Monday, February 25, 2013

NABI IBRAHIM, MENGAJARKAN LOGIKA TUHAN


Kawan-kawan, dalam ajaran Islam ada anjuran membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Inti shalawat adalah doa kesejahteraan untuk Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim as. Kalimat shalawat itu sendiri diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam hal ini, saya ingin memberi sedikit pemikiran mengapa Nabi Ibrahim as masuk pada Nabi yang selalu mendapatkan doa dari umat Islam ketika bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Mengapa Nabi Ibrahim? Tidak Nabi Adam, Musa, Nuh, atau Luth? Saya coba bantu kawan-kawan memahaminya dengan kemampuan berpikir yang saya miliki. Kawan-kawan, kalau pemikiran saya ini  salah, itu kesalahan saya, dan kalau benar itu dari Tuhan. Tapi ada keterangan hadis, kalau saya salah, masih dapat satu pahala, kalau benar dapat dua pahala. Jadi berpendapat adalah pekerjaan yang terbebas dari dosa karena salah dan benar tetap mendapat pahala. Yang berdosa itu, jika sudah tahu pemikirannya salah, ehh...malah ngotot pengen tetep bener. Jadi ngotot pengen bener itulah yang narsis alias dosa. Jadi jangan takut mikir ya.

Kembali ke Nabi Ibrahim as, jika kita amati dalam kitab suci, Nabi Ibrahim as, berbeda dengan Nabi-Nabi terdahulu lainnya. Nabi Ibrahim as, adalah Nabi yang menganjurkan keesaan (ketauhidan) kepada Tuhan dengan menggunakan logika. Sebagai contoh bisa kita amati dalam kutipan kitab suci Al-Qur’an di bawah ini; 

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim. (Al Baqarah:258).

Dari keterangan di atas ada dua pendekatan logika yang bisa kita amati, yaitu logika Tuhan dan Logika materialis. Dalam perdebatan itu, Nabi Ibrahim as adalah orang yang menggunakan logika Tuhan, artinya dalam pandangan Nabi Ibrahim, Tuhan-lah sebagai penyebab dari segala sebab kemungkinan. Tuhan menjangkau yang ghaib dan nyata (empiris, materialis). Sedangkan lawan debatnya, menggunakan kemampuan akalnya yang terbatas pada logika materialis.

Logika Tuhan yang digunakan Nabi Ibrahim as tidak memiliki keterbatasan, sedangkan logika materialis dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Untuk itulah Nabi Ibrahim as dengan mudah mematahkan penganut logika materialis hingga terdiam dan keheranan, atau kesulitan untuk mengimbanginya.

Namun, Nabi Ibrahim as pun tidak mau terjebak dengan logika Tuhan yang memungkinkan segala yang tidak mungkin dan akan menggiringnya kepada ajaran mistis (mitos). Nabi Ibrahim as menguji logika Tuhan dalam kebenaran-kebenaran empiris. Sebab, Tuhan yang tidak terbatas ruang dan waktu, kebenarannya harus terbukti juga secara empiris. Pengujian logika Tuhan dengan logika empiris itu diberitakan dalam kitab suci Al-Qur’an; 

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (al Baqarah:260)

Setelah memiliki keyakinan teguh bahwa Tuhan menyangkut kebenaran ghaib dan nyata (empiris), Nabi Ibrahim as. menyadarkan para penyembah berhala dengan mengajak berlogika. 

Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang dzalim". (Al Anbiyaa’: 58-59).

Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". (Al Anbiyaa’:62-63)

kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara". (Al Anbiyaa’:65)

Dari perdebatan logis di atas, Nabi Ibrahim as telah berhasil menyadarkan para penyembah berhala dengan kesadarannya sendiri mengakui bahwa yang disembahnya tidak dapat berbuat apa-apa sekalipun hanya bicara. 
Namun, karena sifat ngotot dan narsisme para penyembah berhala, tidak mau mengakui kesalahan logika berpikirnya, lantas mereka membakar hidup-hidup Nabi Ibrahim as. Dan Tuhan memerintahkan api, “dinginlah”. Hanya orang-orang yang memahami logika Tuhan-lah yang bisa memahami bahwa api bisa dingin. Dan kebenaran logika Tuhan menyangkut kebenaran yang ghaib dan nyata. Itulah ajaran logika Tuhan yang diajarkan Nabi Ibrahim as. 

Kesimpulannya, mengapa Nabi Ibrahim menjadi salah satu Nabi yang mendapatkan shalawat setelah Nabi Muhammad saw. Pendapat penulis, Nabi Ibrahim adalah imam para Nabi dalam berlogika. Dia adalah Nabi yang berhasil mempertahankan dan membebaskan manusia dari penyembahan terhadap berhala-berhala selain Tuhan dan menumbangkan cerita-cerita mistis atau mitos-mitos tentang Tuhan. Nabi Ibrahim adalah ahli logika yang berhasil meyakinkan para penganut agama sampai pada derajat haqul yakin. Cara-cara yang dilakukan Nabi Ibrahim as, kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw. Maka di dalam kitab suci Al-Qur’an Allah berfirman;

Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Ali Imran:68)

Dapat dipahamilah mengapa Nabi Muhammad saw, menganjurkan umatnya bershalawat selain kepada dirinya juga kepada Nabi Ibrahim as. Pesannya agar umat Islam belajar meng-Esa-kan Tuhan dengan logikanya seperti cara-cara yang dilakukan Nabi Ibrahim as. agar keimanannya kepada Tuhan terbebas dari berhala, ceita-cerita mistis (mitos) yang hanya berdasarkan pada prasangka, dan kerap menyekutukan Tuhan. 

Demikian penjelasan saya, semoga Tuhan memberikan hidayah kepada kita semua. Salam sukses dengan Logika Tuhan. Follow me@logika_TUhan

No comments:

Post a Comment