Entah dari mana sebabnya banyak yang mengejek bahwa orang-orang beriman kelihatan bodoh, gagap teknologi, dibanding orang-orang yang tidak mengatasnamakan orang-orang beriman. Mungkinkah karena orang-orang beriman cenderung memahami ajaran Tuhan dengan dogma? Memang ajaran yang hanya diajarkan dengan dogma, cenderung tidak memberi peluang kepada otak manusia untuk berpikir. Ajaran yang diajarkan dengan dogma, kurang bisa memecahkan masalah ketika zaman mengalami perubahan.
Kemungkinan besar, kelihatan tidak cerdasnya orang-orang beriman bukan terletak pada substansi ajaran agama, tapi pada cara-cara mengajarkannya. Dogma adalah salah satu metode pembelajaran. Dalam penggunaannya sebuah metode harus memperhatikan perkembangan psikolgis, dan budaya masyarakat. Mengajarkan agama hanya dengan dogma di zaman sekarang, dirasa kurang tepat, karena hampir seluruh umat manusia di muka bumi ini, diajari tentang berpikir rasional di sekolah-sekolah. Maka kondisi ini akan berdampak pada cara pemahaman rasional dalam memahami agama.
Dogma-dogma yang mereka dapatkan akan dikritisi dengan pikiran rasional yang diajarkan di sekolah-sekolah. Tak terelakkan lagi, ajaran agama dikaitkan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapi dan cita-cita hidup yang diinginkan. Bagi mereka, ajaran agama harus bisa menjadi solusi dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan, bisa mensejahterakan dan mengantarkan pada cita-cita hidup yang diinginkan.
Sayang, jika semua ajaran agama diajarkan secara dogmatis. Bukan hanya substansi ajaran agama yang menjadi terbatas, tapi juga umat menjadi kurang pengetahuan dalam memahami agama. Metode dogma telah membatasi seseorang untuk mengembangkan pemahaman mendalam tentang ajaran agama. Pembatasan ini mengakibatkan ajaran agama kurang bermakna dan dianggap tidak bisa lagi memecahkan masalah kehidupan. Misalnya, agama dianggap tidak bisa lagi mengantarkan pada cita-cata manusia yang ingin hidup sejahtera dengan memiliki kekayaan, ilmu pengetahuan, dan apalagi mengantarkan pada kekuasaan. Sementara itu, ketika agama dipersepsi dari sudut pandang lain, para penjaga metode dogma akan berbicara keras sampai angkat senjata.
Oleh karena itulah, manusia-manusia mencari alternatif lain untuk menyelesaikan masalah hidup di luar ajaran agama. Kebebasan berpikir yang diajarkan di sekolah-sekolah akhirnya melahirkan tuhan-tuhan baru. Mereka menjadikan hasil pemikiran (ideologi), orang tua (manusia), alam (materi), roh-roh halus (makhluk ghaib selain Tuhan), menjadi alternatif tumpuan dalam memecahkan masalah hidup.
Manusia telah lari menjauh dari Tuhannya dan manusia bukan semakin cerdas malah semakin bodoh. Sepertinya dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin cerdas. Mungkin anda setuju, manusia bisa menciptakan berbagai macam teknologi, dan itu bukti kecerdasan manusia. Padahal kenyataannya tidak, sebelum teknologi-teknologi yang mereka ciptakan bisa mengantarkan mereka pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sekarang, kita berada di dua sisi yang bersebrangan. Di satu sisi dogma agama membatasi kemampuan manusia dalam berpikir, di sisi lain manusia-manusia bebas berpikir dan memiliki teknologi telah membunuh Tuhannya. Orang-orang di kedua sisi ini menjadi sama-sama tidak cerdas. Di kedua sisi, akhirnya sama-sama hidup tidak berlandaskan pada ajaran-ajaran Tuhan. Agama menjadi kedok dan ilmu menjadi alat untuk menentang ajaran-ajaran Tuhan.
Semestinya orang-orang yang beriman kepada Tuhan YME, adalah orang-orang yang super cerdas. Kecerdasannya dua kali lipat dari orang yang tidak beriman. Kecerdasan orang beriman terletak pada kemampaun mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bisa menemukan Tuhan. Bagi orang beriman, semakin tinggi ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan semakin tunduk kepada Tuhan, karena semua ilmu pengetahuan berada di bawah hukum-hukum Tuhan. Kita semua adalah penemu dan Tuhan yang menciptakan. Inilah manusia-manusia masa depan yang sangat diharapkan oleh Tuhan.
Sudah semestinya orang-orang beriman menjadi orang-orang cerdas. Sebuah hasil penelitian membuktikan bahwa manusia beriman seharusnya lebih cerdas. Seseorang yang belajar sesuatu melalui cara praktek (pyshycal practice) terbukti otaknya cerdas. Mereka adalah yang belajar dengan cara meneliti, mempraktekkan gejala-gejala alam dan sosial dalam sebuah percobaan. Sebaliknya mereka yang belajar dengan cara mengimajinasikan (memikirkan apa yang mereka lakukan) atau (mental practice) terbukti juga otaknya cerdas. (Taufik Pasiak:2010).
Orang beriman adalah mereka yang selalu praktek dan berimajinasi. Ketika beribadah (shalat), kaum muslimin melakukan gerak (praktek) dan berusaha mengimajinasikan (hadir, komunikasi) dengan Tuhan. Ibadah haji penuh dengan praktek gerak, dan seolah-olah (mengimajinisakan) sedang memenuhi penggilan Tuhan.
Untuk itulah orang-orang beriman mestinya lebih cerdas. Orang-orang beriman setiap hari melatih otaknya dengan gerak (praktek) dan mengimajinasikan kehadiran Tuhan. Oleh kaum muslimin dilakukan minimal sehari lima kali dalam shalat wajib.
Bagaimana sebaiknya, agar manusia bisa beriman dan lebih cerdas. Tuhan mengajarkan, berpikirlah atas nama Tuhan. Dan Tuhan Berfirman;
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” (Al ‘Alaq:1).
Luasnya hamparan bumi dan tingginya langit adalah Tuhan yang menciptakan. Semuanya berjalan diatas kehendak Tuhan.
Orang-orang beriman harus membaca (memikirkan) alam dan gejala-gejala sosial di dalamnnya. Maka orang-orang beriman akan menemukan hukum-hukum yang diciptakan Tuhan di alam dan gejala sosial. Teknologi-teknologi terciptakan karena manusia berhasil mengungkap hukum-hukum Tuhan di alam. Maka siapa yang Maha Cerdas? Maka orang-orang beriman akan menjadikan teknologi sebagai alat untuk menunjukkan kebesaran Tuhannya. Inilah kecerdasan super dari orang-orang beriman yang tidak dimiliki oleh orang-orang tidak beriman. Wallahu ‘alam.
Wednesday, March 20, 2013
Thursday, March 14, 2013
ORANG BESAR DAN KECIL
ORANG BESAR
ADALAH MEREKA
YANG BISA MENGUBAH DIRINYA DARI HAL KECIL
ORANG BESAR
TIDAK BERMAIN
DENGAN HAL-HAL YANG BERESIKO KECIL
ORANG BESAR
TIDAK MEREMEHKAN HAL-HAL KECIL
ORANG BESAR
SELALU MENEKAN DIRINYA
AGAR TETAP KECIL
ORANG-ORANG BESAR
MENGAIS REJEKI
DARI ORANG-ORANG KECIL
ORANG-ORANG BESAR
BERSAHABAT KENTAL
DENGAN ORANG-ORANG KECIL
ORANG-ORANG BESAR
MAKAN DENGAN PORSI KECIL
ORANG BESAR
MULAI DARI HATI,
PIKIRAN,
TANGAN,
DAN KAKINYA UNTUK ORANG KECIL
ORANG-ORANG BESAR
TIDAK BERANI
MENANTANG YANG MAHA KECIL
ORANG-ORANG BESAR
SELAMANYA
TUNDUK DAN PATUH PADA YANG MAHA KECIL
SESUNGGUHNYA
HIDUP DAN MATINYA ORANG-ORANG BESAR
UNTUK YANG MAHA KECIL
KANG MASTER,
SENIN 23 MEI 2011
ADALAH MEREKA
YANG BISA MENGUBAH DIRINYA DARI HAL KECIL
ORANG BESAR
TIDAK BERMAIN
DENGAN HAL-HAL YANG BERESIKO KECIL
ORANG BESAR
TIDAK MEREMEHKAN HAL-HAL KECIL
ORANG BESAR
SELALU MENEKAN DIRINYA
AGAR TETAP KECIL
ORANG-ORANG BESAR
MENGAIS REJEKI
DARI ORANG-ORANG KECIL
ORANG-ORANG BESAR
BERSAHABAT KENTAL
DENGAN ORANG-ORANG KECIL
ORANG-ORANG BESAR
MAKAN DENGAN PORSI KECIL
ORANG BESAR
MULAI DARI HATI,
PIKIRAN,
TANGAN,
DAN KAKINYA UNTUK ORANG KECIL
ORANG-ORANG BESAR
TIDAK BERANI
MENANTANG YANG MAHA KECIL
ORANG-ORANG BESAR
SELAMANYA
TUNDUK DAN PATUH PADA YANG MAHA KECIL
SESUNGGUHNYA
HIDUP DAN MATINYA ORANG-ORANG BESAR
UNTUK YANG MAHA KECIL
KANG MASTER,
SENIN 23 MEI 2011
Tuesday, March 12, 2013
BEKERJA BUKAN CARI UANG, BANTU ORANG!
Oleh: Muhammad Plato
Tidak semua orang paham kalau kerja itu bantu orang. Boleh dicek, dari 100 orang coba tanya, untuk apa dia bekerja? Kalau ada yang jawab, paling 10% jawabnya bantu orang, itu jawaban paling bagus. Perkiraan saya paling hanya satu dua orang. Saya tidak berprasangka buruk. Mengapa begitu? Ya, kapan dia belajar logika Tuhan? Kalau tidak belajar logika Tuhan tidak mungkin dapat kesimpulan bahwa niat bekerja itu harus bantu orang.
Ini ilmu buat para pekerja di mana saja dan di bidang apa saja Anda bekerja. Itupun kalau mau sukses, kalau tidak ya silahkan cari uang sampai bongkok. Segala sesuatu tergantung niat. Sebaik-baiknya niat harus ada di jalan Tuhan. Kalau kerja cari uang ada perintahnya tidak dari Tuhan? Memang Tuhan suruh kita berusaha cari nafkah agar bisa memenuhi kebutuhan hidup, tapi tahu tidak? Tuhan juga mengajarkan cara mencarinya.
Dapat uang dari bekerja itu hanya efek bukan tujuan. Orang yang niat kerja cari uang, pasti kinerjanya tergantung uang. Jika uangnya gede, pekerjaan digarap, sebaliknya jika uangnya kecil malas-malasan. Atau dia pilih-pilih pekerjaan yang selalu ada imbalan uangnya sekalipun sudah digaji bulanan. Jika ada uangnya dikerjakan, dan jika tidak ada uangnya ditinggalin. Orang seperti ini tidak cocok kerja di kantor swasta atau pemerintah. Juga orang ini tidak cocok menduduki jabatan penting atau pimpinan perusahaan, dia cocoknya jadi tukang kuli panggul di pelabuhan atau pasar tradisional, atau tukang gali tanah proyek galian kabel, alias pekerja kasar.
Maka, agar pekerjaan kita bisa melipatgandakan uang, niatnya harus bantu orang dulu. Coba saja cek, dimuka bumi ini tidak ada pekerjaan yang tidak bantu orang. Semua pekerjaan bantu orang. Jangan mendebat ya, sudah jelas ko itu ketentuan Tuhan.
Bisnis apa yang tidak bantu orang? Wiraswasta apa yang tidak bantu orang? Pabrik mobil, motor, komputer, semuanya berusaha bantu orang agar hidupnya lebih mudah. Pekerja di toko, adalah bantu pemilik toko dan pelanggan yang membutuhkan barang. Bekerja di rumah tangga adalah bantu majikan mengasuh anaknya, memasak, mencuci dan membereskan rumah.
Di Cina, India Amerika Serikat, Rusia, Indonesia, Jerman, Korea, Saudi Arabia, Emirat Arab, Singapupra, Malaysia, Philipina, Jepang, semua orang yang bekerja, berbisnis adalah membantu orang. Mengapa begitu? Ini ketentuan dari Tuhan-nya, bacalah dengan logika mu;
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(An Nisaa:1)
Konsep “saling meminta satu sama lain” artinya bisa tolong menolong, saling memberi, atau jual beli (trade). Coba anda perhatikan dua orang yang sedang jual beli di pasar. Mereka melakukan praktek saling meminta. Ketika pembeli meminta barang yang dibutuhkannya, penjual akan memberikan barangnya, selanjutnya penjual akan meminta uangnya, dan pembeli memberikan uangnya. Inilah yang dimaksud praktek saling meminta.
Seorang majikan akan meminta seseorang bekerja membantu pekerjaannya, pekerja akan memberikan tenaganya, selanjutnya pekerja akan meminta bayarannya dan majikan memberikan upahnya. Sama aja ya kaya jual beli.
Transaksi yang aman adalah kerja dulu, berikan upahnya, sediakan barang baru berikan uangnya. Isitilahnya ada barang ada uang itu tepat, atau dalam hadis Nabi, bayarlah upah sebelum keringat kering. Artinya kerjakan sampai selesai, bayaran jangan dinanti-nanti.
Kesimpulannya, agar bisnis dan pekerjaan Anda diberkahi Tuhan, niatkan dulu bantu orang. Sebab dalam hidup ini, orang-orang yang bermanfaat bagi orang lain apalagi bermanfaat bagi banyak orang dia adalah orang yang paling sukses. Kalau Anda berniat bantu orang, apapun yang Anda lakukan akan menjadi proses saling mensedekahi, dan itu dijalan Tuhan.
Pekerja bersedekah dengan tenaganya, pedagang bersedekah dengan jasa layanan kebutuhan hidup orang lain. Dengan begitu Tuhan akan memberikan balasan berlipat ganda (keberkahan) kepada orang-orang yang bekerja, berbisnis, dengan tujuan bantu orang. Membantu orang sama dengan sedekah dan sedekah akan mendapat balasan dari Tuhan berlipat ganda. Semakin bermanfaat bagi orang banyak, rezeki Anda akan terus berlipat ganda. Ingat rumus sedekah dalam Al-Baqarah:261 yaitu 1-1=700.
Salam sukses dengan logika Tuhan! Follow me @logika_Tuhan.
Saturday, March 9, 2013
MENGAPA ORANG TUA JADI PENYEJAHTERA HIDUP ANDA?
Oleh: Muhammad Plato
Kawan-kawan sekalian tentu pernah belajar tentang sejarah perkembangan manusia. Terlepas dari kontroversi, kita menyaksikan bahwa kehidupan manusia berkembang dari tingkat sederhana sampai pada tingkat kehidupan komplek sekarang.
Kawan-kawan sekalian tentu pernah belajar tentang sejarah perkembangan manusia. Terlepas dari kontroversi, kita menyaksikan bahwa kehidupan manusia berkembang dari tingkat sederhana sampai pada tingkat kehidupan komplek sekarang.
Namun
ada hal yang dapat kita jadikan pelajaran dari masyarakat dulu dalam kehidupan
sekarang, yaitu tentang penghormatan masyarakat zaman dahulu terhadap orang
tua. Bentuk penghormatan itu diwujudkan dalam bentuk kepercayaan terhadap roh
nenek moyang atau yang kita kenal dengan kepercayaan animisme.
Kepercayaan
animisme, terlahir dari rasa hormat masyarakat pada orang tua yang menjadi
tokoh masyarakat semasa masih hidup. Para orang tua yang menjadi tokoh
masyarakat semasa hidupnya dihormati dan diyakini dapat menyembuhkan penyakit,
membawa berkah, menolak bencana, bisa mewujudkan segala impian dan dapat
menjadi sumber kekuatan.
Dahulu,
para orang tua yang ditokohkan layaknya dokter di zaman modern, yang bisa
menyembuhkan penyakit, atau layaknya motivator yang bisa tetap membangkitkan
semangat hidup. Keberadaan mereka sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai
masalah kehidupan.
Setelah
meninggal para orang tua yang ditokohkan itu, diyakini arwahnya masih hidup dan
masih tetap bisa berkomunikasi dengan manusia sebagai pembawa rejeki. Atas
dasar kepercayaan itu, ritual-ritual penghormatan kepada arwah orang tua bergeser
menjadi ritual penyembahan dan melahirkan berhala-berhala sesembahan selain
Tuhan.
Tuhan
membenarkan bahwa para orang tua adalah pembawa rezeki bagi kehidupan manusia. Sebab
itu Tuhan menjadikan orang tua sebagai jembatan untuk kesejahteraan hidup
manusia. Tuhan memposisikan orang tua sebagai sosok keramat agar setiap manusia
yang dilahirkan berbuat baik kepada orang tua. Orang tua seperti pencipta,
mereka memelihara, merawat dan mendidik menjadi manusia dewasa. Maka masuk
logika kalau Tuhan memposisikan orang tua sebagai broker (perantara) ciptaan
Tuhan yang dapat memberikan kelancaran dan kesejahteraan hidup manusia di muka
bumi.
Namun
ada yang perlu diluruskan dari prilaku manusia tempo dulu yang menjadikan orang
tua mereka sebagai sesembahan. Prilaku masyarakat zaman dahulu yang menyembah
ibu bapaknya sebagai sumber rejeki, dibatalkan oleh Tuhan dalam Al-Qur’an.
Namun pembatalan itu tidak mengurangi kesakralan posisi ibu bapak sebagai
pembawa berkah rejeki.
“...janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka;...” (Al An’aam:151)
Tuhan
menganjurkan kepada anak-anak Adam untuk berbuat baik, dengan sebaik-baiknya
kepada ibu dan bapak, sampai ibu bapak mereka ikhlas berdoa kepada Tuhan demi
keberkahan hidup anak-anaknya.
Maka
dari itu, berbuat baik kepada ibu bapak adalah syarat mutlak keberkahan hidup. Syarat
keberkahan usaha, perdagangan, bisnis, karir dan kesehatan yang kita
cita-citakan. Berbuat baik berbeda dengan menyembah. Berbuat baik menjadikan
posisi orang tua kita sebagai sosok yang perlu pertolongan, sebaliknya
menyembah menjadikan ibu bapak sebagai penolong. Berbuat baiklah kepada ibu
bapak mu wahai manusia! ini ketetapan Tuhan mu yang tak terbantahkan.
salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan
LOGIKA ADALAH SOFTWARE UNTUK MEYAKINI TUHAN
Semua orang (baik/buruk) hidup dalam logika Tuhan termasuk setan. Manusia baik atau jahat, setan baik atau jahat, hanya menggunakan ketentuan-kententuan Tuhan dalam meraih tujuan hidupnya. Tidak ada manusia, setan, malaikat yang menciptakan ketentuan.
Semua yang ditemukan manusia,
sudah ada sebelumnya, manusia hanya menjelaskan kronologis bagaimana
ketentuan-ketentuan tersebut bisa dipahami dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia. Segala jenis teknologi merupakan pemanfaatan dari ketentuan-ketentuan
Tuhan yang berhasil dipahami manusia.
Dari hal terumit sampai yang
sederhana semua berada dalam ketentuan Tuhan. Pada abad ke-20 para ilmuwan
memahami bahwa realitas kehidupan adalah yang terpisah-pisah seperti yang kita
lihat sekarang. Manusia dengan manusia lainnya terpisah, laut dengan daratan,
bumi dengan langit, semuanya dipersepsi sebagai benda yang terpisah-pisah.
Dari pandangan semacam itu
lahirlah pemikiran reduksioneisme (memisah-misahkan) benda menjadi bagian-bagian
terkecil. Setiap bagian berdiri sendiri tanpa harus berhubungan dengan bagian
lain. Pandangan ini dianggap sebagai kebanaran hakiki.
Lahirlah pula ajaran pemisahan
yang sering kita sebut sekularisme. Lahir lagi ajaran yang sering kita sebut individualisme.
Lahir pula pemikiran bahwa setiap individu dengan individu lain harus bersaing
bukan bekerjasama. Pemikiran-pemikiran ini memang ada dalam ketentuan Tuhan.
Tidak salah manusia mempersepesinya, namun kesalahannya dia menapikan ketentuan
hidup yang lainnya. Seolah-olah sekularisme, individualisme, dan kompetisi
sebagai satu-satunya jalan hidup yang harus diperjuangkan.
Maka memasuki abad ke-21,
ditemukan sebuah realitas bahwa hidup ini bukan keterpisahan, tapi keterpaduan.
Benda-benda yang terlihat terpisah-pisah itu ternyata berada dalam satu
kesatuan. Inilah yang disebut dengan dunia kuantum, diambil dari nama benda
terkecil dalam dunia fisika yaitu quanta.
Quanta ini adalah benda namun
tidak berwujud, gerakannya acak, dan merupakan esensi dari seluruh benda.
Quanta diibaratkan seperti udara yang berada dalam satu ruangan yang tidak
terpisah-pisah. Hal ini menjelaskan bahwa dalam kenyataan hidup ini memiliki
dua dimensi, yaitu dunia nyata yang terpisah-pisah dan dunia hakikat yang
terpadu.
Bagi Tuhan dunia kuantum bukan
hal baru, sejak penciptaan manusia, Tuhan sudah memberitahukan kepada manusia.
Bahwa alam raya diciptakan dalam keterpaduan. Manusia diciptakan dari diri yang
satu, lalu menciptakan Istri (terpisah), mengembang biakkan laki-laki dan
perempuan (terpisah-pisah), saling meminta satu sama lain dengan memelihara
silaturahmi (saling berhubungan/kuantum). Demikianlah Tuhan menjelaskan tentang
dua dunia yaitu dunia terpadu dan terpisah-pisah.
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An
Nisaa:1).
Dalam kitab suci Al-Qur’an Tuhan menjelaskan
tentang keberadaan dua dunia yang disebut dunia gaib dan dunia nyata. Dunia
gaib adalah dunia kuantum (quanta) yang terpadu, dan dunia nyata adalah dunia
empiris yang terpisah-pisah.
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata,
Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Al Hasyr:22)
Kebenaran mana lagi yang hendak
engkau dustakan? Tuhan maha mengetahui, dan manusia tidak mengetahui. Manusia
diberi akal untuk memahami hukum-hukum yang telah ditetapkan Tuhan, agar
manusia semakin yakin kepada Tuhan. Logika adalah sofware yang diberikan kepada
manusia agar mereka bisa semakin yakin kepada Tuhan.
Salam sukses dengan logika Tuhan.
Follow me @logika_Tuhan.
Friday, March 8, 2013
TUHAN MEMBERI HADIAH KEPADA YANG GAGAL
Kawan-kawan, saya buat tulisan ini agar kawan-kawan bisa memahami sedikit demi sedikit apa itu logika Tuhan. Sebab selama ini saya merasa sulit menjelaskan logika Tuhan kepada khalayak umum. Belum lagi ada orang-orang yang fobia terhadap kata logika. Termasuk lagi, ada yang tidak berkenan kata logika dikaitkan dengan Tuhan. Mungkin sebagian orang ada yang bilang bahwa saya pembual atau mau mengacaukan ajaran agama. Padahal tidak sedikit pun ada niat buruk seperti itu. Niat saya, membantu kawan-kawan agar bisa berkomunikasi dan merasa dekat dengan Tuhan.
Baik akan saya jelaskan,
satu logika bertentangan antara logika manusia pada umumnya dengan logika Tuhan
yang saya kembangkan. Dalam kasus kehidupan mungkin sudah biasa, “Manusia
biasanya memberi hadiah kepada orang-orang yang telah sukses meraih
cita-citanya”. Seorang anak mendapatkan hadiah karena menjadi juara kelas,
seorang manajer mendapatkan hadiah promosi jabatan karena bisa meningkatkan
produktivitas kerja karyawan, seorang tentara mendapat kenaikan pangkat karena
berhasil melaksanakan misi, seorang guru mendapat penghargaan karena berhasil
membimbing siswanya menjadi juara di tingkat internasional. Itulah
logika-logika berpikir manusia pada umumnya.
Dan inilah perbedaan
logika manusia pada umumnya dengan logika Tuhan yang penulis kembangkan dari
kitab suci Al-Qur’an. “KALAU MANUSIA
MEMBERI HADIAH KEPADA ORANG-ORANG SUKSES, SEBALIKNYA TUHAN MEMBERI HADIAH
KEPADA ORANG-ORANG GAGAL”.
Logika ini bisa kita pahami dari keterangan yang sudah sering kita baca setiap hari. Namun sedikit orang memahami karena bacaan-bacaan dari kitab suci kadang-kadang dibuat tidak ubahnya seperti mantra-mantra. Bacaan yang mengandung logika Tuhan itu adalah;
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan”. (Alam Nasyrah:5-6).
Mari kita baca ayat di
atas dengan pola logika sebab akibat, maka; KESULITAN ADALAH PENYEBAB KEMUDAHAN. Kalau kita terjemahkan lagi dengan
sinonimnya, berarti PENDERITAAN ADALAH
PENYEBAB KESUKSESAN. Dapat juga berarti, KEGAGALAN
ADALAH PENYEBAB KESUKSESAN.
Dalam bahasa logis
lainnya adalah, Tuhan memberi kesuksesan, kebahagiaan, kepada orang-orang yang
hidupnya menderita dalam kegagalan. Arti penderitaan, kegagalan adalah kondisi
sulit, kekurangan, terhina, direndahkan,
karena konsisten dijelan Tuhan.
Orang-orang jujur
biasanya hidup terhina, kesulitan, direndahkan, diasingkan, dan kekurangan.
Selama orang itu konsisten dalam kejujuran, maka kesulitannya akan berbuah
hadiah kesuksesan, kelapangan, dan kesejahteraan dari Tuhan, baik di dunia
maupun akhirat.
Sebaliknya orang-orang
yang hidup dari uang korupsi, dia juga akan mendapatkan penderitaan, seperti
menjadi tersangka, divonis hukuman penjara, dan hartanya disita. Selama dalam
penderitaannya dia bisa mengakui kesalahan dan kembali kepada jalan Tuhan, dia
akan merasakan bahwa Tuhan akan memberikan kesejahteraan hidup yang lebih baik
dari sekedar hidup dengan uang hasil korupsi.
Setiap penderitaan,
atau kegagalan sebenarnya akan berbuah hadiah dari Tuhan. Namun sebaik-baiknya
hadiah yang dirasakan seseorang adalah hadiah yang dia dapatkan karena
penderitaan, dan kegagalan-kegagalan yang dia alami dalam rangka mempertahakan
hidup konsisten di jalan Tuhan.
Lalu apakah salah jika
manusia memberi hadiah kepada orang-orang sukses? Bisa ya, bisa tidak? Salah
jika memberi hadiah kepada orang-orang sukses tanpa menderita. Benar, jika
manusia memberi hadiah kepada orang-orang sukses, bukan karena suksesnya tapi menghargai
perjuangan, penderitaan, dia dalam meraih kesuksesannya.
Yang ingin saya
tegaskan di sini adalah jangan takut menderita! Jangan bersedih karena
menderita, tapi beranilah menderita, dan optimislah karena menderita, sebab
Tuhan menjanjikan hadiah bagi mereka yang menderita.
Demikian kawan-kawan,
kalau ada kekurangan bisa berdiskusi lebih lanjut. Di akun saya @logika_Tuhan.
Salam sukses dengan logika Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)