Monday, February 25, 2013

NABI IBRAHIM, MENGAJARKAN LOGIKA TUHAN


Kawan-kawan, dalam ajaran Islam ada anjuran membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Inti shalawat adalah doa kesejahteraan untuk Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim as. Kalimat shalawat itu sendiri diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam hal ini, saya ingin memberi sedikit pemikiran mengapa Nabi Ibrahim as masuk pada Nabi yang selalu mendapatkan doa dari umat Islam ketika bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Mengapa Nabi Ibrahim? Tidak Nabi Adam, Musa, Nuh, atau Luth? Saya coba bantu kawan-kawan memahaminya dengan kemampuan berpikir yang saya miliki. Kawan-kawan, kalau pemikiran saya ini  salah, itu kesalahan saya, dan kalau benar itu dari Tuhan. Tapi ada keterangan hadis, kalau saya salah, masih dapat satu pahala, kalau benar dapat dua pahala. Jadi berpendapat adalah pekerjaan yang terbebas dari dosa karena salah dan benar tetap mendapat pahala. Yang berdosa itu, jika sudah tahu pemikirannya salah, ehh...malah ngotot pengen tetep bener. Jadi ngotot pengen bener itulah yang narsis alias dosa. Jadi jangan takut mikir ya.

Kembali ke Nabi Ibrahim as, jika kita amati dalam kitab suci, Nabi Ibrahim as, berbeda dengan Nabi-Nabi terdahulu lainnya. Nabi Ibrahim as, adalah Nabi yang menganjurkan keesaan (ketauhidan) kepada Tuhan dengan menggunakan logika. Sebagai contoh bisa kita amati dalam kutipan kitab suci Al-Qur’an di bawah ini; 

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim. (Al Baqarah:258).

Dari keterangan di atas ada dua pendekatan logika yang bisa kita amati, yaitu logika Tuhan dan Logika materialis. Dalam perdebatan itu, Nabi Ibrahim as adalah orang yang menggunakan logika Tuhan, artinya dalam pandangan Nabi Ibrahim, Tuhan-lah sebagai penyebab dari segala sebab kemungkinan. Tuhan menjangkau yang ghaib dan nyata (empiris, materialis). Sedangkan lawan debatnya, menggunakan kemampuan akalnya yang terbatas pada logika materialis.

Logika Tuhan yang digunakan Nabi Ibrahim as tidak memiliki keterbatasan, sedangkan logika materialis dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Untuk itulah Nabi Ibrahim as dengan mudah mematahkan penganut logika materialis hingga terdiam dan keheranan, atau kesulitan untuk mengimbanginya.

Namun, Nabi Ibrahim as pun tidak mau terjebak dengan logika Tuhan yang memungkinkan segala yang tidak mungkin dan akan menggiringnya kepada ajaran mistis (mitos). Nabi Ibrahim as menguji logika Tuhan dalam kebenaran-kebenaran empiris. Sebab, Tuhan yang tidak terbatas ruang dan waktu, kebenarannya harus terbukti juga secara empiris. Pengujian logika Tuhan dengan logika empiris itu diberitakan dalam kitab suci Al-Qur’an; 

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (al Baqarah:260)

Setelah memiliki keyakinan teguh bahwa Tuhan menyangkut kebenaran ghaib dan nyata (empiris), Nabi Ibrahim as. menyadarkan para penyembah berhala dengan mengajak berlogika. 

Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang dzalim". (Al Anbiyaa’: 58-59).

Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". (Al Anbiyaa’:62-63)

kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara". (Al Anbiyaa’:65)

Dari perdebatan logis di atas, Nabi Ibrahim as telah berhasil menyadarkan para penyembah berhala dengan kesadarannya sendiri mengakui bahwa yang disembahnya tidak dapat berbuat apa-apa sekalipun hanya bicara. 
Namun, karena sifat ngotot dan narsisme para penyembah berhala, tidak mau mengakui kesalahan logika berpikirnya, lantas mereka membakar hidup-hidup Nabi Ibrahim as. Dan Tuhan memerintahkan api, “dinginlah”. Hanya orang-orang yang memahami logika Tuhan-lah yang bisa memahami bahwa api bisa dingin. Dan kebenaran logika Tuhan menyangkut kebenaran yang ghaib dan nyata. Itulah ajaran logika Tuhan yang diajarkan Nabi Ibrahim as. 

Kesimpulannya, mengapa Nabi Ibrahim menjadi salah satu Nabi yang mendapatkan shalawat setelah Nabi Muhammad saw. Pendapat penulis, Nabi Ibrahim adalah imam para Nabi dalam berlogika. Dia adalah Nabi yang berhasil mempertahankan dan membebaskan manusia dari penyembahan terhadap berhala-berhala selain Tuhan dan menumbangkan cerita-cerita mistis atau mitos-mitos tentang Tuhan. Nabi Ibrahim adalah ahli logika yang berhasil meyakinkan para penganut agama sampai pada derajat haqul yakin. Cara-cara yang dilakukan Nabi Ibrahim as, kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw. Maka di dalam kitab suci Al-Qur’an Allah berfirman;

Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Ali Imran:68)

Dapat dipahamilah mengapa Nabi Muhammad saw, menganjurkan umatnya bershalawat selain kepada dirinya juga kepada Nabi Ibrahim as. Pesannya agar umat Islam belajar meng-Esa-kan Tuhan dengan logikanya seperti cara-cara yang dilakukan Nabi Ibrahim as. agar keimanannya kepada Tuhan terbebas dari berhala, ceita-cerita mistis (mitos) yang hanya berdasarkan pada prasangka, dan kerap menyekutukan Tuhan. 

Demikian penjelasan saya, semoga Tuhan memberikan hidayah kepada kita semua. Salam sukses dengan Logika Tuhan. Follow me@logika_TUhan

Wednesday, February 20, 2013

SEMUA WAJIB IKUTAN PEMILU

Tuhan tidak buta dengan politik. Kalau ada orang yang mencoba memisahkan politik dengan Tuhan (agama). Baca lagi yang teliti kitab sucinya. Kalau Tuhan tidak dilibatkan dalam politik, bisa Anda saksikan sendiri, semua terjebak dalam pusaran suap dan korupsi. Mohon maaf, ustad pun terseret kasus suap. (maaf tidak maksud menyinggung siapapun). 

Hehehe...kita singgung sedikit masalah politik ya. Dalam pemilu kita sering mendengar istilah golput. Saya pahami dari etika agama, golput bisa dikatakan sebagai tindakan kurang bertanggung jawab.

Dalam ideologi Pancasila, pelaksanaan pemilu berlandaskan pada sila ke empat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Dalam hal ini, pelaksanaan pemilu berkaitan erat dengan kegiatan permusyawaratan.

Bagi saya, bentuk permusyawaratan tidak harus kaku dengan duduk melingkar berdiskusi dan memutuskan masalah di atas meja. Teknis permusyawaratan bisa dalam bentuk pemilihan langsung  melibatkan seluruh masyarakat melalui pemilu .

Muhammad Fethullah Gulen (2012) pemikir muslim dari Turki berpendapat, musyawarah yang disebut dalam Al-Qur’an memiliki dasar fleksibel sehingga dapat berubah mengikuti kebutuhan zaman.

Sejak tahun 1955, masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim menyepakati bahwa bentuk permusyawaratan, telah direfresentasikan dalam bentuk pemilihan umum.

Masih menurut Gulen, dalam Al-Qur’an, musyawarah disandingkan sejajar dengan shalat dan infak. Artinya musyawarah di sejajarkan dengan ibadah ritual. Musyawarah merupakan landasan hidup yang harus dipegang teguh baik oleh para pemimpin maupun rakyat jelata. Para pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menerapkan musyawarah dalam kebijakan politik, pemerintahan, hukum, dan berbagai hal yang berhubungan dengan masyarakat luas. Sementara rakyat memiliki tanggung jawab untuk menjadikan musyawarah sebagai wahana penyampaian aspirasi.

Rasulullah saw bersabda: “tidak akan merugi orang yang beristikharah dan tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah. (HR, Ath Thabrani).

Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “...dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan itu...”. (Ali Imran:159).

Kembali menurut Gulen, setiap keputusan yang dihasilkan dari musyawarah memiliki ketetapan hukum yang kuat. Jika terdapat kesalahan hanya bisa diputuskan kembali melalui musyawarah berikutnya. Sejak zaman dulu para pemimpin besar, cendekiawan, bahkan para filsuf, selalu mencari solusi atas berbagai masalah kemanusiaan melalui musyawarah.  

Selanjutnya, jika terjadi perbedaan pendapat dalam sebuah musyawarah tidak bisa ditemukan jalan tengahnya, maka pendapat yang diambil adalah yang paling banyak mendapat dukungan dari peserta musyawarah. Alasannya karena Rasulullah menetapkan, pendapat mayoritas setara dengan hukum yang dicapai lewat konsensus. Rasulullah saw bersabda, “’tangan Allah’ bersama jamaah”. (At-Tirmidzi).

Melihat begitu sakralnya musyawarah dalam kata kata lain pemilu, sudah seyogyanya masyarakat dengan penuh tanggung jawab mendukung terlaksananya  pemilu dengan sebaik-baiknya. Ingatlah bahwa pemilu adalah bentuk permusyawaratan sebagaimana di diperintahkan oleh Tuhan.

Maka begitu sakralnya pemilu dalam pandangan agama, sebaiknya warga masyarakat yang sudah memiliki hak pilih jangan golput. Yakinlah pada janji Tuhan.

“Demi Allah, tidaklah suatu kaum itu bermusyawarah melainkan mereka pasti akan mendapatkan petunjuk ke arah yang terbaik bagi mereka”. (HR. Al-Bukhari). Semoga Tuhan memberkahi negeri kita. Amin.

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan

Tuesday, February 19, 2013

PEMIMPIN SALAH HUKUM DUA KALI LIPAT

Tulisan ini terinspirasi dari pernyataan pejabat negara dalam sebuah acara dialog televisi swasta. Pernyataan itu berbunyi, “anggota parlemen bukan Nabi”. Artinya anggota parlemen bukan Nabi yang selalu benar, tapi manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan”. Pernyataan ini dikemukakan seorang anggota parlemen guna menanggapi dugaan pemerasan BUMN oleh oknum anggota parlemen.

Penulis merasa kurang sependapat, jika pernyataan seperti di atas, keluar dari mulut seorang wakil rakyat yang terhormat. Pernyataan itu bias dengan sikap tidak bertanggung jawab, berlindung di balik kelemahan untuk menutupi kesalahan. Bahayanya jika pernyataan itu menjadi sebuah pembenaran terhadap sebuah kesalahan.

Dalam ajaran agama, dosa (kesalahan) manusia terbagi menjadi dua. Ada kesalahan besar dan kecil, ada juga kesalahan yang tidak termaafkan dan bisa dimaafkan. Salah satu dosa besar yang tidak termaafkan adalah durhaka kepada orang tua dan menyembah kepada selain Tuhan. Di luar itu kesalahan-kesalahan manusia masih bisa termaafkan. Dalam kata lain Tuhan menegaskan kaepada manusia, kesalahan-kesalahan yang tidak termaafkan sangat tidak boleh (dilarang keras) dilakukan oleh manusia, karena hal itu menyangkut asas kehidupan hakiki yang harus dimiliki oleh setiap umat manusia ciptaan Tuhan.

Berdasarkan terminologi di atas, dalam kehidupan politik kesalahan pejabat (pemimpin) terbagi menjadi dua. Kesalahan yang bisa dimaafkan dan kesalahan yang tidak termaafkan. Para pemimpin adalah orang-orang pilihan yang diberi mandat oleh manusia lainnya untuk memimpin umat. Keputusan-keputusannya sangat diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat. Maka, para pemimpin sangat dituntut untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam tindakannya, karena akan berdampak pada banyak orang. 

Untuk itu para pemimpin sangat dituntut tidak melakukan kesalahan, karena posisinya oleh Tuhan disejajarkan dengan para Nabi.

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu...” (An nisa:59).

Untuk itu para pemimpin harus hati-hati dalam bertindak. Semaksimal mungkin para pemimpin jangan sampai melakukan kesalahan, apalagi kesalahan yang tidak termaafkan. Larangan Tuhan bagi para pemimpin berbuat kesalahan ditegaskan dengan hukuman berbeda, yaitu dua kali lipat dari manusia biasa.

“Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (Al ahzab:67-68).

Betul, para pemimpin bukanlah Nabi, tapi Nabi adalah manusia yang juga tidak luput dari kesalahan. Nabi Adam berbuat salah karena memakan buah khuldi, Nabi Musa pernah berkelahi sampai lawannya terbunuh, Nabi Ibrahim belajar dari kesalahan dalam menemukan Tuhannya. Nabi Muhammad saw, salah ketika bermuka masam kepada seorang buta yang hendak mendapatkan pemahaman Islam.

Kesalahan para Nabi bukan kesalahan mendasar yang tidak termaafkan. Dalam perbuatan salahnya, para Nabi tidak berusaha lari, atau berkelit menutupi kesalahan. Mereka menerima kesalahan sebagai bagian dari dirinya, mereka mohon ampun kepada Tuhan dan selanjutnya berkomitmen untuk berbuat kebaikan.

Contohlah! Pengakuan kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Adam setelah makan buah khuldi. Nabi Adam mengakui kesalahan bersumber dari dirinya, tidak membela diri dengan menyalahkan setan sekalipun.

Alangkah eloknya jika para pemimpin meneladani para Nabi. Mengakui kesalahan sebagai bagian dari dirinya. Para Nabi tidak berkilah dengan kata-kata untuk menghindar dari kesalahan. Ada baiknya kita belajar dari pepatah, “hindari masalah, dan kamu tidak akan pernah jadi orang yang memecahkannya” (Richard Bach).

Bagi seekor burung, satu-satunya hambatan untuk terbang adalah udara, tapi jika tidak ada udara burung tidak akan bisa terbang. Masalah utama yang dihadapi perahu bermotor adalah air yang menyentuh baling-baling perahu. Tetapi jika tidak ada air, perahu tidak akan bergerak dengan cepat. (www.AsianBrain.com). Masalah adalah kondisi yang harus dihadapi untuk kemajuan bangsa.

Semoga kita semua bisa belajar dari kesalahan seperti para Nabi, bukan membalas kesalahan dengan mencari kesalahan orang lain. Apalagi menutup kesalahan dengan berkilah dibalik kelemahan manusia sebagai makhluk yang tidak luput dari kesalahan.

Benar, para Nabi tidak pernah melakukan kesalahan, tapi para Nabi tidak pernah salah dalam hal-hal yang prinsipil. Dalam hal-hal kecil (terampuni) para Nabi pernah salah. Pemerasan dan kongkalingkong adalah kesalahan prinsip yang tidak termaafkan jika dilakukan pemimpin. Perbuatan itu melanggar asas kepemimpinan dan melukai hati rakyat banyak.

Seyogyanya, semaksimal mungkin para pemimpin tidak boleh melakukan kesalahan asasi, karena akan sangat melukai hati rakyat. Berpikirlah wahai umat manusia.

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan

NEBENG BEKEN (POPULER) SAMA TUHAN

Di zaman sekarang, banyak orang pengen beken (populer) demi mendapat kekayaan atau kekuasaan. Dulu beken ini hanya untuk kalangan artis saja, namun karena perubahan zaman dimana kekuasaan dan kekayaan berkaitan dengan popularitas jadilah semua orang mengejar-ngejar popularitas. Selain itu perkembangan teknologi informasi mendorong setiap orang untuk populer.

Ingin populer tidak dilarang, mungkin karena manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk populer. Yang dilarang adalah meraih popularitas dengan cara-cara yang merugikan orang lain. Ya semisal ingin populer dengan mebuka-buka aib orang lain. Ada juga yang membuka-buka aurat karena ingin cepat populer. Ada juga yang nebeng-nebeng pada orang-orang beken, atau bayar mahal ke media untuk tampil mempesona, biar cepat populer. Ya manusia ada-ada saja.

Padahal yang bikin populer atau tidak, itu bukan siapa-siapa kecuali urusan dia sendiri dengan Tuhan Yang Maha Populer. Kalau di tanya, seluruh isi dunia ini, tidak ada yang tidak kenal Tuhan.

Ada tuh orang Atheis, tidak kenal Tuhan. Orang-orang Atheis bukan tidak kenal Tuhan, dia itu pura-pura tidak kenal, makanya otak dia kacau. Kalau pun tetap menyanggah tidak kenal Tuhan, tuh kata-katanya sendiri berasal dari kata A-THEIS. Berarti kata itu menunjukkan sudah kenal Tuhan, cuman dia mentiadakannya. Tidak ada makhluk yang terbodoh di dunia ini selain orang-orang Atheis.

Jadi kalau Anda pengen populer, nebeng beken sama Tuhan. Yang menaikkan dan menurunkan popularitas itu hanya Tuhan. Alat-alat di luar Tuhan itu berada di dalam genggaman Tuhan. Baca nih, Tuhan bertanya sama Anda.

“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kami kah yang menciptakannya?” (Al Waaqi’ah:58-59).

Kalau saya umpamakan ke dalam bahasa lain begini bunyinya, maka terangkan apa itu popularitas? Apakah dirimu sendiri yang menjadikan populer atau Tuhan?

Ini Tuhan ngajak mikir lagi sama kita;

“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?” (Al Waaq’ah:63-64).

Saya umpamakan lagi dalam bahasa kita, terangkan apa yang membuat kamu populer? Kamukah yang membuat kamu populer, kemampuan mu kah yang membuat kamu pepuler, mediakah yang membuat kamu populer, orang populerkah yang membuat kamu populer?

Kalau orang-orang beriman kepada Tuhan jawabannya pasti begini, kami tunduk kepada ketentuan Mu, Engkau lah Tuhan kami, sejak penciptaan bapak Adam dan ibu Hawa orang tua kami, Engkaulah yang mempopulerkan Bapak Adam dan Ibu Hawa kepada seluruh alam.

Para Nabi adalah orang-orang populer. Siapa yang mempopulerkan para Nabi, ya Tuhan. Lalu bagaimana agar Tuhan mempopulerkan nama kita. Ikuti ahklak-akhlak para Nabi, dan Nabi Muhammad saw termasuk Nabi terakhir yang masih dapat kita teladani sampai sekarang. Kenapa? Karena bukti-bukti otentik kenabiannya masih bisa kita baca sampai sekarang yaitu dalam Al-Qur’an dan Hadis. Sementara Nabi-nabi yang lain sudah bercampur baur dengan pikiran-pikiran kotor manusia narsis yang ingin beken dengan cara-cara menyembunyikan ketentuan-ketentuan Tuhan sesuai dengan kepentingan dirinya.

Maka, aku berlindung dan numpang beken kepada Tuhan Yang Maha Populer. Sekalipun tidak beken di dunia, mudah-mudahan populer di langit.

Salam sukses dengan Logika Tuhan. Follow Me @logika_Tuhan

TIDAK MAU BERLOGIKA = DOSA

Manusia keturunan Adam hidup dalam lingkungan yang disebut alam. Dari segi kebahasaan, kata “alam” satu akar dengan “ilmu”, “alamat” dan terkandung juga dalam kata “ayat”. Jadi jagat raya adalah alamat atau ayat Tuhan. Karena itu alam adalah sumber ilmu manusia, maka manusia diperintahkan untuk memperhatikan alam dan gejala-gejala alam yang ada. Alam raya dan gejala-gejala yang ada di dalamnya adalah ayat-ayat Tuhan.

Nurcholis Madjid (1009) berpendapat, “Pertanda”, “alamat”, atau “ayat”, dari Allah itu adalah untuk kaum yang berpikir. Semesta alam sebagai pertanda Tuhan, tidak akan dimengerti kecuali oleh orang-orang yang berpikir.

“Dan dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum berpikir” (Ar-rad : 3).

Hebat bukan? orang-orang berpikir (berlogika) bisa menundukkan langit dan bumi.

Coba Anda belajar sejarah deh,  kesadaran untuk berpikir tentang ayat-ayat Tuhan mengalami penurunan sejak abad ke-12. Orang-orang yang mengaku beriman menarik diri dari kewajiban berpikir. Memang, semua itu dilakukan dalam rangka kehati-hatian untuk menjaga kemurnian ajaran agama dari pemikiran-pemikiran manusia. Tetapi begitu banyak ayat-ayat Tuhan dan begitu jelas memerintahkan kepada manusia untuk berpikir.

“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir” (Al Hasyr:21).

Perintah Tuhan untuk berpikir tidak dikhususkan untuk kelompok dan individu tertentu. Tuhan memerintahkannya kepada seluruh Alam (termasuk manusia). Tuhan banyak memberikan perumpamaan yang indah dan jelas, apa akibat bagi orang-orang yang tidak mau berpikir. Tuhan mendudukkan orang-orang yang tidak berpikir dengan kedudukan yang rendah, sama dengan binatang bahkan lebih rendah dari binatang.

Terpuruknya orang-orang beriman ke dalam jurang kebodohan dan kemiskinan adalah dampak dari hilangnya budaya berpikir. Jika dipahami dan diamati, posisi orang beriman kurang dihargai dan dicurigai sebagai orang yang tidak toleran, dan penyebar teror. Sungguh tidak masuk akal jika Tuhan meridhai orang beriman menjadi umat yang tidak berkualitas dan dilecehkan. Padahal Tuhan menjelaskan orang beriman adalah umat-umat unggul dan terpilih. Tentulah bukan pada ayat-ayat Tuhan yang salah, tetapi ada pada orang-orang beriman itu sendiri.

Untuk itulah saya sadar betapa pentingnya untuk membiasakan budaya berpikir, agar bisa memahami, menyadari bahwa Tuhan itu benar-benar ada dan bisa dibuktikan keberadaannya   melalui hal-hal kecil sampai besar, dari hal-hal biasa sampai yang luar biasa. Logika Tuhan harus dirasakan hadir dan terbukti dalam kehidupan sehari-hari. Seandainya Tuhan memiliki ketentuan, “akan membalas setiap perbuatan jahat setimpal dengan kejahatan”, maka manusia harus merasakan kehadiran logika ini di dunia. Kesadaran terhadap berlakunya logika Tuhan tidak akan tercapai jika kita tidak berpikir. Maka berpikirlah bahwa Tuhan itu ada, jika kita tidak berpikir jangan-jangan kita telah menganggap Tuhan tidak ada.

Begitu pentingnya berpikir, dari penelitian saudara TH. H. Muhammad (1983) di dalam ayat-ayat Al-Qur’an terdapat, 80 ayat mengandung kata ilmu, 63 ayat mengandung ajakan berpikir, 45 ayat mengajak untuk melakukan penalaran (mengamati, memikirkan, menyelidiki dengan seksama), dan 24 ayat memberikan lampu merah terhadap kebodohan.

Berdasarkan informasi di atas, Tuhan sangat menganjurkan kita menjadi manusia cerdas dan berilmu agar bisa meningkatkan keimanan. Dengan informasi di atas, sudah jelaskan kalau tidak mau mikir atau berlogika sama dengan berdosa. Berpikir atau berlogika adalah perintah Tuhan.

Selanjutnya jika kita perhatikan, Al-Qur’an mengandung 63 ayat berpikir, kemudian dihubungkan dengan usia Nabi Muhammad SAW yang wafat pada usia 63 tahun, maka dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh hidup Nabi Muhammad SAW diabdikan untuk berpikir, dan inilah hakikat hidup manusia jika ingin berkualitas sekelas Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah jagonya logika Tuhan. Baca saja hadis-hadisanya banyak mengandung logika Tuhan.

Takdir Tuhan tersebar seluas jagat raya, baik yang sudah kita ketahui maupun yang belum kita ketahui. Takdir-takdir yang sudah diketahui menjadi konsep yang kita pahami. Tugas manusia lah untuk menemukan takdir-takdir Tuhan baru, agar menemukan konsep-konsep baru yang lebih banyak lagi. Disinilah letak mengapa berpikir menjadi suatu kegiatan penting yang harus dilakukan untuk memahami kehidupan. Oleh karena itu berakal saja tidak cukup, jika tidak dibarengi dengan aktivitas berpikir.

Kegiatan mendasar yang harus dipahami dalam berpikir adalah menghubungkan. Melalui kegiatna menghubung-hubungkan, kita dapat menemukan berbagai makna kehidupan. Bahkan melalui proses menghubung-hubungkan kita akan menemukan logika-logika kehidupan yang berlaku pasti, dan mampu menemukan siapa Penciptanya.

Untuk itu, Prof. Komarudin Hidayat dan Fahmi Basya (2005) dalam bukunya Matematika Islam berpendapat “orang cerdas dan kreatif adalah mereka yang memiliki simpanan informasi (nama-nama) sebanyak mungkin, lalu dihubungkan dengan nama lainnya sehingga melahirkan produk baru.

Dengan demikian sesungguhnya tidak ada sesuatu yang baru, melainkan hasil menghubungkan”.

Proses menghubung-hubungkan nama-nama yang ada dalam otak disebut dengan berpikir. Proses menghubung-hubungkan semacam ini sesuai dengan isi Al-Qur’an yang sling berhubungan, atau kinerja saraf dan sel-sel otak yang jumlahnya milyaran saling berhubungan. Oleh karena itu, banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada manusia untuk berpikir  dalam arti menghubung-hubungkan. Berlogikalah...! Think!

Salam sukses dengan logika Tuhan! Follow me @ logika Tuhan.

Monday, February 18, 2013

IPPHO SANTOSA PROFESOR LOGIKA TUHAN

Menurut Ippho Santosa, intinya begini lah, “iklhas itu pamrih”. Beliau menjelaskan bahwa setiap barang yang kita sedekahkan akan dibalas oleh Allah mulai 10 kali lipat, atau 700 kali llipat. Jadi bersedekah itu boleh pamrih, asal pamrihnya kepada Allah. Penulis Setuju!

Logika yang dikembangkan Ippho Santosa, adalah turunan dari ketetapn Al-Qur’an sebagai berikut; logika pertama, Allah membalas 10 kali lipat;

“Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)”. (Al An’am:160).

Dalam surat ini, berlaku logika pengurangan “1-1=10”. Inilah logika Al-Quran yang dijadikan rumus hidup oleh Ippho Santosa. Logika kedua, sebagai berikut;

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Al Baqarah: 261).

Kalau kita identifikasi, ayat di atas menjelaskan balasan berlipat ganda yang dijelaskan oleh Ippho Santosa. Tertulis dalam konsep Al-Quran yaitu,  “sebutir  benih menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji”.  Jika kita buat rumus dari kelipatan itu adalah “1-1=700”.

Dari mana logika-logika di atas kita ketahui? Dari Al-Qur’an kan.  Al-Qur’an siapa yang buat? Ya jelas Tuhan bukan Nabi Muhammad saw. Maka dari itu saya sebut ini logika Tuhan. Kalau disebut logika Al-Qur’an, saya takut akan ada yang terjebak men-Tuhan-kan Al-Qur’an.

Selanjutnya, Ippho Santosa berpendapat, “Ikhlas atau Tidak Ikhlas Tetap Dibalas”. Mengapa demikian? Ippho berpendapat bahwa sedekah berbalas ini sudah menjadi ketentuan Tuhan, dan dia sebut sebagai hukum kausalitas. Berikut adalah ketetapn Tuhan yang mendasari pendapat Ippho;

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,...” (Al Israa:7).

Ayat di atas menjelaskan berlakunya hukum kausalitas atau menurut penulis hukum gravitasi seperti yang terdapat dalam bumi. Jadi dengan berlakunya hukum ini, “kalau anda keluarin sedekah (ikhlas atau tidak), Allah tetap akan mengembalikan sedekah anda, karena itu ketetapan”. Seperti benda yang dilempar ke atas, di lempar oleh orang beriman atau Atheis sekalipun akan kembali ke bawah karena itu sudah ketetapan (hukum).

Dalam hal ini mohon maaf ya, penulis tidak numpang beken ke orang-orang keren seperti Ippho Santosa. Kalau nebeng keren sama Tuhan Yang Maha Keren penulis akui. Ada sedikit perbedaan antara logika Tuhan dengan logika kanan yang dikembangkan Ippho Santosa.

Inti perbedaannya, Ippho Santosa mencoba menjelaskan logika-logika hidup dari kitab suci tanpa menjelaskan itu logika yang bersumber dari Tuhan, sedangkan logika Tuhan yang penulis kembangkan berusaha menjelaskan kepada semua orang bahwa apa yang diucapkan oleh orang-orang besar seperti Ippho Santosa, Mario Teguh, Bob Sadino, David McClelland, James House, Bill Gate, Warren Buffett, semuanya bersumber dari Tuhan yang bisa kita ketahui dari kitab suci Al-Qur’an. Tapi penulis akui Ippho Santosa adalah orang yang berhasil mensosialisasikan logika Tuhan dan layak mendapat gelar Profesor logika Tuhan.

Keunggulan logika Tuhan adalah mencoba membimbing terus setiap orang untuk hidup di jalan Tuhan dan selalu dekat dengan Tuhan. Sebaliknya jika Anda memahami hukum sedekah dari logika kanan yang dikembangkan Ippho Santosa, maka bisa jadi anda terjebak akan men-Tuhan-kan Ippho Santosa, dan itu hal yang sangat dihindari dalam agama Islam.

Maka sebaik-baiknya pengetahuan ujung-ujungnya harus selalu dikaitkan dengan Tuhan, dan untuk itu logika Tuhan penulis perkenalkan kepada khalayak umat manusia di muka bumi, dengan sengaja untuk menggiring setiap orang mau membaca kitab suci Al-Qur’an karena di sana terdapat hikmah dan berkah (rahmat) bagi seluruh kehidupan manusia.

Jika ada yang bertanya apakah Tuhan punya logika? Jawabannya enteng,  bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin, jangankan logika, seluruh isi langit dan bumi bisa Tuhan miliki. Puas!

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan
 

Sunday, February 17, 2013

MARIO TEGUH BERPIKIR DENGAN LOGIKA TUHAN



Motivator yang satu ini memang berbeda dengan motivator-motivator lainnya. Followernya jutaan orang bukan hanya di dalam negeri (Indonesia) tapi di luar negeri. Acara Golden Ways yang diasuhnya dalam salah satu televisi swasta, selalu menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang menginginkan kearifan dalam menghadapi kompleknya masalah kehidupan.  

Mau tahu, mengapa perkataan-perkataan Mario Teguh bisa menghipnotis jutaan orang? Rahasianya karena Mario Teguh membahasakan wahyu Tuhan (Al Qur’an) ke dalam bahasa yang bisa dipahami dan dimengerti oleh semua kalangan. 

Penulis belum pernah berkomunikasi langsung dengan Mario Teguh (mudah-mudahan Allah mempertemukan). Penulis hanya akan mencoba menganalisis gaya berpikir Mario Teguh dari sudut pandang Logika Tuhan yang penulis kembangkan.

Dari pengamatan Penulis, Mario Teguh yang berlatar belakang akademisi adalah penterjemah Al-Qur’an. Beliau mencoba memahami Al-Qur’an dengan logikanya, kemudian menterjemahkan ke dalam bahasa santun tanpa mengubah makna dasar dari bunyi ayat Al-Qur’an. Dalam gaya komunikasinya Beliau tidak pernah menyebutkan bahwa perkataan ini bersumber dari Al-Qur’an, tapi kalau kita perhatikan dia sering mengutif terjemahan Al-Qur’an dalam bahasanya sendiri untuk menegaskan pendapatnya.
Kalau anda benar-benar perhatikan, setiap perkataan Mario Teguh bersumber pada logika Al-Qur’an. Untuk meyakinkan para pembaca, berikut ini akan penulis kutif beberapa pernyataan Mario Teguh yang super dari tayangan rekaman MTGW di youtube, kemudian penulis analisis dari mana sumber asal perkataan super itu hingga bisa keluar dari mulut seorang Mario Teguh. Perhatikan !

PERTAMA
“Jika ingin sejahtera, sejahterakanlah orang lain” (Mario Teguh). Penulis analisis, pernyataan ini bersumber dari logika Al-Qur’an, tepatnya dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 261, 

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Mengapa Mario Teguh berpendapat jika ingin sejahtera harus mensejahterakan orang lain? Logikanya dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 261, bahwa jika kita mensejahterakan orang lain (menafkahakan harta di jalan Allah atau sedekah), maka Allah akan mensejahterakan kita sampai 700 kali lipat (Allah melipatgandakan ganjaran sedekah kita). 

Logika dalam surat Al Baqarah ayat 261 juga menjelaskan,tentang  bunyi hadis Nabi Muhammad saw, yang menyarankan kita untuk bersedekah jika ingin kaya. Jadi Pernyataan yang dikemukakan Mario Teguh sebetulnya mengubah bahasa Al-Qur’an dan Hadist ke dalam bahasa yang mudah dicerna. Dan itulah inti logika Tuhan yang penulis maksud, karena logika ini bersumber dari Tuhan yang disampaikan kepada kita semua melalui utusannya yaitu Nabi Muhammad saw.

KEDUA
 “Menginginkan yang lebih tinggi, kalau gagal tetap lebih tinggi dari pada berhasil menginginkan yang rendah” (Mario Teguh). Logika berpikir seperti itu didasari oleh pola pikir dari Al-Qur’an surat Alam Nasyrah ayat 5-6,

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

Lihat cetak tebal. Dari ayat di atas keluar logika bergiliran; kesulitan (level 1)---kemudahan (level 2)----kesulitan (level 3)----kemudahan (level 4), kesulitan (level 5), kemudahan (level 6) dan seterusnya.

Bisa Anda lihat jika target keinginan Anda ada di level 6, maka gagal yang harus Anda lalui ada di level 5. Sebaliknya jika target keinginan Anda ada di level 2, maka hanya 1 level kegagalan yang harus Anda lalui. Maka jelas terlihat, jika kegagalan Anda ada di level 5 karena ingin mencapai keinginan di level 6, maka kedudukan Anda lebih tinggi dari pada berhasil hanya di level 2. Subhanallah!

Dari logika ini, Mario Teguh berkesimpulan, gagal dalam meraih keinginan yang tinggi, kedududukannya lebih tinggi dari pada berhasil meraih keinginan yang rendah. Ini!

KETIGA
“Untuk tahu cinta seseorang itu palsu, itu kita harus membiasakan diri dengan cinta yang asli di keluarga. Kita tidak biasa berhati-hati dengan itu, karena keluarga lebih kelihatan masalahnya dari pada kebahagiannya. Ibu, jika masih ada, yang kita ingati omelannya dari pada kasih sayangnya. Maka dari itu,  “Pelajarilah cinta sebelum Anda dibutakan oleh cinta”. (Mario Teguh). Logika ini dibangun oleh Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23,

“...dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.

Dalam bahasa Mario Teguh, agar kita sebagai anak berbakti kepada orang tua, kita diajak belajar mendeteksi cinta sejati di lingkungan keluarga, yaitu cinta seorang ayah atau ibu kepada anaknya. Maksudnya kita disuruh untuk memahami pengorbanan ibu bapak kita dalam membesarkan kita. Dengan memahami ini, maka diharapkan setiap orang akan sadar bahwa cinta sejati layak untuk diberikan kepada ibu dan bapak kita bukan kepada orang di luar itu.

Namun apa daya, kita sering melihat kekurangan ibu, bapak kita dari pada melihat kasih sayangnya yang tulus. Ada kalanya kita terjebak oleh cinta palsu yaitu di saat pacaran. Kita tergila-gila memuja-muja, taat, patuh, kepada pasangan. Dikatakannya, itulah cinta sejati, padahal itu palsu.

Belajarlah untuk melihat cinta sejati dari ibu dan bapak kita disaat memelihara dan membesarkan kita, bukan selalu melihat kekurangannya. Untuk itu Mario Teguh berkata, “pelajarilah cinta sebelum dibutakan cinta”.  Logika ini dibangun oleh pola berpikir dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah: 216, “...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;”

KEEMPAT
“Kita selalu menyepelekan yang kecil tetapi dampaknya besar”. (Mario Teguh). Logika ini diterjemahkan oleh Mario Teguh dari Al-Qur’an surat Al Hajj ayat 73.

“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (Al Hajj:73)

Seperti kita ketahui, ada manusia yang menyembah kepada selain Tuhan. Mereka merayakan upacara penyembahan dengan pesta meriah, penuh khidmat, dan sangat memuliakan sesembahannya. Padahal sesembahannya tidak sedikitpun dapat membesarkan kehidupannya. Maka Allah membandingkan sesembahan yang mereka sembah itu dengan seekor lalat yang hampir kita sepelekan keberadaannya. Mereka yang menyembah dan disembah (selain Tuhan), lebih lemah dari sesekor lalat.

Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu”. Subhanallah. Lalat itu sepele tapi punya kekuatan besar dari pada sesembahan yang mereka agung-agungkan itu.

Logika berpikir di atas Mario Teguh aplikasikan dalam membaca fenomena upacara perkawinan. Banyak orang membesar-besarkan, mengaagung-agungkan pesta perkawinan, padahal yang lebih penting tapi sepele dan itu diperintahkan oleh Tuhan adalah melakukan akad pernikahannya.  Intinya dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa perkawinan yang sederhana mengundang keberkahan Tuhan! Jadi sebetulnya upacara perkawainan itu adalah akad nikah. Selesai. Sederhana bukan?

Baik, kawan-kawan sekian dulu penjelasan dari penulis, lain kali Insya Allah kita sambung lagi dengan analisa logika berpikir Mario Teguh yang lainnya. Tentu dari sudut pandang logika Tuhan yang penulis kembangkan dari kitab suci Al Qur’an. 

Salam sukses dengan logika Tuhan! Follow me @logika_Tuhan.