Saturday, October 3, 2020

KEBENARAN ALQURAN SEBAGAI WAHYU

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Mana yang benar-benar firman Tuhan Alkitab atau Al-Qur’an? Kasihan sekali banyak orang di luar sana tidak percaya bahwa Al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan. Dari kurang lebih 7 miliar penduduk bumi, masih ada 5,5 miliar belum mendapat pengetahuan tentang kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan Yang Esa.

Tahun 2019 Ravi Zacharias seorang beragama Kristen menulis buku The Logic of God, kemudian tahun 2020 bukunya dinobatkan sebagai buku terbaik. Toto Suharya sudah menulis buku Hidup Sukses dengan Logika Tuhan jilid 1, terbit pada bulan November 2012. Lalu pada tahun 2017 Toto Suharya terbitkan lagi buku Sukses dengan Logika Tuhan jilid 2. Dari urutan waktu ini Toto Suharya  menegaskan bahwa konsep Logika Tuhan tidak mengikuti cara-cara berpikir umat lain, tapi murni terinspirasi dari apa-apa yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Begitulah cara klarifikasi sejarah membuktikan keberadaan siapa yang paling dahulu memperkenalkan konsep logika Tuhan.   

Pendekatan ini berbeda jika kita gunakan untuk mengklarifikasi kebenaran sebuah kitab suci apakah itu dari Tuhan atau bukan. Menarik untuk disimak bagaimana umat Kristen mempertahankan keimanannya. Mereka bekerja keras untuk membuktikan bahwa kitab yang dibacanya firman Tuhan. mereka gunakan pendekatan sejarah sebagai klarifikasi untuk membenarkan kitab sucinya.

Zacharias dalam tayangan youtube mengemukakan “Setidaknya ada 99.6% akurasi, tidak ada dokumen kuno yang mendapat dukungan seperti Akitab yang mendapat dukungan 5000 dokumen. Qur’an merupakan kitab yang mengklaim dirinya sendiri. Bagaimana kita tahu tentang itu? Bagaimana tahu Qur’an itu firman Tuhan? karena Muhammad mengatakan itu. Bagaimana tahu Muhammad benar? Karena Qur’an yang mengatakan. Itu yang disebut dengan kewenangan mereferensikan dirinya sendiri. Hanya Qur’an satu stunya dokumen historis yang menolak bahwa Yesus Kristus benar-benar disalib atau mati di sana. Sejarah Yunani mengatakan Yesus mati di salib. Sejarah Romawi mengatakan sama. Sejarawan paganisme mengatakan sama. Sejarawan Yahudi juga sama. Demikian juka sejarawan kekristenan. Dari segi sejarah Qur’an membuat pernyataan yang secara sejarah tidak benar.”

Kitab suci Al-Qur’an adalah firman Allah. Jika itu benar dari Allah maka kitab suci itu sendirilah yang harus membenarkannya. Sebagaimana Allah keberadaannya tidak memerlukan judgment sejarah, logika, atau saksi dari manusia. Maka kitab suci yang benar-benar dari Allah, kitab suci itu sendirilah yang akan membuktikannya dan tidak butuh pembenaran dari luar dirinya.

Jika firman Allah harus dibuktikan melalui pendekatan sejarah yang isinya tafsir manusia maka akurasinya sangat lemah. Dari kajian filsafat sejarah, fakta sejarah yang benar-benar terjadi tidak akan pernah diungkap oleh manusia, karena sejarah yang diungkap adalah hasil dari karya tafsir dan imajinasi manusia. Maka pembenaran terhadap kitab suci sebagai firman Allah berdasarkan pada kebenaran sejarah semata tidak dapat dipertanggung jawabkan, karena sejarah hasil karya manusia yang tidak menjamin kebenaran yang sesungguhnya.

 Jika ada orang yang mengatakan Al-Qur’an bukan kitab suci karena tidak mendapat dukungan dari dokumen-dokumen sejarah, mereka belum mengenal siapa Tuhannya. Sekalipun sejuta dokumen sejarah tidak memberikan dukungan terhadap kebenaran Al-Qur’an, maka Al-Qur’an lambat atau cepat akan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah. Al-Qur’an akan menjawab dengan sendirinya.

Al-Qur’an adalah induk dari segala pengetahuan. Pemikiran dunia harus di dekonstruksi bahwa kebenaran hanya milik Allah dan sumber pengetahuan dari Allah adalah kitab suci. Al-Qur’an sepanjang abad ini masih menjadi kitab yang otentik bersumber dari Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah swt.  Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment