Showing posts with label religion for peace. Show all posts
Showing posts with label religion for peace. Show all posts

Monday, February 28, 2022

NABI MUHAMMAD PEMBAWA MISI PERDAMAIAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Riset microhistory pada biografi kisah hidup Nabi Muhammad, ditemukan fakta bahwa misi Nabi Muhammad adalah perdamaian. Pada usia 40 tahun Nabi Muhammad menerima misi kenabian di Gua Hira, kisah ini menjadi awal kiprah Nabi Muhammad membawa misi kesejahteraan dan kedamaian hidup manusia di muka bumi. 

Berdasar kajian microhistory, Nabi Muhammad mengalami empat kisah dalam hidupnya. Kisah Pertama; Nabi Muhammad mendapat tugas suci sebagai pembawa ajaran untuk kesejahteraan dan kedamaian hidup manusia di dunia, dengan menyebarluaskan bahwa membaca menjadi satu fundamental bagi kesejahteraan dan kedamaian hidup manusia di dunia. Kata sederhana “bacalah!” sebagai awal perintah pada Nabi Muhammad, menjadi kata-kata sederhana, mudah dimengerti, mengandung makna yang dalam dan sangat luas. Salah satunya, membaca dapat dimaknai sebagai perintah Tuhan kepada manusia untuk mencintai pengetahuan, mau berpikir, dan kreatif.

Kisah kedua adalah berani menghadapi risiko. Nabi Muhammad ketika mendapat wahyu pertama di Gua Hira, Beliau seorang diri tanpa ada manusia yang menyaksikan. Saksi bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan hanya malaikat Jibril yang diutus Allah. Sebuah keberanian besar dimiliki Nabi Muhammad, di tengah-tengah masyarakat mapan beragama politheis mengaku diri sebagai utusan tanpa dukungan keluarga besar atau pasukan. 

Kisah perjuangan Nabi Muhammad menyampaikan kebenaran wahyu di tanah Mekah selama kurang lebih 13 tahun tidak membuahkan hasil. Nabi Muhammad gagal meyakinkan masyarakat Mekah bahwa dirinya Rasulullah dengan berita wahyu yang dibawanya. Kegagalan Nabi Muhammad meyakinkan masyarakat Mekah bahwa dirinya Rasullullah, direkam dalam sejarah hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah. 

Kisah ketiga, Nabi menghadapi masa survival. Periode Madinah dalam beberapa buku biografi Nabi Muhammad dijelaskan sebagai masa-masa penderitaan, dalam arti Nabi Muhammad dihadapkan pada posisi tidak menguntungkan secara jumlah namun sudah dihadapkan pada situasi perang. Selama di Madinah, Nabi Muhammad menghadapi perang-perang yang sangat menguji keimanan para pengikutnya. 

Diantara perang-perang heroik Nabi Muhammad dan pengikutnya adalah perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Peperangan ini sangat menguras energi Nabi Muhammad dan pengikutnya, sebab peperangan ini dilakukan dalam jumlah pasukan yang tidak seimbang kurang lebih 1 banding 10. Perbandingan pasukan pada Perang Badar sekitar 300 orang melawan 1000 orang, Perang Uhud sekitar 700 s.d 1000 pasukan  melawan 10.000 pasukan, dan Perang Khandaq (Ahzab) sekitar 3000 pasukan melawan 24.000 s.d 30.000 pasukan. 

Fakta-fakta historis ini dapat kita temukan pada biografi-biografi Nabi Muhammad karya dari beberapa penulis sejarah. Dengan melihat jumlah pasukan di atas, masa peperangan yang dialami Nabi Muhammad tidak layak dikatakan sebagai upaya-upaya agresi, tetapi sebagai tindakan pertahanan karena mendapat ancaman dan tekanan. Masa-masa ini bisa dikatakan sebagai masa-masa Nabi Muhammad mengalami penderitaan. Dalam situasi ini Nabi Muhammad mendapat tekanan pengkhianatan dari pengikutnya yang membelot, dan tekanan dari luar dengan persekutuan yang menghasilkan gabungan pasukan dalam jumlah besar.

Kisah keempat, Nabi mendapat kemenangan. Kemenangan besar Nabi Muhammad dalam menunaikan misi kenabiannya yaitu ketika dilakukannya perjanjian Hudaibiyah pada tahun 628 M, saat itu kurang lebih usia Nabi Muhammad 58 tahun jika dihitung dari kelahiran Nabi Muhammad tahun 570 M. 

Perjanjian Hudaibiyah sekalipun pada faktanya oleh para sahabat dianggap merendahkan kedudukan Nabi, karena dalam perjanjian Hudaibiyah Nabi Muhammad dituliskan dengan Muhammad bin Abdullah. Dalam peristiwa perjanjian Hudaibiyah tercatat Nabi Muhammad tidak mempermasalahkan penulisan nama tersebut. 

Nabi Muhammad yang visioner membaca bahwa perjanjian damai merupakan upaya misi beliau dalam menjaga dan menyebarkan perdamaian. Dalam situasi damai, Nabi Muhammad dan pengikutnya bisa menyebarkan misi-misi Islam yang sesungguhnya membimbing manusia hidup damai sejahtera dengan berserah diri pada Tuhan Yang Gaib, Tuhan Yang Maha Esa.

Pada usia Nabi Muhammad kurang lebih 61 tahun, misi perdamaian Nabi Muhammad berhasil diwujudkan dengan menduduki Mekah tanpa pertumpahan darah. Terkenal ucapan Nabi Muhammad pada saat akan menduduki Mekah, “hari ini adalah hari kasih, kata Nabi. Hari dimana Tuhan memuliakan Quraisy".  

Beliau kemudian berbicara kepada mereka (penduduk Mekah) dengan kata-kata memaafkan, sesuai dengan ayat saat Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya ketika mereka menemuinya di Mesir, sesungguhnya, aku berkata seperti saudara ku Yusuf berkata: "pada hari ini tidak ada cercaan pada kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni kalian. Dia Maha Pengasih di antara yang mengasihi”[Q. 12:92] (Lings, 2014, hlm. 466, 471).

Dalam kisah lain, dikatakan di depan pintu Ka’bah Nabi Muhammad membacakan firman Tuhan, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q. 49:13). 

Kemudian Nabi bertanya kepada mereka: “orang-orang quraisy, menurut pendapat kamu apa yang akan ku perbuat terhadap kamu sekarang?”  Mereka menjawab, “Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu pemurah”. Lalu kata Nabi, “Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!” (Haikal, 2003, hlm. 462-464). 

Setelah misi menyebarkan ajaran damai tercapai, pada usia 63 tahun Nabi Muhammad sakit dan wafat dalam pangkuan istrinya Siti Aisyah ra. Salawat dan salam semoga terlimpah pada Nabi Muhammad SAW. Demikian sepenggal kisah misi perdamaian Nabi Muhammad di muka bumi semoga bermanfaat untuk seluruh umat manusia. Wallahu’alam. 

Wednesday, October 28, 2020

PRESIDEN PRANCIS PASTI MENYESAL

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Presiden Perancis telah mengampanyekan kembali ajaran Islam di Eropa. Semakin dihujat ajaran Islam akan semakin dipelajari banyak orang. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dengan karikatur tidak akan merendahkan kemuliaan Nabi Muhammad Saw. presiden Perancis dan pendukungnya sedang berperang dengan dirinya sendiri.  Bisa jadi diawal abadi 21 ini, prilaku-prilaku pemimpin seperti presiden Perancis ini adalah tanda sedang meredupnya kekuasaan Perancis di kancah internasional.

Kebebasan berkespresi yang sedang dikampanyekan presiden Prancis pada akhirnya akan menenggelamkan negaranya sendiri. Kebebasan berkepresi yang dijamin undang-undang negara mereka akan menjadi boomerang bagi kehancuran bangsa mereka sendiri, lambat tapi pasti.

Ketika mereka membuat karikatur Nabi Muhammad Saw, mereka tidak sedang berhadapan dengan umat Islam, tetapi sedang berhadapan dengan kekuasaan Allah yang memiliki hukum-hukum dalam kehidupan. Bagi siapa saja yang berniat melecehkan kekasih Allah, dia sedang berhadapan langsung dengan Allah swt. Presiden Perancis kelak pasti menyesal.

Percaya atau tidak, yakin atau tidak yakin, mengakui atau tidak, hukum Allah telah ditetapkan dan itu berlaku pasti. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,” (Al Israa, 17:7). Satu ayat ini cukuplah menjadi catatan kita bahwa presiden Perancis sedang mengubur dirinya sendiri. Ketetapan Allah berlaku untuk alam semesta. Pahami dan hayati ayat ini dengan baik, dan mari kita buktikan sama-sama apa yang akan terjadi pada orang-orang yang berprilaku jahat. Dia sendiri yang akan menerima kejahatan itu. Pengadilan Allah akan mengadili dengan seadil-adilnya.


Jika kekasih Allah direndahkan, dihinakan, maka Allah sendiri yang akan bertindak. Allah akan menggerakkan alam, hewan, tumbuhan, manusia, untuk mengadilinya. Dengan keterangan satu ayat di atas, sebagai muslim kita tidak akan membalas kejahatan dengan prilaku jahat. Reaksi-reaksi yang kita lakukan semata-mata untuk saling mengingatkan bahwa hidup ini tidak memiliki kebebasan yang melampaui batas. Kebebasan kita dibatasi oleh kehormatan harkat dan martabat manusia lain.

Jika umat Islam memuliakan Nabi Muhammad saw, bukan semata-mata umat Islam mengkultuskan Nabi Muhamad saw, tetapi karena umat Islam diperintah Allah untuk menghormati, menghargai, dan memuliakan Nabi Muhammad Saw. Bagi non muslim yang tidak percaya pada ajaran Islam, mungkin Nabi Muhammad saw bukan siapa-siapa, tetapi Allah telah mengutus Nabi Muhammad Saw sebagai penyejahtera kehidupan umat manusia.

Islamofobia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan Muslim (id.wikipwdia.org), telah terjadi di masyarakat Perancis, hal ini bukti bahwa negara yang kita anggap maju ternyata sekelas presidennya pun tidak literat. Mereka tidak bisa membaca pola prilaku kehidupan masyarakat di dunia. Mereka hanya memandang dunia berdasarkan pengetahuan empiris atas dasar sudut pandang mereka sendiri tanpa belajar sudut pandang dari bangsa, budaya, dan agama orang lain. Untuk itulah kemajuan Perancis dalam budaya, teknologi, tidak menjamin bangsa Perancis menjadi bangsa berperadaban tinggi, karena mereka ternyata telah terjebak oleh kesombongan, dan keangkuhan dirinya sendiri.

Ternyata presiden-presiden kita dan masyarakat Indonesia dalam hal ini lebih berperadaban tinggi dibanding masyarakat Perancis.  Dalam Undang-Undang RI sampai kapan pun undang-undang kita tidak akan pernah membenarkan warga negaranya untuk menghina orang-orang suci yang disucikan oleh masyarakat dan agama orang lain. Prilaku seperti ini bukan semata larangan dari UU Republik Indonesia, tetapi masyarakat beragama terutama umat Islam telah dilarang oleh Allah untuk menghina agama atau orang-orang suci agama lain dengan cara atau ekpresi apapun. Dalam undang-undang negara kami bukan kebebasan berekspresi jika menghina dan merendahkan keyakinan orang lain.

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al An’aam, 6:108).

Itulah ajaran Islam yang sebenarnya sempurna. Jika diantara kami orang Islam ada yang menghina agama lain, orang-orang suci agama lain, itu tidak mewakili ajaran Islam tetapi mewakili prilaku seseorang yang belum paham Islam sekalipun dirinya mengaku beragama Islam.

Kesimpulan kami, ajaran agama Islam lebih tinggi kedudukannya dari pada undang-undang kebebasan berekspresi yang diyakini presiden Perancis. Namun kami menghargai silahkan saja orang hidup dengan keyakinan masing-masing, tetapi jika anda sudah menghina dan merendahkan kekasih Tuhan, maka anda sedang berperang dengan Tuhan yang memiliki kekuatan dari langit sampai bumi dan akan menggerakkan seluruh makhluk-Nya untuk membela hak-Nya. Selamat berjuang presiden Perancis, anda telah menantang Tuhan Semesta Alam. Tidak perlu kami menghakiminya biarlah Allah yang menghakimi. Sesungguhnya kita semua akan kembali kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Wallahu’alam.