Monday, October 19, 2020

APAKAH ANDA SUDAH BEKERJA KERAS?

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Jepang, Korea, China terkenal sebagai negara dengan penduduk pekerja keras. Jepang dengan kedisiplinannya dalam bekerja mereka tidak boleh gagal. Harakiri dianggap sebagai kemenangan. Korea dengan kegigihannya mereka belajar dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam. China dengan semangatnya jam 3 pagi sudah mulai beraktivitas dan jam 11 malam mereka baru tidur. Kerja keras mereka diukur dari jam kerja dan belajar.

Indonesia sebagai negara religius memiliki budaya kerja tinggi. Jam 3 pagi sudah mengawali aktivitasnya dengan adzan awal berkumandang di masjid. Tahajud bersambung shalat subuh dan dilanjutkan dengan aktivitas kerja diakhiri dengan shalat isya jam 9 malam. Allah sudah menetapkan orang-orang terbaik adalah yang paling sedikit tidurnya. Orang-orang terbaik menurut ukuran negara religius adalah mereka yang cepat tidur dan cepat bangun.

Kerja keras bukan ukuran waktu tetapi ukuran pola hidup sebuah bangsa. Ukuran kerja keras bukan masalah waktu yang dihabiskan untuk bekerja tetapi kualitas pekerjaan yang kita gunakan dalam beraktivitas. Allah menetapkan ukuran bagaimana seseorang sudah bekerja keras.

Ukuran kerja keras orang Jepang, Korea, China berbeda dengan ukuran budaya kerja keras bangsa Indonesia. Perbedaan itu terletak pada pola pikir masyarakat dalam menyikapi pekerjaan. Perbedaaan pola pikir terletak pada tujuan hidup masyarakat dalam mengarungi kehidupan dunia. Pola pikir orang Indonesia yang membedakan dengan pola pikir orang Jepang, Korea, China adalah religiusitas. Dalam ukuran masyarakat religius bekerja keras bukan hanya menggunakan waktu untuk bekerja, tetapi mengisi waktu demi waktu sebagai wujud dari ketaatan kepada Tuhan.

Belajar, berniaga, menjadi pekerja bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia, tetapi sebagai bagian dari kebutuhan untuk hidup di akhirat. Inilah perbedaan nilai kerja keras antara bangsa religius dengan bangsa sekular. Bangsa religius memiliki kualitas moral tinggi, karena keberhasilan bekerja bukan diukur dari keberhasilan dunia semata, tetapi keberhasilan untuk kembali kepada Tuhannya.

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. (Al Insyiqaaq, 84:6).

Pada dasarnya semua manusia bekerja keras akan kembali kepada Tuhan, disadari atau tanpa disadari. Maka orang-orang yang menyadarinya yang akan membuktikan kebenaran itu kelak di hari perhitungan. Bukan bekerja keras tanpa kesadaran kembali kepada Tuhan. Berapa jam pun kita bekerja keras tanpa ada kesadaran kembali kepada Tuhan maka bukanlah kerja keras karena dipastikan hasilnya akan mengecewakan.

Mereka yang tidak sadar akan kembali kepada Tuhan akan mendapat kecelakaan karena pada hari akhir mereka mendapati tempat kembali yang buruk. “Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Al insyiqaaq, 84:12).  Dan mereka yang menyadari bahwa kerja kerasnya untuk kemabli kepada Tuhan akan mendapat tempat kembali yang sangat menyenangkan. “dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (Al Insyiqaaq, 84:9).

Apakah anda sudah bekerja keras? Belum bekerja keras jika di dalam pekerjaan kita tidak ada kesadaran untuk kembali kepada Tuhan. Tanpa ada keadaran kembali kepada Tuhan, kita hanya bekerja keras menghabiskan tenaga yang hanya akan dapat kepayahan dan tidak akan menikmati hasil dari kerja keras. Kesadaran bekerja untuk kembali kepada Tuhan menentukan apakah kita bekerja keras atau hanya hidup dalam kesulitan.

Setiap suku, bangsa, negara punya budaya kerja keras karena mereka harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi tidak semua suku, bangsa, dan negara punya budaya kerja keras, jika mereka tidak punya kesadaran kembali kepada Tuhannya. Bersyukurlah bangsa Indonesia termasuk negara yang punya kesadaran kembali kepada Tuhannya dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Semoga Allah menjaga kebesaran negara kita. Wallahu’alam. 

No comments:

Post a Comment