Pembodohan umat ini sudah
terjadi 1500 tahun lebih. Pembodohan itu dimulai saat doktrin agama dianggap tidak
mampu lagi membuktikan kebenarannya secara ilmiah. Untuk mencari jalan damai
diluncurkanlah sebuah pola berpikir parsial (sekuler) yang memisahkan antara
agama dengan ilmu pengetahuan. Dengan pola pikir sekuler, agama dan ilmu
berjalan berdampingan tanpa bersinggungan.
Akibat pola pikir sekuler,
dibelahan Barat, Tuhan di bunuh oleh para ilmuwan. Tuhan diabaikan dan merana
di atas langit, bahkan dilecehkan sebagai ilusi, mistis, dan mitos. Di dunia
Timur, Tuhan tetap hidup tapi hanya di rumah-rumah ibadah. Rumah-rumah ibadah
dibangun dengan megah, tapi pikiran dan hati mereka tidak pernah menjadi rumah
bagi Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, Tuhan dianggap tidak mengerti apa-apa dan
dilarang ikut campur.
Baik Barat maupun Timur sedang
tidak sehat, dua-duanya sedang demam tinggi dan penyakit gila menyebar di
mana-mana. Sangat tidak masuk akal, ada orang di pagi hari berdoa dan berjanji
pada Tuhan tidak akan berbuat dusta, tetapi ketika masuk dunia nyata semua
pekerjaannya dipenuhi dengan dusta.
Media informasi adalah alat
pendusta, memutarbalikkan fakta dengan membuat opini. Kendali kekuasaan ada di
para pemilik modal dan media. Jika para pemilik modal dan media taat pada
Tuhan, dia akan jadi Musa (pembawa kebaikan), tetapi jika pemilik modal dan
media termasuk kelompok yang membunuh Tuhan, dia akan jadi Fir’aun (pendusta) abad
21.
Semua ini biang keroknya
adalah pola pikir sekuler. Alam dunia dan akhirat yang seharusnya menjadi
sebuah kesinambungan kehidupan manusia menjadi terputus. Alam akhirat yang
seharusnya menjadi akibat kehidupan setelah dunia, kini menjadi kampung sepi
penghuni.
Sudahlah, kita akhiri
pemikiran bodoh itu. Mau sampai kapan, dibohongi dengan pola-pola pikir yang membuat
kerdil dan picik itu. Selama ini kita telah under
estimate kepada Tuhan, karena mengaggap wahyu Tuhan tidak mengandung
kebenaran ilmiah. Kita juga telah disesatkan bahwa selamanya Tuhan harus tetap
misterius, padahal Tuhan punya sisi-sisi logis dan bisa dicerna dengan akal
sehat.
Saya berpikir, siapapun
orangnya yang menghalang-halangi umat manusia untuk berpikir (berlogika),
menggunakan otaknya untuk memahami ayat-ayat Tuhan, dia telah melarang sesuatu
yang telah diperintahkan oleh Tuhan. Jangan-jangan orang-orang yang melarang
memikirkan ayat-ayat Tuhan adalah orang yang tidak dirahmati Tuhan, karena
melarang yang sudah sangat jelas dan berulang-ulang diperintahkan oleh Tuhan.
Kesalahan fatal yang
diakibatkan oleh pola pikir sekuler adalah terjadi pemisahan antara kegiatan
ibadah dan bukan ibadah. Kegiatan ibadah direduksi menjadi ritual-ritual
keagamaan tanpa ada kaitan dengan kehidupan sehari-hari. Peribadatan dibatasi
oleh waktu-waktu tertentu saja, 5-10 menit di pagi, siang, sore, dan malam
hari. Setelah itu seluruh aktivitasnya dianggap bukan kegiatan ibadah.
Padahal grand theory nya, seluruh aktivitas manusia harus menjadi bentuk
peribadatan (penyembahan) kepada Tuhan. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Add dzariyaat:56). Kegiatan
ritual (sholat), dan kehidupan sehari-hari harus jadi satu kesatuan yang
bernilai ibadah. Ritual dan kehidupan sehari-hari bukan hal yang terputus dari
kehidupan sehari-hari tapi harus berhubungan sebagai sebuah sistem.
Dalam kehidupan sehari-hari ibadah
ritual, diumpamakan sebagai kegiatan isi bensin, atau recharge energi agar seluruh aktivitas hidup bisa terus berjalan di
jalur yang benar, dan tidak merugikan orang lain. Secara psikologis, ibadah
ritual adalah sebuah upaya membangun harapan (motivasi), agar kehidupan
berjalan lurus dalam kebaikan.
Ibadah yang ditentukan waktu-waktunya
hanya standar minimal, pengingat agar manusia tidak larut dalam kehidupan dunia
yang fana. Tuhan berfirman, manusia yang paling beruntung adalah mereka yang
dalam kehidupan sehari-harinya banyak mengingat Tuhan. “Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Al Jumu’ah:10).
Atas dasar itu, keberuntungan
hidup di muka bumi ini, tidak mungkin kita dapat kecuali dengan menjadikan
seluruh aktivitas hidup sebagai ibadah, agar kita bisa mengingat Tuhan lebih
banyak. Kecenderungannya, orang-orang yang selalu ingat Tuhan lebih banyak,
prilakunya akan membaik seiring dengan kebaikan rezekinya di dunia dan akhirat.
Memisah-misah kehidupan
dunia-akhirat, agama-ilmu sudah bukan zamannya lagi. Dunia sudah berubah, dan
Tuhan sudah kembali mengukuhkan di atas segala kekuasaan bahwa diri-Nya-lah Yang Maha Kuasa. Semoga kalian dapat keuntungan besar.