Tuesday, December 13, 2022

KEBENARAN BERPIKIR

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kebenaran berpikir bukan pada pemikirannya tapi pada sumber pemikirannya. Berpikir ilmiah adalah kemampuan berargumen dengan fakta. Gelar ilmuwan diberikan pada mereka yang berhasil membuktikan hipotesis melalui pembuktian. Dalam proses pembuktian ilmuwan harus mengikuti prosedur baku yang disepakati. Kebenaran berpikir ilmiah tergantung pada kualitas fakta yang dijadikan dasar argumen.   

Jadi derajat kebenaran berpikir ilmiah sangat tergantung pada kualitas kebenaran fakta. Dengan demikian kebenaran berpikir ilmiah yang rasional sangat tergantung pada kualitas fakta yang digunakannya. Berpikir rasional adalah kemampuan akal menguji hubungan kohesi antara dua fakta yang dianggap saling berhubungan. Sumber kebenaran ilmiah yang biasa digunakan para ilmuwan adalah fakta yang ditemukan dari hasil penelitian. 

Metodologi penelitian adalah alat untuk penemuan fakta yang benar. Fakta yang yang benar sangat tergantung pada metode yang teruji, dan kejujuran para peneliti. Namun demikian karena metode yang digunakan dalam penelitian sangat beragam, maka ujung dari kebenaran fakta adalah terbukti dalam kenyataan dan rasional. Itulah ukuran dari apa yang dimaksud berpikir ilmiah. 

Jadi kualitas pemikiran sangat tergantung pada fakta yang ditafsir. Kebenaran tidak terletak pada hasil pemikirannya, tetapi pada validitas data yang ditafsirnya. Beruntung orang-orang yang beragama, karena memiliki fakta yang sudah dijamin kebenarannya. Fakta-fakta yang sudah dijamin kualitas kebenarannya adalah kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi. 

Sumber kebenaran agama adalah kitab suci, bagi muslim sumber fakta yang sudah dijamin kebenarannya adalah Al Quran. Kitab suci Al Quran, beberapa ahli yang telah meneliti mengatakan masih terjaga keasliannya. Kitab suci Al Quran sangat dapat diandalkan, karena informasi yang dikandungnya mengandung kebenaran dimensi rasional, empiris, dan suprarasional. Al Quran juga dalam pembenarannya tidak memerlukan dukungan eksternal, karena Al Quran menjadi saksi bagi dirinya sendiri sebagai perkataan Allah. Berbagai temuan hukum-hukum di alam, telah banyak membuktikan bahwa apa yang diberitakan dalam Al Quran mengandung kebenaran di alam. Sehingga tidak diragukan Al Quran mengandung berita-berita benar tentang kehidupan setelah kematian. 

Dari sudut pandang ilmu berpikir, Al Quran adalah sumber atau pijakan untuk berpikir. Kebenaran berpikir terletak pada pijakan berpikirnya. Maka orang-orang yang berpikir dengan menggunakan pijakan berpikir pada Al Quran dia memiliki dua peluang. Pertama, kemungkinan pemikirannya salah. Kesalahan terjadi bisa karena pemikirannya bertentangan dengan ayat-ayat Al Quran lain, tidak diterima oleh pemikir lain, bertentangan dengan hadist. Kedua, kemungkinan pemikirannya benar. Beberapa kriteria pemikirannya benar bisa karena tidak bertentangan dengan ayat ayat lain dalam Al Quran, terdapat persamaan pendapat dengan pemikiran lain, tidak bertentangan dengan hadis, dsb. Inti dari ilmu berpikir adalah menjaga ketauhidan pemikiran seseorang. 

Namun demikian jika pemikiran seseorang bersumber pada Al Quran sebagai fakta yang benar, maka ketika pemikirannya salah dia masih dapat pahala satu dari Allah, dan jika pemikirannya benar maka dia dapat pahala dua dari Allah. Mengapa kesalahan berpikir dari Al Quran dapat pahala satu? Karena berpikir untuk memahami Al Quran dia sudah dalam posisi melaksanakan perintah Allah untuk berpikir. Lalu mengapa orang yang berpikir bersumber pada Al Quran dapat pahala dua? Karena dia telah melakukan dua kegiatan perintah Allah yaitu, membaca ayat-ayat Al Quran dan memikirkannya. Dua-duanya adalah perintah Allah.

Apakah bentuk pola pikir orang-orang yang menggunakan Al Quran sebagai sumber berpikir? Jika kita kaji secara utuh, pemikiran yang bersumber pada Al Qur'an meliputi dunia dimensi yaitu lahir dan batin. Orang yang sumber pemikirannya dari Al Quran dia tidak meninggalkan dunia, dia juga tidak akan mengabaikan kehidupan akhirat. Kehidupan dunia dipandang linier dengan kehidupan akhirat sebagai gerak sejarah. Kehidupan akhirat tidak terpisahkan dengan dunia dalam pikirannya. Orang-orang yang dalam pikirannya ada alam akhirat, moralnya akan terjaga karena semua tindak-tanduknya di dunia akan jadi perhitungan di akhirat.

Kehidupan akhirat adalah akhir dari perjalanan sejarah, dan sangat ditentukan oleh kehidupan dunianya. Inilah keunggulan orang-orang yang berpikir bersumber pada Al Quran. Orang yang berpikir dengan sumber Al Quran tidak akan memutlakkan hasil pemikirannya sebagai kebenaran, karena tetap kebenaran mutlak miliknya Allah. Cara berpikir inilah yang akan membuat pemikir Al Quran rendah hati dan selalu membuka peluang perbedaan pemikiran. Pemikiran-pemikiran yang bersumber pada Al Quran dipandang sebagai upaya mendekati kebenaran dari Allah. Orang-orang yang berusaha dekat kepada Allah inilah yang akan mendapat keberuntungan. 

Orang yang berusaha dekat dengan Allah adalah mereka yang pikirannya menggunakan ayat-ayat Allah sehingga pikirannya selalu ingat Allah. "...maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung." (Al Anfaal, 8:45). Orang yang berpikir bersumber dari Al Quran ingatannya akan selalu terjaga ingat Allah. Wallahu'alam.***

Monday, December 12, 2022

MASUK SURGA KARENA LALAT

OLEH: MUHAMMAD PLATO

"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah." (Al Hajj, 22:73).

Segala sesuatu yang diminta pertolongan selain Allah adalah penyebab kelemahan manusia. Dia yang disembah selain Allah dan yang menyembah kepada selain Allah sama-sama makhluk lemah. Allah adalah kekuatan, dan manusia yang memohon pertolongan Allah adalah manusia yang memiliki kekuatan. Melatih dan mengajarkan peserta didik untuk membiasakan diri memohon pertolongan pada Allah setiap pagi adalah upaya dunia pendidikan untuk membangun manusia-manusia kuat berkarakter unggul. 

Manusia yang menyembah pada selain Allah kekuatannya lebih lemah dari seekor lalat. Ketika lalat hinggap di atas makanan kita, lalu lalat itu terbang sesunguhnya lalat sudah mengambil sebagian makanan kita. Jika disadari,  kita memang tidak berdaya mengambil kembali makanan yang telah diambil seekor lalat. Betapa lemahnya kita, kalah hanya dengan seekor lalat. Itulah perumpamaan bagi manusia yang memohon pertolongan kepada selain Allah. 

Ayat di atas bisa jadi menjadi dasar Nabi Muhammad memberikan sebuah logika perumpamaan dari cerita seekor lalat. Hadis riwayat Thariq bin Syihab, Nabi Muhammad pernah bersabda, "ada seorang lelai yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki yang masuk neraka gara-gara lalat". 

Mereka (para sahabat bertanya), "bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, "berkorbanlah." Ia pun menjawab, "aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan"." Mereka mengatakan, "berkorbanlah, walaupun dengan seekor lalat." Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, "berkorbanlah." Ia menjawab, "tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah. "Akhirnya mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah ia masuk surga. (Hadis Mauquf dikeluarkan oleh Ahmad dalam Az Zuhud dari Thoriq bin Syihab dari sahabat Salman Al Farisi).

Apa pesan di kisah lalat ini? Al Quran dan hadis berbicara tentang lalat. Bisa jadi inspirasi Nabi Muhammad membuat cerita lalat ini dengan menafsir dari Al Quran.

Jika kita analisis pesan dari Al Quran dan cerita Nabi Muhammad sangat dalam, berkaitan dengan menjaga keyakinan niat hati dan pikiran seseorang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Allah memudahkan jalan orang untuk masuk neraka, dan Allah menyulitkan jalan seseorang untuk masuk surga. Bisa jadi jalan yang mudah di muka bumi ini, penyebab orang masuk neraka, dan bisa jadi jalan sulit yang dipilih orang adalah jalan menuju surga. Jalan sulit dan jalan mudah menuju surga tergantung kepada di atas tujuan orang melakukan sesuatu. Bisa jadi kematian seseorang adalah akhir jalan hidup dia masuk surga, bisa jadi keselamatan dari maut seseorang adalah jalan singkat menuju neraka. 

Pengorbanan seseorang yang bisa membuat dia masuk surga bukan diukur dari besar atau kecilnya pengorbanan. Demikian juga keselamatan seseorang tidak bisa diukur dari selamatnya dia dari kematian. Sesungguhnya penyelamat kehidupan seseorang adalah komitmennya dalam menjaga keimanan kepada satu Tuhan, yaitu Tuhan Yang Ghaib. Inilah pesan filosofis yang dalam dari perumpamaan seekor lalat. Hanya orang berakal yang bisa mengambil pelajaran dari cerita lalat ini.

Jangan meremehkan pekerjaan kecil dan jangan berbangga dengan pekerjaan besar. Jaminan surganya seseorang bukan dari seberapa besar pekerjaan yang orang lakukan, tapi seberapa lurus hati dan pikiran seseorang dalam menjaga iman tauhid orang kepada Allah. Untuk itulah orang Islam selalu meminta jalan yang lurus dalam setiap shalatnya. Wallahu'alam.