Wednesday, March 20, 2013

ORANG BERIMAN MESTINYA SUPER CERDAS

Entah dari mana sebabnya banyak yang mengejek bahwa orang-orang beriman kelihatan bodoh, gagap teknologi, dibanding orang-orang yang tidak mengatasnamakan orang-orang beriman. Mungkinkah karena orang-orang beriman cenderung memahami ajaran Tuhan dengan dogma? Memang ajaran yang hanya diajarkan dengan dogma, cenderung tidak memberi peluang kepada otak manusia untuk berpikir. Ajaran yang diajarkan dengan dogma, kurang bisa memecahkan masalah ketika zaman mengalami perubahan.

Kemungkinan besar, kelihatan tidak cerdasnya orang-orang beriman bukan terletak pada substansi ajaran agama, tapi pada cara-cara mengajarkannya. Dogma adalah salah satu metode pembelajaran. Dalam penggunaannya sebuah metode harus memperhatikan perkembangan psikolgis, dan budaya masyarakat. Mengajarkan agama hanya dengan dogma di zaman sekarang, dirasa kurang tepat, karena hampir seluruh umat manusia di muka bumi ini, diajari tentang berpikir rasional di sekolah-sekolah. Maka kondisi ini akan berdampak pada cara pemahaman rasional dalam memahami agama.

Dogma-dogma yang mereka dapatkan akan dikritisi dengan pikiran rasional yang diajarkan di sekolah-sekolah.  Tak terelakkan lagi, ajaran agama dikaitkan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapi dan cita-cita hidup yang diinginkan. Bagi mereka, ajaran agama harus bisa menjadi solusi dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan, bisa mensejahterakan dan mengantarkan pada cita-cita hidup yang diinginkan.

Sayang, jika semua ajaran agama diajarkan secara dogmatis. Bukan hanya substansi ajaran agama yang menjadi terbatas, tapi juga umat menjadi kurang pengetahuan dalam memahami agama. Metode dogma telah membatasi seseorang untuk mengembangkan pemahaman mendalam tentang ajaran agama. Pembatasan ini mengakibatkan ajaran agama kurang bermakna dan dianggap tidak bisa lagi  memecahkan masalah kehidupan. Misalnya, agama dianggap tidak bisa lagi mengantarkan pada cita-cata manusia yang ingin hidup sejahtera dengan memiliki kekayaan, ilmu pengetahuan, dan apalagi mengantarkan pada kekuasaan. Sementara itu, ketika agama dipersepsi dari sudut pandang lain, para penjaga metode dogma akan berbicara keras sampai angkat senjata.

Oleh karena itulah, manusia-manusia mencari alternatif lain untuk menyelesaikan masalah hidup di luar ajaran agama. Kebebasan berpikir yang diajarkan di sekolah-sekolah akhirnya melahirkan tuhan-tuhan baru. Mereka menjadikan hasil pemikiran (ideologi), orang tua (manusia), alam (materi), roh-roh halus (makhluk ghaib selain Tuhan), menjadi alternatif tumpuan dalam memecahkan masalah hidup.

Manusia telah lari menjauh dari Tuhannya dan manusia bukan semakin cerdas malah semakin bodoh. Sepertinya dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin cerdas. Mungkin anda setuju, manusia bisa menciptakan berbagai macam teknologi, dan itu bukti kecerdasan manusia. Padahal kenyataannya tidak, sebelum teknologi-teknologi yang mereka ciptakan bisa mengantarkan mereka pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sekarang, kita berada di dua sisi yang bersebrangan. Di satu sisi dogma agama membatasi kemampuan manusia dalam berpikir, di sisi lain manusia-manusia bebas berpikir  dan memiliki teknologi telah membunuh Tuhannya. Orang-orang di kedua sisi ini menjadi sama-sama tidak cerdas. Di kedua sisi, akhirnya sama-sama hidup tidak berlandaskan pada ajaran-ajaran Tuhan. Agama menjadi kedok dan ilmu menjadi alat untuk menentang ajaran-ajaran Tuhan.

Semestinya orang-orang yang beriman kepada Tuhan YME, adalah orang-orang yang super cerdas. Kecerdasannya dua kali lipat dari orang yang tidak beriman. Kecerdasan orang beriman terletak pada kemampaun mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bisa menemukan Tuhan. Bagi orang beriman, semakin tinggi ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan semakin tunduk kepada Tuhan, karena semua ilmu pengetahuan berada di bawah hukum-hukum Tuhan. Kita semua adalah penemu dan Tuhan yang menciptakan. Inilah manusia-manusia masa depan yang sangat diharapkan oleh Tuhan.

Sudah semestinya orang-orang beriman menjadi orang-orang cerdas. Sebuah hasil penelitian membuktikan bahwa manusia beriman seharusnya lebih cerdas. Seseorang yang belajar sesuatu melalui cara praktek (pyshycal practice) terbukti otaknya cerdas. Mereka adalah yang belajar dengan cara meneliti, mempraktekkan gejala-gejala alam dan sosial dalam sebuah percobaan. Sebaliknya mereka yang belajar dengan cara mengimajinasikan (memikirkan apa yang mereka lakukan) atau (mental practice) terbukti juga otaknya cerdas. (Taufik Pasiak:2010).

Orang beriman adalah mereka yang selalu praktek dan berimajinasi. Ketika beribadah (shalat), kaum muslimin melakukan gerak (praktek) dan berusaha mengimajinasikan (hadir, komunikasi) dengan Tuhan. Ibadah haji penuh dengan praktek gerak, dan seolah-olah (mengimajinisakan) sedang memenuhi penggilan Tuhan.

Untuk itulah orang-orang beriman mestinya lebih cerdas. Orang-orang beriman setiap hari melatih otaknya dengan gerak (praktek) dan mengimajinasikan kehadiran Tuhan. Oleh kaum muslimin dilakukan minimal sehari lima kali dalam shalat wajib.

Bagaimana sebaiknya, agar manusia bisa beriman dan lebih cerdas. Tuhan mengajarkan, berpikirlah atas nama Tuhan. Dan Tuhan Berfirman;

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” (Al ‘Alaq:1).

Luasnya hamparan bumi dan tingginya langit adalah Tuhan yang menciptakan. Semuanya berjalan diatas kehendak Tuhan.

Orang-orang beriman harus membaca (memikirkan) alam dan gejala-gejala sosial di dalamnnya. Maka orang-orang beriman akan menemukan hukum-hukum yang diciptakan Tuhan di alam dan gejala sosial. Teknologi-teknologi terciptakan karena manusia berhasil mengungkap hukum-hukum Tuhan di alam. Maka siapa yang Maha Cerdas? Maka orang-orang beriman akan menjadikan teknologi sebagai alat untuk menunjukkan kebesaran Tuhannya. Inilah kecerdasan super dari orang-orang beriman yang tidak dimiliki oleh orang-orang tidak beriman. Wallahu ‘alam.

No comments:

Post a Comment