia yang membedakan dengan pola pikir orang Jepang, Korea, China adalah religiusitas. Dalam ukuran masyarakat religius bekerja keras bukan hanya menggunakan waktu untuk bekerja, tetapi mengisi waktu demi waktu sebagai wujud dari ketaatan kepada Tuhan.

Belajar, berniaga, menjadi pekerja bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia, tetapi sebagai bagian dari kebutuhan untuk hidup di akhirat. Inilah perbedaan nilai kerja keras antara bangsa religius dengan bangsa sekular. Bangsa religius memiliki kualitas moral tinggi, karena keberhasilan bekerja bukan diukur dari keberhasilan dunia semata, tetapi keberhasilan untuk kembali kepada Tuhannya.

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. (Al Insyiqaaq, 84:6).

Pada dasarnya semua manusia bekerja keras akan kembali kepada Tuhan, disadari atau tanpa disadari. Maka orang-orang yang menyadarinya yang akan membuktikan kebenaran itu kelak di hari perhitungan. Bukan bekerja keras tanpa kesadaran kembali kepada Tuhan. Berapa jam pun kita bekerja keras tanpa ada kesadaran kembali kepada Tuhan maka bukanlah kerja keras karena dipastikan hasilnya akan mengecewakan.

Mereka yang tidak sadar akan kembali kepada Tuhan akan mendapat kecelakaan karena pada hari akhir mereka mendapati tempat kembali yang buruk. “Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Al insyiqaaq, 84:12).  Dan mereka yang menyadari bahwa kerja kerasnya untuk kemabli kepada Tuhan akan mendapat tempat kembali yang sangat menyenangkan. “dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (Al Insyiqaaq, 84:9).

Apakah anda sudah bekerja keras? Belum bekerja keras jika di dalam pekerjaan kita tidak ada kesadaran untuk kembali kepada Tuhan. Tanpa ada keadaran kembali kepada Tuhan, kita hanya bekerja keras menghabiskan tenaga yang hanya akan dapat kepayahan dan tidak akan menikmati hasil dari kerja keras. Kesadaran bekerja untuk kembali kepada Tuhan menentukan apakah kita bekerja keras atau hanya hidup dalam kesulitan.

Setiap suku, bangsa, negara punya budaya kerja keras karena mereka harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi tidak semua suku, bangsa, dan negara punya budaya kerja keras, jika mereka tidak punya kesadaran kembali kepada Tuhannya. Bersyukurlah bangsa Indonesia termasuk negara yang punya kesadaran kembali kepada Tuhannya dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Semoga Allah menjaga kebesaran negara kita. Wallahu’alam. 

OBATI SAKIT DENGAN AL-QUR’AN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Ingat berbahagialah orang-orang sakit, karena orang sakit tiada berdosa. “Tiada dosa atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (At Taubah, 9:91).

Al-Quran adalah obat dari segala penyakit. Tidak ada keburukan dari sakit yang Allah timpakan kepada seseorang. Semuanya adalah kebaikan bagi mereka yang menerima segala ketentuan dari Allah. Obati sakit sebagai Allah menjelaskan bagaiman cara mengobatinya. Obat sakit adalah segala perbuatan baik yang kita lakukan karena Allah.

Bagaimana Allah mengabarkan mengobati orang sakit. Allah memberitakan di dalam Al-Qur’an bagaimana orang sakit agar mendapat kebahagiaan dan keberuntungan di jalan Allah. Lakukan pengobatan sebagaimana Allah memerintahkan.

Kabar Al-Quran

Pengobatan

Maka barang siapa diantara kamu sakit… (Al Baqarah, 2:184)

Membayar Fidyah, memberi makan seorang miskin, puasa.

Jika ada diantara mu yang sakit..(Al Baqarah, 2: 196)

Sedekah atau berkorban, umrah.

Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit…(Al Muzzammil, 73:20)

Baca Al-Quran yang mudah, shalat, zakat, dan beri pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik, mohon ampunan

Dari beberapa kabar ayat Al-Qur’an di atas, dapat disimpulkan bahwa obat dari sakit adalah melakukan hal-hal baik sebagaimana Allah perintahkan. Rasulullah bersabda, “obati sakit dengan sedekah”. Apa yang dianjurkan Rasulullah tidak lepas dari apa yang diajarkan Allah di dalam Al-Qur’an. Prinsip dasarnya sakit diobati dengan sedekah yaitu dengan berbuat baik sesuai yang Allah perintahkan sekemampuan dan yang mudah untuk dilakukan.

Ketika sakit obati dengan perbuatan baik yaitu dengan mengeluarkan harta pemberian Allah untuk memberi kehidupan kepada orang lain. Prinsipnya Allah tidak memberatkan hambanya, tetapi menghendaki kemudahan. “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al Baqarah, 2:184).

Dari berbagai kabar pengobatan yang dianjurkan oleh Allah, maka manusia berhak memilih mana yang mampu dilakukan. Pada intinya sakit harus diobati dengan berbuat baik yang berdampak baik bagi diri maupun orang lain sekecil apapun.

Berobat ke dokter adalah salah satu bagian dari perbuatan baik sebagaimana perintah Allah untuk berbuat baik. Pada saat pergi ke dokter kita mengeluarkan harta yang kita miliki yang diserahkan kepada dokter. Pada hakikatnya dokter tidak mengobati, tetapi karena kita berhijrah pergi ke dokter, dan mengeluarkan harta, karena itu Allah mengganti dengan pengampunan berupa kesembuhan.

Atas dasar keterangan Al-Qur’an untuk mengobati sakit kita harus menyempurnakan ikhtiar dengan berusaha berbuat kebajikan sebagaimana Allah perintahkan sesuai dengan kemampuan. Mengeluarkan sedekah, memberi makan orang miskin, membaca Al-Qur’an, shalat, memohon ampunan, harus dilakukan semampunya ketika kita sakit. Selain pergi ke dokter, tidak dilarang Allah ketika sakit kita pergi ke panti asuhan, panti jompo, kerabat miskin, tetangga miskin, untuk mengeluarkan sedekah sekemampuan.

Semua orang pasti sakit, dalam keadaan sakit tidak boleh sedikitpun kita lepas dari keyakinan kepada Allah. Maka untuk menjaga keyakinan kepada Allah tetap ada, obati sakit dengan mengingat Allah melalui berhijrah untuk berobat, shalat, puasa, sedekah, berkorban, umrah atau membaca Al-Qur’an. Mana saja yang bisa kita lakukan asalkan semua niat karena keyakinan pada perintahNya, Allah menjanjikan suatu pahala besar ampunan bagi yang mau melakukannya.

Demikianlah sahabat kabar dari Allah dalam Al-Qur’an bagaimana kita seharusnya mengobati sakit. Jikalau kesembuhan belum kita dapatkan, maka hakikatnya keimanan kita tidak boleh terlepas karena sakit yang kita derita. Tugas saya hanya menyampaikan kebenaran, segala ketentuan adalah milik Allah. Semoga kita menjadi orang-orang yang tetap dijaga iman kita sampai ajal menjemput. Amin… Kebenaran milik Allah dan kesalahan milik manusia. Wallahu’alam. 

Saturday, October 17, 2020

SUDUT PANDANG ORANG BERIMAN

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Ketika orang-orang berpendidikan tinggi, memiliki jabatan tinggi, dan sama sama berpengaruh, masing-masing punya sudut pandang berseberangan, maka sudut pandang mana yang akan Anda pilih? Bisa jadi Anda akan memihak salah satu. Tapi apakah sudut pandang yang lain yang tidak anda pilih sudut pandangnya salah? Di sinilah fungsinya petunjuk dari Allah yang sumbernya kitab suci Al-Qur’an.

Orang-orang beriman berdiri sebagai individu yang independen. Pengertian independen di sini bukan tidak memihak kepada dua pihak yang berseberangan. Namun demikian bisa jadi ketika orang beriman mengemukakan pendapatnya atas dasar sudut pandang dari petunjuk kitab suci, pandangannya memiliki kesamaan dengan salah satu pihak. Pada poisisi ini orang-orang beriman harus tetap jujur bahwa pandangannya tetap berdasar pada petunjuk Tuhan bukan karena memihak pada salah satu kubu sudut pandang yang berseberangan.

Sudut pandang seseorang harus benar-benar merdeka, bukan karena pengaruh keilmuan, kedudukan, kekeluargaan, pertemanan, atau jabatan.  Kemerdekaan sudut pandang jika seseorang mempertahankan sudut pandangnya berdasarkan pada kitab suci yang diimanninya. Kitab suci bukan karya seseorang, kitab suci adalah lisannya Tuhan. Barang siapa bersudut pandang dengan petunjuk pada kitab suci maka dia sedang bersudut pandang seperti perintah Tuhannya.

Sudut pandang orang-orang beriman bukan sudut pandang karena hawa nafsunya. Sudut pandang orang beriman adalah sudut pandang yang berserah diri kepada petunjuk Tuhan. Sudut pandangnya tidak untuk memosisikan dirinya benar, sudut pandangnya hanya mengemukakan apa apa yang sudah djelaskan oleh Tuhan dalam kitab suci.

Sudut pandang manusia terbatas berdasarkan pada yang dilihat, dengar, dan pikirkan. Apa yang dilihat, dindegar, dan dipikirkan objeknya adalah pengetahuan. Perbedaan isi kepala dari orang beriman dan bukan orang beriman adalah masalah isi pengetahuan di kepala. Isi kepala orang beriman diliputi pengetahuan yang sumbernya dari Tuhan, sedangkan isi kepala orang tidak beriman sebagian besar pengetahuannya bersumber dari pengetahuan alam, dan karya pemikiran manusia-manusia lain. Sumber pengetahuan dari Tuhan yang menjadi petunjuk bagi manusia disepakati sumbernya adalah kitab suci dan atau perbuatan Nabi Muhammad saw.

Sudut pandang di dalam Al-Qur’an dijelaskan sebagai prasangka manusia yang bersumber pada pengetahuan yang dimilikinya. “Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.” (Yunus, 10:66).

Prasangka manusia berdasarkan pengetahuan, pemikiran dari alam adalah praduga yang sebagian benar atau sebagian salah. Maka prasangka manusia yang berdasar pengetahuan dari Tuhanlah yang dianjurkan oleh Tuhan. Setiap prasangka manusia yang berdasarkan pengetahuan dari Tuhan, maka Tuhanlah yang akan melindungi parasangkanya. Itulah sudut pandang yang harus selalu dikemukakan manusia.

Kesalahan manusia dalam bersudut pandang selalu melampaui batas, dengan mengakui sebagai pemilik kebenaran. Sudut pandang manusia adalah sebatas sudut pandang, tidak membenarkan dan tidak menyalahkan karena pada diri manusia tempatnya salah dan benar. Sementara Tuhan pemilik segala kebenaran dan tidak pernah mengajarkan kepada manusia untuk memaksakan kebenaran. Allah lah yang akan memberikan penghakiman kepada setiap sudut pandang seseorang. Wallahu’alam.

ALQURAN ADALAH KABAR GEMBIRA

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Begitu banyak informasi yang kita dapatkan dari berbagai media informasi, maka semakin sulit kita menentukan mana kabar yang benar dan mana kabar yang salah. Rakyat berteriak menyuarakan kebenaran, pemerintah juga berteriak menyuarakan kebenaran. Kita ada dalam dunia penuh dengan informasi yang semakin sulit membedakan mana yang benar.

Semakin banyak informasi diakses ternyata manusia semakin bodoh, karena tidak mampu membedakan mana yang benar dan salah. Semua terjebak menjadi pemilik kebenaran dan menjelma manjadi Tuhan yang merasa punya ototritas untuk mengkalim sebagai pemilik kebenaran.

Orang-orang beriman tidak mengklaim sedikitpun sebagai pemilik kebenaran. Orang-orang beriman hanya mengikuti apa yang telah diperintahkan Tuhan yaitu sampaikan kebenaran dan jangan memaksakannya. Berikanlah peringatan dengan sabar dan dengan cara-cara yang baik. Bukan tugas pemberi peringatan untuk melabel seseorang baik atau buruk. Pemberi peringatan melepaskan diri dari segala perbuatan yang dilakukan seseorang apabila dia telah memberikan peringatan.

Kebaikan dan keburukan seseorang ditentukan oleh niat seseorang. Niat seseorang hanya Allah yang tahu dengan pelakunya. Maka mengklaim seseorang baik dan buruk tidak diperkenankan kepada setiap orang kecuali kepada mereka yang telah diberi wewenang oleh hukum. Orang-orang beriman tidak mencampuradukkan tugas dan wewenangnya sebagai warga negara. Orang-orang beriman akan memosisikan diri berdasarkan tugas dan wewenangnya masing-masing.

Saatnya kita kembali kepada sumber informasi yang benar, informasi yang selalu membawa kabar gembira untuk kita semua. Al-Qur’an adalah kabar gembira bagi siapa saja yang membaca informasi dari padanya. “Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (Al Israa, 17:9).

Allah memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman di dalam Al-Qur’an bahwa setiap perbuatan akan mendapat balasan sesuai dengan kualitas perbuatan masing-masing. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar.” (Al Buruuj, 85;11).

Dalam situasi dulu atau sekarang, manusia tidak bisa menentukan siapa pembawa kebaikan dan keburukan, karena pada diri setiap orang punya potensi untuk berbuat baik dan buruk. Kabar gembira dari Allah diberikan pada setiap manusia, barang siapa berbuat kebaikan di akan diberi keberuntungan besar dan barang siapa berbuat keburukan maka dia akan mendapatkan kesedihan yang tak akan terlupakan.

Lalu siapa yang dapat mengetahui kebahagiaan dan kesedihan dalam hidup ini? Allah memberi kabar mereka yang bisa mengetahui dirinya bahagia dan bersedih adalah diri mereka sendiri atas dasar keimananan pada pengetahuan yang diberikan Allah. “Tetapi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.” (Al Insyiqaaq, 84;25).

Begitulah Allah memberi kabar gembira dengan jelas kepada mereka yang benar-benar beriman kepada pengetahuan yang telah diberikan Allah di dalam Al-Qur’an. Di abad informasi ini tidak ada informasi yang menjamin informasi itu benar kecuali informasi dari kitab suci Al-Qur’an. Sesungguhnya informasi Al-Qur’an dimiliki oleh Allah dan sangat tergantung pada keimanan setiap orang secara personal bukan komunal. Wallahu’alam.

Saturday, October 3, 2020

ALLAH PUSAT GERAK TERTINGGI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Hidup adalah gerak. Seluruh jagat raya bergerak untuk menjaga kesimbangan. Satu saja berhenti maka bumi akan mengalami dampaknya. Sama dengan kehidupan manusia, ketika seluruh manusia di bumi disuruh berhenti bergerak (lock down), maka hidup manusia di seluruh dunia mengalami gangguan. Ribuan karyawan di PHK, kemiskinan meningkat, kematian meningkat, harga saham terjun bebas, kualitas pendidikan menurun dan angka kelahiran meningkat.

Swedia salah satu negara yang sedikit sekali terkena dampak Covid-19, penduduk di sana tidak menggunakan masker dan bebas lalu Lalang. “Mereka berpendapat tingkat kematian meningkat ketika masyarakat dibatasi ruang gerak. Ketika ruang gerak dibatasi maka tingkat stress meningkat karena masyarakat harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan bergerak. Membatasi ruang gerak masyarakat sama dengan membunuh masyarakat pelan-pelan”. Masuk akal juga sih. Traumatik masyarakat pada pandemi Covid-19 adalah setengah penyakit masyarakat.

Gerak adalah sumber kehidupan. Dalam konsep Al-Qur’an gerak diberitakan dalam kata Hijrah para Nabi dari satu tempat ke tempat lain, khususnya hijrah nabi Muhammad saw dari Madinah ke Mekah. Allah menjanjikan rezeki yang banyak dan tanah yang luas bagi siapa saja yang berhijrah karena Allah. Berhijrah karena Allah artinya berangkat dari rumah dengan niat seiring perintah Allah antara lain mencari ilmu, mencari nafkah, mencari kerja, mencari jodoh, mencari sembuh, maka Allah janjikan rezeki sesuai kehendak-Nya. Mencari adalah perintah dari Allah agar manusia hidup tidak merugikan orang lain. Itulah kemurahan Allah kepada umat manusia.

Seluruh gerak jagatraya ini pusatnya adalah Allah. “Sucikanlah (Maha Penggerak=Tafsir Fahmi basya) Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,” (Al ‘Ala, 87: 1-3).

Dari pusat Maha Penggerak Tertinggi seluruh jagat raya patuh kepada-Nya. “dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh,” (Al Insyiqaaq, 84:2). Sumber gerak adalah Tuhan Semesta Alam, Dia memberi kadar, dan Dia yang memberi petunjuk kemana arah seluruh makhluk di muka bumi harus bergerak.

Membatasi gerak sama dengan menentang takdir Allah. Ketika gerak manusia dibatasi maka berbagai keburukan akan menimpa. Pandemi Covid-19 yang membatasi manusia dalam bergerak, jadi tanda untuk seluruh manusia agar kembali kepada Tuhannya sebagai Pusat Gerak Tertinggi. Pandemi Covid-19 yang membatasi ruang gerak manusia menjadi peringatan kepada umat manusia bahwa seluruh manusia untuk harus kembali merenung dan kembali bergerak mengikuti arah yang telah ditentukan Allah.

Resesi ekonomi tengah membayangi dunia. Resesi artinya akan ada pengangguran dalam jumlah besar, akan ada kelaparan, akan ada kejahatan, dan akan ada penurunan kualitas hidup bangsa. Manusia-manusia dermawan berjiwa gotong royong dan sosial tinggi akan tampil menyelamatkan bangsa dengan berbagaimacam kemampuan. Orang-orang beriman akan terus bergerak rukuk dan sujud berjamaah di tempat-tempat yang aman. Tidak ada yang bisa menyelamatkan keadaan kecuali orang-orang yang mengikuti ketetapan Tuhan.

Orang-orang beriman, berpegang pada tali Allah dengan teguh dan akan tetap optimis. Janji Allah yang dipegang teguh oleh orang-orang beriman adalah “Tetapi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.” (Al Insyiqaaq, 84:25). Bersabar adalah gerak dalam diam yang senentiasa Allah perintahkan kepada manusia-manusia tidak berdaya karena ditimpa kesulitan. Penelitian untuk menemukan vaksin dari wabah Covid-19 adalah bentuk sabar dalam diam.

Lalu Allah beritakan kabar gembira kepada mereka yang ditimpa kesulitan, “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Alam Nasyrah, 94:6). Apapun keadaan menimpa dunia, tidak akan pernah ada keluhan dari orang-orang yang yakin bahwa pada akhirnya semua akan bergerak kembali kepada Allah sebagai Maha Penggerak Tertinggi. Wallahu’alam.   

KEBENARAN ALQURAN SEBAGAI WAHYU

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Mana yang benar-benar firman Tuhan Alkitab atau Al-Qur’an? Kasihan sekali banyak orang di luar sana tidak percaya bahwa Al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan. Dari kurang lebih 7 miliar penduduk bumi, masih ada 5,5 miliar belum mendapat pengetahuan tentang kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan Yang Esa.

Tahun 2019 Ravi Zacharias seorang beragama Kristen menulis buku The Logic of God, kemudian tahun 2020 bukunya dinobatkan sebagai buku terbaik. Toto Suharya sudah menulis buku Hidup Sukses dengan Logika Tuhan jilid 1, terbit pada bulan November 2012. Lalu pada tahun 2017 Toto Suharya terbitkan lagi buku Sukses dengan Logika Tuhan jilid 2. Dari urutan waktu ini Toto Suharya  menegaskan bahwa konsep Logika Tuhan tidak mengikuti cara-cara berpikir umat lain, tapi murni terinspirasi dari apa-apa yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Begitulah cara klarifikasi sejarah membuktikan keberadaan siapa yang paling dahulu memperkenalkan konsep logika Tuhan.   

Pendekatan ini berbeda jika kita gunakan untuk mengklarifikasi kebenaran sebuah kitab suci apakah itu dari Tuhan atau bukan. Menarik untuk disimak bagaimana umat Kristen mempertahankan keimanannya. Mereka bekerja keras untuk membuktikan bahwa kitab yang dibacanya firman Tuhan. mereka gunakan pendekatan sejarah sebagai klarifikasi untuk membenarkan kitab sucinya.

Zacharias dalam tayangan youtube mengemukakan “Setidaknya ada 99.6% akurasi, tidak ada dokumen kuno yang mendapat dukungan seperti Akitab yang mendapat dukungan 5000 dokumen. Qur’an merupakan kitab yang mengklaim dirinya sendiri. Bagaimana kita tahu tentang itu? Bagaimana tahu Qur’an itu firman Tuhan? karena Muhammad mengatakan itu. Bagaimana tahu Muhammad benar? Karena Qur’an yang mengatakan. Itu yang disebut dengan kewenangan mereferensikan dirinya sendiri. Hanya Qur’an satu stunya dokumen historis yang menolak bahwa Yesus Kristus benar-benar disalib atau mati di sana. Sejarah Yunani mengatakan Yesus mati di salib. Sejarah Romawi mengatakan sama. Sejarawan paganisme mengatakan sama. Sejarawan Yahudi juga sama. Demikian juka sejarawan kekristenan. Dari segi sejarah Qur’an membuat pernyataan yang secara sejarah tidak benar.”

Kitab suci Al-Qur’an adalah firman Allah. Jika itu benar dari Allah maka kitab suci itu sendirilah yang harus membenarkannya. Sebagaimana Allah keberadaannya tidak memerlukan judgment sejarah, logika, atau saksi dari manusia. Maka kitab suci yang benar-benar dari Allah, kitab suci itu sendirilah yang akan membuktikannya dan tidak butuh pembenaran dari luar dirinya.

Jika firman Allah harus dibuktikan melalui pendekatan sejarah yang isinya tafsir manusia maka akurasinya sangat lemah. Dari kajian filsafat sejarah, fakta sejarah yang benar-benar terjadi tidak akan pernah diungkap oleh manusia, karena sejarah yang diungkap adalah hasil dari karya tafsir dan imajinasi manusia. Maka pembenaran terhadap kitab suci sebagai firman Allah berdasarkan pada kebenaran sejarah semata tidak dapat dipertanggung jawabkan, karena sejarah hasil karya manusia yang tidak menjamin kebenaran yang sesungguhnya.

 Jika ada orang yang mengatakan Al-Qur’an bukan kitab suci karena tidak mendapat dukungan dari dokumen-dokumen sejarah, mereka belum mengenal siapa Tuhannya. Sekalipun sejuta dokumen sejarah tidak memberikan dukungan terhadap kebenaran Al-Qur’an, maka Al-Qur’an lambat atau cepat akan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah. Al-Qur’an akan menjawab dengan sendirinya.

Al-Qur’an adalah induk dari segala pengetahuan. Pemikiran dunia harus di dekonstruksi bahwa kebenaran hanya milik Allah dan sumber pengetahuan dari Allah adalah kitab suci. Al-Qur’an sepanjang abad ini masih menjadi kitab yang otentik bersumber dari Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah swt.  Wallahu’alam.