Kata Hertati, dkk. (2012) Kepribadian seseorang secara umum dipengaruhi
oleh tiga unsur. Pertama adalah pengetahuan. Untuk itu saya berani ambil kesimpulan
umum, semakin sedikit pengetahuan semakin buruk kepribadian seseorang. Tidak percaya?
Silahkan saja buktikan. Secara umum orang-orang yang punya kebiasaan membaca
(banyak pengetahuan), akan memancarkan pribadi-pribadi anggun.
Ini adalah contoh pribadi-pribadi anggun penyejahtera yang dibentuk
oleh pengetahuan. Orang-orang yang tahunya hanya 1-1=0, pengetahuan ini akan
membentuk pribadi-pribadi kikir. Sebaliknya orang-orang yang tahu dari Tuhan
bahwa 1-1=700, pengetahuan ini akan membentuk pribadi-pribadi penyejahtera
(dermawan).
Unsur kedua pembentuk kepribadian adalah perasaan. Perasaan
dibentuk oleh pengetahuan yang dinilai secara subjektif. Setiap pengetahuan
akan dinilai, dan dari hasil penilaian akan muncul baik dan buruk. Penilaian
baik akan menghasilkan perasaan senang, dan penilaian buruk akan menghasilkan
ketidaksenangan.
Bagi yang pengetahuannya 1-1=0, memberi, membantu,
menyejahterakan orang dinilai suatu hal buruk, karena akan mengurangi sesuatu yang
sudah dimiliki. Sebaliknya bagi yang mengetahui dari Tuhan 1-1=700, memberi,
membantu, menyejahterakan, orang lain dinilai suatu hal yang baik, karena akan
menambah sesuatu yang telah dimilikinya. Mereka yang banyak tahu dari Tuhan dan
membutkikan bahwa 1-1=700, akan merasa senang jika sudah menyejahterakan orang
lain.
Unsur ketiga pembentuk kepribadian adalah naluri. Setiap manusia
dilahirkan dengan berbagai macam naluri. Para ahli psikologi menjelaskan naluri
adalah dorongan (drive) untuk melakukan
sesuatu yang secara umum telah dimiliki manusia. Naluri ini terkandung dalam
gen (aliran darah/keturunan).
Salah satu naluri yang terkandung dalam gen manusia adalah
naluri untuk memeperbanyak harta kekayaan (gold) demi kekuasaan (glory). Naluri
pada dasarnya bersifat netral. Tindakan yang bersumber dari naluri akan
terlihat baik dan buruk, setelah dipraktekkan. Baik dan buruknya tindakan
naluriah seseorang bergantung pada pengetahuan orang tersebut.
Jika tahunya 1-1=0, adalah cara bertindak naluriah dalam
mencari kekayaan, maka tindakan naluriahnya akan cenderung buruk karena
kekayaannya akan diperbanyak dengan cara-cara merugikan orang lain (memperkecil
pengeluaran) dengan cara eksploitasi, penjajahan, dan korupsi. Sebaliknya jika tahu dari Tuhan bahwa 1-1=700,
naluriah memperbanyak kekayaannya akan dilakukan dengan cara memperbanyak
pengeluaran di jalan Tuhan, membantu, menolong, membebaskan penderitaan orang
lain.
Sekalipun setiap orang punya banyak naluri, harus ada satu
naluri yang dominan menjadi ciri khas seseorang. Naluri dominan ini dipengaruhi
oleh gen (ketuturunan/herediter), yang pembentukannya terjadi sejak dalam
kandungan.
Untuk itu para peneliti gen berkesimpulan bahwa kepribadian
pelit (kikir) dipengaruhi oleh gen. Jika pembentukan gen terjadi saat dalam
kandungan, saya memutlakkan bahwa ibu-ibu yang hamil wajib memiliki banyak
pengetahuan tentang cara-cara pembentukan kepribadian.
Kembali kepada pengetahuan, ibu-ibu hamil yang tahunya bahwa
1-1=0, akan sangat mungkin berpotensi melahirkan keturunan-keturunan pelit,
eksploitatif, dan koruptif. Sebaliknya
bagi ibu-ibu yang tahu dari Tuhan bahwa 1-1=700, akan sangat mungkin melahirkan
keturunan dengan pribadi penyejahtera.
Fir’aun, Hitler, lahir dari perut seorang Ibu, demikian juga
Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw penutup para Nabi,
lahir dari perut seorang Ibu. Maka dari itu, kaum yang harus paling banyak
pengetahuannya adalah para Ibu (kaum perempuan), karena dari perut mereka akan
lahir benih pribadi-pribadi penyejahtera. Untuk itulah diberitahukan oleh Tuhan kepada kaum
laki-laki untuk memuliakan kaum perempuan tiga kali lipat dari kaum laki-laki.
Pada akhirnya, dari ketiga unsur pembentukan kepribadian,
hal yang paling dominan berpengaruh terhadap kepribadian seseorang adalah
pengetahuan. Untuk itulah sangat-sangat logis, jika Tuhan menurunkan wahyu
pertamanya kepada Rasulullullah saw dengan kata bacalah (Iqra). Sangat logis juga jika ada kata-kata ambisius mengatakan knowledge is power.
No comments:
Post a Comment