Saturday, September 28, 2024

MANUSIA PEMAKAN BANGKAI

Oleh: Muhammad Plato

Manusia pemakan bangkai secara fisik menjijikan. Namun yang harus dipahami, manusia pemakan bangkai yang harus diwaspadai adalah karakternya. Karakter manusia pemakan bangkai bisa kita ungkap di dalam Al Quran. 

Perhatikan fokus kepada ayat Al Qurannya. Apa yang saya bahas di sini bersumber pada Al Quran. Tidak ada tendensi menyudutkan seseorang. Tulisan ini untuk bahan refleksi bagi semua orang jika ingin hidup sehat jasmani dan rohani. 

Dalam penejelasan saya selalu gunakan Al Quran. Mengapa? Al Quran adalah kitab suci peninggalan Nabi Muhammad yang masih bisa diakses sekarang. Usia Al Quran sudah 1400 tahun lebih, kita masih bisa membacaranya sekarang secara otentik. 

Al Quran sangat kaya dengan informasi tentang masa lalu dan masa depan, serta informasi tentang karakter manusia. Al Qur'an juga mengandung informasi diluar imajinasi manusia. Kisah kehidupan akhirat adalah pengetahuan di luar pengetahuan manusia. 

Karakter manusia pemakan bangkai dijelaskan dalam Al Quran. Dalam satu ayat bisa kita analisis dan refleksikan dalam diri sendiri.

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Al Hujuraat, 49:12).

Karakter manusia pemakan bangkai adalah "mencari-cari kesalahan orang lain kemudian saling menggunjing." Karakter ini pasti pernah dilakukan setiap orang. Namun, orang-orang berpendidikan akan mengendalikannya.

Pola pikir manusia pemakai bangkai cenderung negatif. Pola pikir manusia pemakan bangkai ketika melihat kejadian memosisikan dirinya benar dan yang dilakukan orang lain salah dengan mencari-cari kesalahan. 

Manusia pemakai bangkai, cenderung selalu ingin mendominasi orang lain, emosinya tidak stabil dan mudah tersinggung. Manusia pemakan bangkai demi menutupi kelemahan diri, tidak segan-segan melakukan intimidasi dan bisa melakukan tindakan di luar nalar.

Manusia pemakan bangkan berprilaku abdnormal, dia mengalami kerusakan otak karena sudah tidak bisa memilih mana makanan sehat dan makanan menjijikan. Karakter manusia pemakai bangkai sangat berbahaya dan dapat menular. 

Untuk itu, Allah mengingatkan kepada orang-orang agar berpendidikan. Orang-orang berpendidikan ditandai dengan kemampuan memilih mana makanan sehat dan mana makanan menjijikan. Karakter manusia pemakan bangkai dimiliki semua orang dan setiap orang pasti mengalaminya. Maka Allah mengingatkan untuk mengobatinya, tidak ada cara lain kecuali berhentilah.***  

   


Tuesday, September 24, 2024

ADA PRASANGKA TIDAK DOSA?

Oleh: Muhammad Plato

Di dalam kitab suci Al Qur'an, Allah mengajari manusia untuk tidak banyak berprasangka, karena sebagian prasangka adalah dosa. Hal ini dijelaskan di dalam Al Quran di bawah ini.

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Al Hujuraat, 49:12).

Berdasarkan ayat di atas, Allah mengatakan, "sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa". Kata "sebagian" menandakan bahwa ada prasangka yang tidak dosa. Pertanyaannya prasangka seperti apa yang tidak dikategorikan dosa? 

Prasangka pada kategori dosa adalah prasangkan yang didasari oleh prasangka buruk. Apakah itu prasangka buruk? Prasangka yang sengaja dibuat dan dicari-cari untuk mencari kesalahan orang lain. Orang-orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain akan saling menggunjing dengan saling membuka aib satu sama lain.

Prasangka seperti apakah yang tidak masuk kategori dosa? Prasangka yang tidak dapat dikategorikan dosa, yaitu prasangka yang berdasarkan pada fakta yang benar.

Prasangka yang bersumber pada fakta benar adalah cara kerja pikir orang-orang terpelajar, berpendidikan atau dalam konsep Al Qur'an berkategori orang-orang beriman. Allah mengajarkan, "hai orang-orang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka". Jadi orang terpelajar, berpendidikan, sama dengan orang-orang beriman. 

Orang terpelajar, berpendidikan, atau beriman, dia selalu menggunakan fakta atau data yang benar ketika dia mengemukakan pendapat. Ketika fakta atau data yang dia kemukakan mengungkap perbuatan salah seseorang, dia akan tetap berpraduga tidak salah.

Ketika prasangka seseorang didasarkan pada data atau fakta yang benar, maka ketika dugaannya benar maka dia mendapat dua kebaikan. Dua kebaikan itu adalah data atau fakta yang dia ungkap dan prasangka atau pemikiran yang dia kemukakan. 

Jika seseorang mengeluarkan prasangka, pendapat, atau pemikiran dianggap salah tetapi bersumber pada data atau fakta yang benar, maka dia mendapatkan satu kebaikan, dia telah mengungkap data atau fakta yang benar.***

Monday, September 16, 2024

MENGENAL TUHAN DARI BAYANG-BAYANG

Oleh: Muhammad Plato

Untuk memahami siapa manusia, saya bantu penjelasannya dengan dasar pemikiran dari Al Quran. Jika dalam penjelasan ini anda bisa memahami diri Anda, itu keputusan Anda. Jika anda tidak sepakat dengan pendapat ini, itu juga keputusan Anda. Tuhan kelak akan mengadili keputusan Anda, bukan orang lain. 

Manusia adalah bayang-bayang.  Ada ayat Al Quran menjelaskan tentang hakikat bayang-bayang yang sering kita lihat setiap hari ketika matahari telah terbit. 

"Apakah kamu tidak memperhatikan Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang; dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu," (Al Furqaan, 25:45).

Ketika pagi hari nampak cerah, matahari bersinar menimpa tubuh, maka kamu bisa melihat bayangan tubuh mu panjang. Ketika kamu berdiri, maka bayang-bayang kamu berdiri. Ketika kamu berjalan, maka bayang-bayang kamu ikut berjalan. Ketika kamu berteduh dari sinar matahari di bawah pohon, maka bayang-bayang mu menghilang.

Ketika matahari tepat di atas kepala kamu, bayang-bayang pun bersatu dengan kamu. Ketika kamu duduk bayang bayang tidak terlihat duduk. Ketika kamu berdiri, bayang-bayang tidak terlihat berdiri. Bayang-bayang menjadi diri mu sendiri, sementara matahari tetap bersinar.

Ketika cuaca berubah mendung, sinar matahari tertutup oleh awan, lalu Anda kembali berjalan tanpa bayang-bayang. Cuaca kemudian berubah menjadi terang, bayang-bayang anda pun kembali terlihat. Anda pun masuk ke dalam rumah dan bayang-bayang hilang lagi. 

Hari memasuki malam, semua gelap gulita, semua bayang-bayang pun menghilang. Lalu Anda menyalakan lampu listrik, bayang-bayang anda pun kembali terlihat. Ketika sudah larut malam, anda matikan listrik dan tidur, bayang-bayang ikut tidur. Bayang-bayang kamu akan kembali terlihat jika kamu masih menerima sinar matahari pagi. 

Siapakah bayang-bayang itu?

Siapakah Tuhan mu?

"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya". (Al Baqarah, 2:257).***

Saturday, September 14, 2024

HINDARI KARAKTER INI AGAR TIDAK MISKIN

Oleh: Muhammad Plato

Kaya dan miskin bukan kondisi fisik seseorang. Kaya dan miskin adalah karakter manusia. Sebagaimana menurut Prof. Menachem Ali, kata Islam bukan merujuk pada orang, tapi pada substansi. Saya berpendapat, "isi Al Quran berbicara tentang karakter manusia". 

Oleh karena itu, saya berpendapat kaya dan miskin bukan merujuk pada orang, tetapi merujuk pada substansi yaitu karakter seseorang. Kaya dan miskin tidak dilihat dari ukuran kepemilikan harta, tetapi dilihat dari karakter. 

Ukuran kaya dan miskin berkaitan dengan kualitas manusia sebagai hamba Tuhan. Miskin dan kaya adalah buah dari karakter seseorang. Ahli psikologi uang mengatakan, "kekayaan bukan yang terlihat, kekayaan sesungguhnya yang tidak terlihat". 

Al Quran mengungkap karakter-karakter manusia yang tidak dicintai Allah. Orang-orang yang dicintai Allah dialah orang-orang yang berkarakter kaya. 

Awam melihat kaya dan miskin adalah sebuah kondisi material. Sesunguhnya banyak orang-orang kaya secara material, tetapi karakternya miskin. Sebaliknya, ada orang miskin secara materi tetapi karakternya kaya. 

Karakter manusia sudah ditakdirkan Allah, namun demikian, dunia materi cukup berpengaruh pada karakter seseorang. Kapan akan dominan karakter itu muncul, pada kondisi material tertentu.

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (Al Ma'aaru, 70:19-21). 

Al Quran mengungkap dua sifat pada manusia yang disebabkan oleh kondisi material. Maka, orang kaya (kebcenderung kikir, dan orang miskin (kesusahan) cenderung suka berkeluh kesah. 

Maka Allah mengemukakan obat yaitu, "bagi orang kaya dia harus bersedakah dan bagi orang miskin dia harus bersedekah". 

"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (Ath Thalaaq, 65:7).


Sunday, September 1, 2024

IBLIS MISKOMUNIKASI

Oleh: Muhammad Plato

Menarik untuk diskusi tentang siapa Iblis. Dalam chat di media sosial ada yang berpendapat, "Ada yg bilang Iblis itu paling taat dalam beraqidahnya (bukan sombong). Iblis hanya mau sujud pada ALLAH lain dari itu tak mau. Beda dengan manusia dalam Aqidahnya.  Gmn menurut @~BOY ME  kang @~Dadang A N @@logika_tuhan @~Ust Jagal  @~Mas Wirta  dan yg lainnya."

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim." (Al Kahfi, 18:50).

Mari kita diskusikan. Saya berbeda pendapat dengan pernyataan di atas, dan tidak berani menyalahkan siapapun, karena saya bukan pemilik kebenaran. Setiap orang hanya sebatas mengeluarkan pendapat, dan diterima atau tidak dikembalikan pada masing-masing. Semoga semua mendapat pahala dari Allah.

Berdasarkan informasi dari Al Kahfi ayat 50, saya memaknai bukan berarti iblis tidak mau tunduk kepada selain Allah. dalam kontek ayat ini, saya memahami, iblis tidak mau tunduk pada perintah Allah. Dalam ayat itu dijelaskan "maka ia mendurhakai perintah Tuhannya". Ini adalah karakter buruk iblis. 

Jadi konteks ayat di atas, Iblis punya karakter tidak taat pada perintah Allah. Seharusnya orang-orang yang benar-benar bertauhid kepada Allah karakternya harus taat kepada segala perintah Allah. Selanjutnya tentang kesombongan Iblis dalam surat Al Baqarah dijelaskan.

 "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al Baqarah, 2:34).

Tentang kesombongan iblis, dijelaskan dalam ayat di atas. Ayat di atas menjelaskan karakter iblis adalah sombong. Mengapa sombong? Penjelasannya ada di bawah ini.

"Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al A'raaf, 7:12).

Berdasarkan informasi ayat di atas, Iblis tidak mau sujud karena dia merasa lebih baik dari Adam. Jadi Iblis dalam hal ini miskomunikasi. Iblis, dia tidak memahami konteks kejadian sebenarnya, yaitu setiap makhluk harus taat pada perintah Allah.  

Seperti sudah saya jelaskan tadi, konteks dalam kejadian pada Al Baqarah ayat 34, dan Al Kahfi ayat 50, Allah memerintahkan sujud kepada Adam, dan Iblis tidak mau, artinya dia tidak taat pada perintah Allah. Orang yang tidak taat pada perintah Allah, maka itulah karakter orang kafir, seperti dijelaskan pada akhir ayat Al Baqarah ayat 34.

Itulah sedikit penjelasan dari saya. Masalah benar dan tidak bukan urusan saya. Manusia hanya diberi kemampuan menafsir dari sumber informasi yang Allah berikan di dalam Al Quran. Jika anda menerima pendapat ini, imani ayat Al Qurannya. Jika tidak menerima, kemukakan bagaimana pemahaman anda.

Kebenaran hanya milik Allah dan manusia tempatnya salah. Itulah etika berdiskusi. Jadi dalam konteks ini kita tidak berusaha mengklaim siapa benar atau salah, tapi berusaha bertukar pikiran untuk saling berbagi. Tak perlu ada emosi negatif. Semoga bermanfaat. Wallahu'alam.***