Sunday, February 14, 2021

SELAMAT JALAN, IBU KU SANG ENTREPRENEUR SEJATI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Ibu ku meninggal di hari Jumat hari raya umat Islam yang dikabarkan hari tempat Allah memberi keberkahan kepada setiap doa dan perbuatan baik. Ibu meninggal dengan dua tarikan nafas menjelang waktu ashar tiba. Saat sakaratul maut tiba, semua berlomba memengaruhi pikiran ibu dengan kalimat lailahailallah. Semoga lailahailallah menjadi kalimat yang ibu ingat saat menghembuskan nafas terakhir menghadap Allah.

Mengenang sosok ibu dalam ingatan mata, sejak muda ibu sudah menjadi pekerja keras. Ibu seorang ibu rumah tangga plus entrepreneur. Banyak usaha pernah dijalani oleh ibu. Kreativitasnya dalam berdagang tidak pernah berhenti. Sebagaimana seorang pengusaha, usaha ibu mengalami pasang surut. Namun jiwa wirausaha ibu tidak pernah padam, sampai titik akhir nafasnya ibu tetap menjadi seorang pengusaha, walaupun hanya sekedar menjual beras untuk anak-anaknya. Jiwa wirasusahanya selalu mengundang beliau untuk tidak tergantung pada orang lain. Di hari tuanya ibu masih mengelola uang, pesan barang, dan masih punya mitra dagang yaitu tukang beras.

Pada masa puncak kejayaanya, ibu pernah berwirausaha menjadi penyedia alat dan bahan pertanian, rumah makan, peternak sapi dan ayam petelur, jualan kayu bakar, bandar pisang, petani sayuran, bekerja jadi pemanen padi milik tetangga, jualan sabun, jualan sprei dan sarung bantal, jualan batagor, buka pabrik kerupuk jengkol, dan penjual kupat tahu. Naluri bisnisnya sangat teruji, karena ibu dibesarkan dilingkungan pedagang. Naluri seorang entrepreneur sedikit mengalir di darah ku. Sampai saat ini aku termasuk pebisnis yang tidak pernah mendapat keuntungan dari hasil bisnis. Keberuntungan ku hanya bisa menghidupi dan mempekerjakan orang lain.

Ibu karakternya keras. Jika marah bisa membuat sakit hati orang. Jika menawar barang sampai penjual mati kutu. Namun aku tahu, ibu selalu memperhatikan tetangga, baik sama saudara-saudaranya. Ibu selalu hadir ketika diundang hajatan, ibu selalu nengok ketika ada keluarga yang sakit, dan ibu sosok yang berbakti pada orang tuanya.

Semasa muda aku adalah anak paling durhaka. Derai air mata selalu ibu keluarkan ketika kelakuan ku diluar batas keawajaran seorang anak. Namun ibu dan bapak ku selalu mengubah keadaan buruk menjadi baik. Sekalipun marah, dia selalu mendoakan nasib terbaik untuk anaknya. Akibat marahnya ibu kepadaku, ibu cerita sempat terlontar dari mulutnya dalam tahajud, “”semoga anak ku kelak menjadi guru”.

Akibat doa ibu sambil marah, aku tidak percaya pada diri ku sendiri, mengapa tiba-tiba perjalan hidup ku bisa menjadi guru begitu mudah. Setelah lulus kuliah selang beberapa bulan aku ditempatkan menjadi pegawai pemerintah, jadi guru 16 tahun di daerah selatan Jawa Barat. Sekolah yang baru tumbuh, tempat aku mengabdi menjadi guru dan menorehkan beberapa prestasi hingga membanggakan ibu.

Pendidikan ibu tidak didapat dari pendidikan formal. Ibu mendapat pendidikan dari kehidupan rumah tangga sederhana, istri dari seorang pegawai, dan kerasnya tantangan zaman. Ibu mengolah uang belanja dari ayah menjadi sebuah usaha hingga bisa membiayai anak-anaknya kuliah. Ibu tidak mau tinggal serumah dengan anak-anaknya, dengan alasan tidak mau merepotkan dan membuat sulit anak-anaknya.

Pesan terakhir ibu, aku harus kembali ke kampung tinggal dekat ibu. Sebelum niat ku kembali tinggal bersama ibu, ibu sudah pergi. Rupanya ibu sudah menyimpan pesan kepada ku, untuk mengurus ayah yang akan ibu tinggalkan. Ibu memang sosok yang keras dalam mendidik anak, tapi ibu sangat tahu bagaimana anak-anak nya harus hidup. Termakasih ibu atas pengabdiannya, diakrhir masa studi ku di strata tiga, aku akan persembahkan seluruh pengabdian dan ilmu yang aku dapatkan untuk kebaikann ibu dan ayah. Sebagai wujud pengabdian ku, aku bermohon kepada Allah agar aku selalu bisa mendoakan ibu dan ayah  dalam setiap sujud lima waktu, dhuha, dan tahajud ku. Sudah menjadi takdir Tuhan, setiap manusia terlahir untuk mengabdi pada ibu. Semoga Allah menempatkan ibu di tempat paling mulia. Selamat jalan ibu!

Monday, February 8, 2021

KERANCUAN DALAM BERFILSAFAT

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Dimana letak kerancuan para filsuf? Bisa disimak dalam penjelasan di bawah. Harus dibaca tuntas agar bisa memahami isi tulisan ini. Berfilsafat itu sederhana jika sudah memahami kuncinya. Rahasianya akan saya jelaskan dalam tulisan ini.

Masyarakat awam cenderung membedakan secara kontradiktif antara filsafat dan agama. Para filsuf dipandang sebagai orang-orang sesat bagi mereka yang merasa telah memahami agama. Bagi para filsuf orang-orang beragama dianggap orang-orang bodoh yang hidupnya tertinggal dari kemajuan zaman. Dua pandangan ini sebenarnya mewakili orang-orang bodoh yang merasa dirinya benar. Kebodohan para filsuf mereka berpikir dengan menggunakan pengetahuan indera semata dari pengamatan alam dapat memahami rahasia kehidupan. Kebodohan para penganut agama yang bodoh adalah tidak mau memikirkan isi pengetahuan dari ayat-ayat Al-Qur’an untuk mengungkap rahasia alam. Kitab suci Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah untuk umat manusia. Umat Islam bertugas untuk mempromosikan Al-Qur’an sebagai sumber informasi yang membawa keselamatan bagi umat manusia. Al-Qur’an dapat jadi alat, pedoman, untuk menganalisis pemikiran seseorang.

Dasar dari berpikir adalah berlogika sebab akibat, sebagaimana pemikir dari kaum Stoa (stoa artinya ruang) berpendapat bahwa segala yang terjadi dan berlaku di dalam alam ini dikuasai oleh hukum kausalita. Apa yang terjadi berlaku sebagai gerak. Tiap-tiap gerak ada yang menyebabkannya.  Kaum Stoa juga berpandangan bahwa semua yang terjadi di dalam dunia berlaku menurut hukum alam dan rasio, akal Tuhan untuk keselamatan manusia, sehingga kaum Stoa mempunyai pandangan hidup yang optimis. Kehidupan ini semua terjadi menurut kemestian dalam edaran yang tetap, terima itu dengan sabar dan gembira. (Hatta, 2006, hal. 152).

Bagi kaum Stoa manusia yang hidup sepenuhnya menurut kodrat alam adalah merdeka sepenuhnya sekalipun mereka tunduk kepada satu-satunya hukum yang menguasai semuanya. Manusia yang khilaf menyimpang dari semestinya akan sakit. Berbuat jahat dan berbuat salah dapatlah dipandang sebagai penyakit, sebagai penyelewengan terhadap norma alam. Manusia dihinggapi penyakit apabila ia mencita-citakan kekayaan, kehormatan dan tanda-tanda kebesaran diri yang tidak sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. (Hatta, 2016, hlm. 154).

Baik dari dua pernyataan kaum filsuf di atas, sebenarnya para filsuf memahami bahwa kehidupan ini diatur oleh sebuah sistem yang teratur dan tetap. Menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan berarti pertanda tidak baik buat manusia. Untuk itu diharapkan manusia hidup selaras dengan sistem hidup yang sudah ditentukan. Manusia harus merasa merdeka dalam sistem yang sudah ditetapkan.

Kerancuan dari berpikir mewakili kaum filsuf di atas adalah memfokuskan pada hukum alam sebagai sumber hukum. Keyakinan inilah yang pada akhirnya melahirkan kaum materialis, tidak percaya Tuhan yang tidak terlihat. Pemikiran bersumber pada alam materi terus berkembang berdampingan dengan berbagai bidang keilmuan, dan ditemukannya metodologi penelitian. Para ilmuwan membuat keyakinan baru dimana alam sebagai sistem hidup, bisa dipahami, diamati, dan dibuktikan kebenarannya. Lahirlah sebuah pemahaman rancu yaitu segala sesuatu yang benar harus bisa dibuktikan dalam bentuk materi.  Sejak saat itu, manusia menjadi makhluk kerdil karena hanya bisa fokus memahami dunia materi yang sempit. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Ghaib mulia luntur, abai, tidak peduli, dan dianggap tidak ada.

Berfilsafat adalah kegiatan berpikir untuk mencari kebenaran hakiki, kebenaran yang tidak bisa dijawab lagi oleh manusia kecuali berserah diri kepada Tuhan. Berfilsafat tidak dilarang, karena sebagai aktivitas berpikir justru diperintahkan Allah sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Kerancuan para filsuf yang harus diwaspadai adalah menjadikan hukum alam sebagai sumber pengetahuan. Berfilsafat yang diajarkan oleh Tuhan adalah memahami, menganalisis, mengevaluasi, apa yang terjadi di alam sebagai bukti keagungan Tuhan Pecipta Semesta Alam. Kegiatan berfilsafat adalah sebuah proses pencarian bukti untuk meningkatkan keyakinan kepada ke-Esa-an Tuhan.

Doktrin mutlak dalam berfilsafat adalah segala sesuatu diciptakan Allah Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan berfilsafat adalah memurnikan ketauhidan manusia dari ketauhidan kepada tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa. Alam adalah karya Tuhan yang bisa dieksplorasi untuk kesejahteraan manusia dengan tetap menjaga ketaatan pada keseimbangan, dan keharmonisan hidup antara manusia dengan alam.  

Jadi kerancuan para filsuf itu hanya sedikit yaitu mejadikan alam sebagai sumber pengetahuan yang benar dia dinamai kelompok empirisme, dan menjadikan akal sebagai sumber kekuatan manusia dalam memahami kehidupan alam, dia dinamai kelompok rasionalisme. Sesungguhnya alam adalah objek ciptaan Tuhan, dan akal adalah alat yang diciptakan Tuhan. Memahami alam dengan akal tujuannya membauktikan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Maka, selama kita berfilsafat dan tetap meng-Esa-kan Tuhan, itulah tujuan berpikir yang diperintahkan Tuhan. Maka sumber pengetahuan itu dari Tuhan yaitu Al-Qur'an dan alam adalah ayat-ayat Tuhan sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an. Wallahu’alam. 

Saturday, February 6, 2021

BIARKAN ALLAH MEMIKIRKAN KITA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sebuah quot inspiratif dikemukakan oleh Simon Weil, “Bukan urusan saya memikirkan diri saya sendiri. Urusan saya adalah untuk memikirkan Tuhan. Dan urusan-Nya lah untuk memikirkan saya”.  Beliau seorang filsuf mistikus beragama Kristen dan aktivis politik berasal dari Perancis. Sangat produktif menulis dan beberapa bukunya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Di sinilah persinggungan pemikiran sekalipun berbeda agama. Ajaran agama-agama di dunia mengandung beberapa kesamaan dalam berpikir. Namun ada kalanya perbedaan pemikiran, karena ada agama yang hanya sebatas pemikiran manusia. Al-Qur’an bukan hasil pemikiran manusia. Al-Qur’an berisi pikiran-pikiran Allah Sang Pencipta Alam Semesta. Al-Qur’an adalah anugerah terbesar bagi umat manusia, sebab di dalamnya terdapat panduan-penduan Nya bagaimana manusia bisa hidup sejahtera. Al-Qur’an adalah alat untuk menganalisis pemikiran setiap orang dari golongan, budaya, dan ras manapun orang tersebut.  

Jika kita analisis berdasarkan Al-Qur’an quot Simon Weil mengandung kebenaran yang sumbernya dari Al-Qur’an. Penulis akan membahas quot tersebut dengan panduan Al-Qur’an.  Sumber ayatnya adalah “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku.” (Al Baqarah, 2:152).

Kata kuncinya “ingatlah kepada Ku, maka Aku ingat kepadamu”. Jadi ketika kita ingat Allah, saat itu juga Allah sedang ingat kepada kita. Mengingat Allah salah satu cara manusia berterimakasih kepada Allah. Dalam setiap tarikan dan hembusan napas jika kita ingat kepada Allah maka itulah bentuk rasa bersyukur manusia kepada Tuhan Penciptanya. Ingat Allah substansinya bisa berterimakasih, mohon pertolongan, atau mohon ampun.  

Kegiatan shalat yang kita lakukan sebagai umat Islam adalah kegiatan mengingat Allah. Umat Islam punya kedisiplinan yang tinggi dalam mengingat Allah. Mengingat Allah adalah bagian dari aktivitas berpikir, aktivitas berpikir sama dengan doa. Ketika kita ingat Allah maka Allah ada dalam pemikiran kita, sebaliknya Allah memikirkan kita, karena dalam Al-Qur’an dijelaskan Allah memikirkan kita jika kita memikirkan Allah.

Jadi quot Simon Weil sebenarnya membahasa logikakan kalimat Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah ayat 152. Jadi memikirkan tentang diri sendiri tidak begitu penting, karena Allah yang harus kita pikirkan sehingga Allah memikirkan tentang diri kita. Ketika kita memikirkan Allah dengan memohon pertolongan dari segala bencana, maka urusan Allah untuk memikirkan bagaimana memberi pertolongan kepada kita.

Jika kita selalu ingat, berpikir, memohon, meminta kesejahteraan hidup di dunia, maka Allah secara langsung telah bertanggung jawab untuk mensejahterakan hidup kita. Maka cukup dengan ingat atau memikirkan Allah Yang Maha Kuasa, maka setiap langkah kita, nafas kita, menjadi tanggung jawab Allah untuk mewujudkan dan menjaganya.

Untuk itu Allah Allah memperjelas lagi perintahnya, “ingatlah Allah banyak-banyak, maka kamu akan jadi orang beruntung”. (Al Jumu’ah, 62:10). Itulah penegasan jaminan Allah bagi orang-orang yang selalu memikirkan Allah. Jadi fokus pada Allah, selamat mecoba insya Allah sukses. Wallahu’alam.