Sunday, February 17, 2013

MARIO TEGUH BERPIKIR DENGAN LOGIKA TUHAN



Motivator yang satu ini memang berbeda dengan motivator-motivator lainnya. Followernya jutaan orang bukan hanya di dalam negeri (Indonesia) tapi di luar negeri. Acara Golden Ways yang diasuhnya dalam salah satu televisi swasta, selalu menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang menginginkan kearifan dalam menghadapi kompleknya masalah kehidupan.  

Mau tahu, mengapa perkataan-perkataan Mario Teguh bisa menghipnotis jutaan orang? Rahasianya karena Mario Teguh membahasakan wahyu Tuhan (Al Qur’an) ke dalam bahasa yang bisa dipahami dan dimengerti oleh semua kalangan. 

Penulis belum pernah berkomunikasi langsung dengan Mario Teguh (mudah-mudahan Allah mempertemukan). Penulis hanya akan mencoba menganalisis gaya berpikir Mario Teguh dari sudut pandang Logika Tuhan yang penulis kembangkan.

Dari pengamatan Penulis, Mario Teguh yang berlatar belakang akademisi adalah penterjemah Al-Qur’an. Beliau mencoba memahami Al-Qur’an dengan logikanya, kemudian menterjemahkan ke dalam bahasa santun tanpa mengubah makna dasar dari bunyi ayat Al-Qur’an. Dalam gaya komunikasinya Beliau tidak pernah menyebutkan bahwa perkataan ini bersumber dari Al-Qur’an, tapi kalau kita perhatikan dia sering mengutif terjemahan Al-Qur’an dalam bahasanya sendiri untuk menegaskan pendapatnya.
Kalau anda benar-benar perhatikan, setiap perkataan Mario Teguh bersumber pada logika Al-Qur’an. Untuk meyakinkan para pembaca, berikut ini akan penulis kutif beberapa pernyataan Mario Teguh yang super dari tayangan rekaman MTGW di youtube, kemudian penulis analisis dari mana sumber asal perkataan super itu hingga bisa keluar dari mulut seorang Mario Teguh. Perhatikan !

PERTAMA
“Jika ingin sejahtera, sejahterakanlah orang lain” (Mario Teguh). Penulis analisis, pernyataan ini bersumber dari logika Al-Qur’an, tepatnya dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 261, 

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Mengapa Mario Teguh berpendapat jika ingin sejahtera harus mensejahterakan orang lain? Logikanya dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 261, bahwa jika kita mensejahterakan orang lain (menafkahakan harta di jalan Allah atau sedekah), maka Allah akan mensejahterakan kita sampai 700 kali lipat (Allah melipatgandakan ganjaran sedekah kita). 

Logika dalam surat Al Baqarah ayat 261 juga menjelaskan,tentang  bunyi hadis Nabi Muhammad saw, yang menyarankan kita untuk bersedekah jika ingin kaya. Jadi Pernyataan yang dikemukakan Mario Teguh sebetulnya mengubah bahasa Al-Qur’an dan Hadist ke dalam bahasa yang mudah dicerna. Dan itulah inti logika Tuhan yang penulis maksud, karena logika ini bersumber dari Tuhan yang disampaikan kepada kita semua melalui utusannya yaitu Nabi Muhammad saw.

KEDUA
 “Menginginkan yang lebih tinggi, kalau gagal tetap lebih tinggi dari pada berhasil menginginkan yang rendah” (Mario Teguh). Logika berpikir seperti itu didasari oleh pola pikir dari Al-Qur’an surat Alam Nasyrah ayat 5-6,

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

Lihat cetak tebal. Dari ayat di atas keluar logika bergiliran; kesulitan (level 1)---kemudahan (level 2)----kesulitan (level 3)----kemudahan (level 4), kesulitan (level 5), kemudahan (level 6) dan seterusnya.

Bisa Anda lihat jika target keinginan Anda ada di level 6, maka gagal yang harus Anda lalui ada di level 5. Sebaliknya jika target keinginan Anda ada di level 2, maka hanya 1 level kegagalan yang harus Anda lalui. Maka jelas terlihat, jika kegagalan Anda ada di level 5 karena ingin mencapai keinginan di level 6, maka kedudukan Anda lebih tinggi dari pada berhasil hanya di level 2. Subhanallah!

Dari logika ini, Mario Teguh berkesimpulan, gagal dalam meraih keinginan yang tinggi, kedududukannya lebih tinggi dari pada berhasil meraih keinginan yang rendah. Ini!

KETIGA
“Untuk tahu cinta seseorang itu palsu, itu kita harus membiasakan diri dengan cinta yang asli di keluarga. Kita tidak biasa berhati-hati dengan itu, karena keluarga lebih kelihatan masalahnya dari pada kebahagiannya. Ibu, jika masih ada, yang kita ingati omelannya dari pada kasih sayangnya. Maka dari itu,  “Pelajarilah cinta sebelum Anda dibutakan oleh cinta”. (Mario Teguh). Logika ini dibangun oleh Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23,

“...dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.

Dalam bahasa Mario Teguh, agar kita sebagai anak berbakti kepada orang tua, kita diajak belajar mendeteksi cinta sejati di lingkungan keluarga, yaitu cinta seorang ayah atau ibu kepada anaknya. Maksudnya kita disuruh untuk memahami pengorbanan ibu bapak kita dalam membesarkan kita. Dengan memahami ini, maka diharapkan setiap orang akan sadar bahwa cinta sejati layak untuk diberikan kepada ibu dan bapak kita bukan kepada orang di luar itu.

Namun apa daya, kita sering melihat kekurangan ibu, bapak kita dari pada melihat kasih sayangnya yang tulus. Ada kalanya kita terjebak oleh cinta palsu yaitu di saat pacaran. Kita tergila-gila memuja-muja, taat, patuh, kepada pasangan. Dikatakannya, itulah cinta sejati, padahal itu palsu.

Belajarlah untuk melihat cinta sejati dari ibu dan bapak kita disaat memelihara dan membesarkan kita, bukan selalu melihat kekurangannya. Untuk itu Mario Teguh berkata, “pelajarilah cinta sebelum dibutakan cinta”.  Logika ini dibangun oleh pola berpikir dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah: 216, “...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;”

KEEMPAT
“Kita selalu menyepelekan yang kecil tetapi dampaknya besar”. (Mario Teguh). Logika ini diterjemahkan oleh Mario Teguh dari Al-Qur’an surat Al Hajj ayat 73.

“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (Al Hajj:73)

Seperti kita ketahui, ada manusia yang menyembah kepada selain Tuhan. Mereka merayakan upacara penyembahan dengan pesta meriah, penuh khidmat, dan sangat memuliakan sesembahannya. Padahal sesembahannya tidak sedikitpun dapat membesarkan kehidupannya. Maka Allah membandingkan sesembahan yang mereka sembah itu dengan seekor lalat yang hampir kita sepelekan keberadaannya. Mereka yang menyembah dan disembah (selain Tuhan), lebih lemah dari sesekor lalat.

Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu”. Subhanallah. Lalat itu sepele tapi punya kekuatan besar dari pada sesembahan yang mereka agung-agungkan itu.

Logika berpikir di atas Mario Teguh aplikasikan dalam membaca fenomena upacara perkawinan. Banyak orang membesar-besarkan, mengaagung-agungkan pesta perkawinan, padahal yang lebih penting tapi sepele dan itu diperintahkan oleh Tuhan adalah melakukan akad pernikahannya.  Intinya dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa perkawinan yang sederhana mengundang keberkahan Tuhan! Jadi sebetulnya upacara perkawainan itu adalah akad nikah. Selesai. Sederhana bukan?

Baik, kawan-kawan sekian dulu penjelasan dari penulis, lain kali Insya Allah kita sambung lagi dengan analisa logika berpikir Mario Teguh yang lainnya. Tentu dari sudut pandang logika Tuhan yang penulis kembangkan dari kitab suci Al Qur’an. 

Salam sukses dengan logika Tuhan! Follow me @logika_Tuhan.

No comments:

Post a Comment