Saturday, October 17, 2020

SUDUT PANDANG ORANG BERIMAN

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Ketika orang-orang berpendidikan tinggi, memiliki jabatan tinggi, dan sama sama berpengaruh, masing-masing punya sudut pandang berseberangan, maka sudut pandang mana yang akan Anda pilih? Bisa jadi Anda akan memihak salah satu. Tapi apakah sudut pandang yang lain yang tidak anda pilih sudut pandangnya salah? Di sinilah fungsinya petunjuk dari Allah yang sumbernya kitab suci Al-Qur’an.

Orang-orang beriman berdiri sebagai individu yang independen. Pengertian independen di sini bukan tidak memihak kepada dua pihak yang berseberangan. Namun demikian bisa jadi ketika orang beriman mengemukakan pendapatnya atas dasar sudut pandang dari petunjuk kitab suci, pandangannya memiliki kesamaan dengan salah satu pihak. Pada poisisi ini orang-orang beriman harus tetap jujur bahwa pandangannya tetap berdasar pada petunjuk Tuhan bukan karena memihak pada salah satu kubu sudut pandang yang berseberangan.

Sudut pandang seseorang harus benar-benar merdeka, bukan karena pengaruh keilmuan, kedudukan, kekeluargaan, pertemanan, atau jabatan.  Kemerdekaan sudut pandang jika seseorang mempertahankan sudut pandangnya berdasarkan pada kitab suci yang diimanninya. Kitab suci bukan karya seseorang, kitab suci adalah lisannya Tuhan. Barang siapa bersudut pandang dengan petunjuk pada kitab suci maka dia sedang bersudut pandang seperti perintah Tuhannya.

Sudut pandang orang-orang beriman bukan sudut pandang karena hawa nafsunya. Sudut pandang orang beriman adalah sudut pandang yang berserah diri kepada petunjuk Tuhan. Sudut pandangnya tidak untuk memosisikan dirinya benar, sudut pandangnya hanya mengemukakan apa apa yang sudah djelaskan oleh Tuhan dalam kitab suci.

Sudut pandang manusia terbatas berdasarkan pada yang dilihat, dengar, dan pikirkan. Apa yang dilihat, dindegar, dan dipikirkan objeknya adalah pengetahuan. Perbedaan isi kepala dari orang beriman dan bukan orang beriman adalah masalah isi pengetahuan di kepala. Isi kepala orang beriman diliputi pengetahuan yang sumbernya dari Tuhan, sedangkan isi kepala orang tidak beriman sebagian besar pengetahuannya bersumber dari pengetahuan alam, dan karya pemikiran manusia-manusia lain. Sumber pengetahuan dari Tuhan yang menjadi petunjuk bagi manusia disepakati sumbernya adalah kitab suci dan atau perbuatan Nabi Muhammad saw.

Sudut pandang di dalam Al-Qur’an dijelaskan sebagai prasangka manusia yang bersumber pada pengetahuan yang dimilikinya. “Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.” (Yunus, 10:66).

Prasangka manusia berdasarkan pengetahuan, pemikiran dari alam adalah praduga yang sebagian benar atau sebagian salah. Maka prasangka manusia yang berdasar pengetahuan dari Tuhanlah yang dianjurkan oleh Tuhan. Setiap prasangka manusia yang berdasarkan pengetahuan dari Tuhan, maka Tuhanlah yang akan melindungi parasangkanya. Itulah sudut pandang yang harus selalu dikemukakan manusia.

Kesalahan manusia dalam bersudut pandang selalu melampaui batas, dengan mengakui sebagai pemilik kebenaran. Sudut pandang manusia adalah sebatas sudut pandang, tidak membenarkan dan tidak menyalahkan karena pada diri manusia tempatnya salah dan benar. Sementara Tuhan pemilik segala kebenaran dan tidak pernah mengajarkan kepada manusia untuk memaksakan kebenaran. Allah lah yang akan memberikan penghakiman kepada setiap sudut pandang seseorang. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment