Sunday, October 26, 2014

TIDAK ADA LOGIKA OTAK KANAN



Menurut Fahmi Basya dalam bukunya Bumi ini Al-Qur’an, yang pertama kali diciptakan Tuhan adalah logika. Semua manusia yang diciptakan Tuhan, dalam hidupnya berlogika. Jika ada orang menghalang-halangi orang lain berlogika, maka dia telah melarang hak paling dasar dari manusia. Perbuatan melarang orang lain berlogika, sama dengan pelanggaran HAM dan pelanggaran terhadap kehendak Tuhan.   

Dasar berlogika adalah berpikir mencari  awal dan mencari akhir. Kemudian dikenal mencari sebab atau akibat. Sebagaimana sudah saya jelaskan fungsi berlogika, saya setuju dengan para ahli, ada di otak sebelah kiri. Otak kanan berfungsi mencari alternatif pengetahuan yang disimpan di otak.

Otak kanan tidak berlogika. Jika ada orang mengatakan berpikir dengan logika kanan, menurut saya tidak tepat. Sebab fungsi berlogika tetap ada di otak kiri, dan menurut saya segala informasi  tersimpan di otak kanan.

Di otak kanan tersimpan pengetahuan purba, yang sudah ada sejak manusia sebelum lahir ke dunia. Tepatnya pengetahuan purba ini tersimpan dalam otak reptil atau menurut Haruyama disebut sebagai otak nenek moyang. Kemudian ada juga bagian otak spiritual tempat tersimpannya pengetahuan purba dari Tuhan.  Berdasarkan pengetahuan purba yang ada di otak spiritual, sangat tidak mungkin manusia tidak mengenal Tuhan, sekalipun dia mengaku Atehis.

Pengetahuan purba yang ada dalam otak kanan, sering muncul tiba-tiba yang kita sebut intuisi. Itulah sebabnya orang-orang yang tidak mendapat wahyu dari Tuhan, ada kalanya tampil sebagai orang bijaksana, karena pada dasarnya setiap orang memiliki pengetahuan purba yang ada dalam otak kanannya. Kelebihan orang-orang bijaksana, sekalipun tanpa wahyu, dia pandai menggali dan menggunakan pengetahuan purba dalam menjalankan roda hidupnya.

Masalahnya, sedikit orang yang bisa mengenali pengetahuan-pengetahuan purba yang ada di otak kanannya. Bertapa, semedi, berkhalwat adalah cara-cara orang agar bisa mengenali pengetahuan-pengetahuan purba yang ada di otak kanannya. Dengan cara demikian pun tidak semua orang bisa tampil menjadi manusia bijaksana, sering tersesat karena bisikan-bisikan pengetahuan dari setan.

Untuk itulah, Tuhan menurunkan wahyu kepada manusia melalui utusan-utusannya yang terpercaya. Salah satunya utusan yang terakhir adalah Nabi Muhammad saw. Tanpa wahyu, sekalipun manusia mampu mengenali pengetahuan-pengetahuan purba dalam otak kanannya, kondisinya sangat riskan karena potensi  tersesat sangat tinggi akibat adanya bisikan-bisikan setan.

Selain pengetahuan purba, di dalam otak kanan tersimpan pula pengetahuan-pengetahuan dari hasil penginderaan panca indera. Pengetahuan dari hasil penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa semua disimpan dalam otak kanan.

Faktanya, pengetahuan yang banyak digunakan untuk mengambil keputusan adalah pengetahuan hasil panca indera yang bersumber dari alam (empiris). Kecenderungan pada pengetahuan alam, melahirkan kondisi-kondisi yang memprihatikan sekarang, seperti krisis moral. Kebanyakan orang, berpikir untuk hidup sejahtera tanpa memikirkan kesejahteraan orang lain.

Wahyu adalah kumpulan pengetahuan dari Tuhan. Wahyu sebenarnya tersimpan dalam otak kanan yang  disebut pengetahuan purba. Untuk memudahkan manusia mengetahuinya, maka dengan kasih sayangnya, Tuhan menjelaskan pengetahuan purba yang ada dalam otak kanan melalui wahyu, yang diturunkan kepada utusan-Nya. Utusan-Nya yang terakhir adalah Nabi Muhammad saw.

Melalui wahyu (Al-Qur’an), manusia bisa menggunakan panca inderanya untuk mengetahui pengetahuan yang ada di dalamnya, kemudian memprosesnya (memahami) dengan logika yang dimilikinya dan membuktikannya di alam (empiris). Melalui pengetahuan-pengetahuan yang ada dalam wahyu, manusia dituntut berpikir logis dan empiris, serta tetap mengakui ada hal-hal ghaib yang selalu terus mendorong untuk diketahuinya.

Dengan tetap yakin kepada hal-hal ghaib (belum diketahui), manusia tidak akan pernah lupa pada Tuhan yang menciptakannya. Pada akhirnya, manusia akan terus berharap suatu saat akan berjumpa dengan penciptanya. Mereka berharap terus berjumpa sampai pada waktu yang dijanjikan yaitu kehidupan akhirat yang masih ghaib.

Perbedaan sikap manusia bukan pada keberfungsian otak kiri atau otak kanannya, melainkan sumber pengetahuan yang diolahnya. Jika yang diolahnya cenderung pada sumber-sumber empiris maka kemungkinan akan terjadi penyimpangan. Demikian sebaliknya, jika yang diolahnya cenderung pada sumber-sumber purba, wahyu, tanpa pembuktian empiris kemungkinan terjadi penyimpangan pula.

Yang diajarkan Tuhan melalui wahyu-Nya, kita harus memanfaatkan pengetahuan purba atau pengetahuan wahyu dari Tuhan, dan pengetahuan empiris, secara seimbang. Nabi Muhammad saw adalah contoh teladan yang telah mempraktekkannya.

Dalam hidupnya, Nabi Muhammad saw menggunakan pengetahuan dari Tuhan melalui wahyu, dan membuktikan kebenarannya di tataran empiris dengan membuktikannya sendiri. Beliau adalah ahli logika, ahli perang, pemimpin jujur dan sangat berpengaruh.  Untuk itulah menurut Michael H. Hart, Muhammad saw, pantas menjadi pemimpin nomor satu paling berpengaruh di dunia. Sekian dulu penjelasan dari saya. Semoga memberi pencerahan. 


Salam sukses dengan logika Tuhan, follow me @logika_Tuhan.