Wednesday, October 16, 2013

LOGIKA TUHAN KUNCI BANGUN RUMAH TANGGA SEJAHTERA (1)

oleh Muhammad Plato

Setelah bertahun-tahun membina rumah tangga, akhirnya bubar juga. Itulah yang sering dihadapi kisah anak-anak Adam dalam membangun keluarga sejahtera.

Sekalipun Tuhan sudah memperingatkan bahwa perceraian adalah hal yang dibenci, tapi pilihan ini sering dipilih. Mengapa Tuhan benci perceraian, karena perceraian bukan hanya berdampak pada perpecahan dalam hubungan kekelurgaan. Perpecahan hubungan antara individu dengan individu (suami-istri), hubungan individu dengan kelompok (suami atau istri dengan keluarga besar), dan hubungan individu dengan orang tua (anak dengan ayah atau ibu). Itulah yang ditakutkan dari sebuah perceraian.
Setelah perceraian terjadi dan dibenci Tuhan, tidak sedikit berlanjut pada putusnya silaturahmi dalam hubungan kekeluargaan. Terputusnya silaturahmi menjadi pelanggaran terhadap ketentuan Tuhan bahwa;

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An Nisaa:1)
Membina rumah tangga seperti membangun sebuah perusahaan. Dibutuhkan pemimpin, manajer, dan aturan-aturan baku agar perusahaan berkembang menjadi besar dan mensejahterakan. Sebelum membangun perusahaan dibutuhkan pengetahuan (ilmu), dan perencanaan, demikian juga dalam membangun rumah tangga.

Ini kunci atau ketentuan baku yang harus dipahami sebelum bersepakat untuk membangun rumah tangga. Ketentuan ini tidak akan mengalami perubahan karena sudah jadi ketetapan Tuhan. Ketentuan mendasar pertama adalah “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (An Nisaa:34)
Banyak tafsir tentang ketetentuan ini. Tapi pahamilah dulu, dalam setiap kelompok sekecil keluarga pemimpin harus ada. Ketentuan ini berlaku dalam kajian ilmu sosiologi, yang menjelaskan bahwa keberadaan pemimpin dalam sebuah kelompok mutlak harus ada. Dalam hadis Nabi saw, dan pepatah Cina, persis mengemukakan keharusan adanya seorang  pemimpin jika seorang manusia bepergian lebih dari satu orang.

Kemutlakan adanya pemimpin dalam sebuah kelompok dapat kita pahami dari fungsi seorang pemimpin sebagai pengambil keputusan. Bisa dibayangkan jika dalam sebuah kelompok tanpa pemimpin, sudah pasti akan terjadi kekacauan. Setiap orang akan mengambil keputusan masing-masing. Jika hal ini terjadi visi, misi, tujuan dalam sebuah kelompok sudah barang tentu tidak bisa disatukan. Akhirnya kehidupan kelompok akan jauh dari tujuan, dan bisa berakhir dalam perpecahan.

Untuk itulah dalam kehidupan keluarga, Tuhan menentukan laki-laki adalah pemimpin (pengambil keputusan). Seorang istri (perempuan), harus menaruh rasa hormat kepada sang pemimpin. Kepemimpinan laki-laki dalam keluarga tidak diukur dari besar penghasilan, jabatan, jenis pekerjaan atau jumlah kekayaan. Kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga adalah sistem yang sudah ditentukan Tuhan.
Kita harus bersyukur bahwa Tuhan telah menentukan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya jika dalam keluarga tidak ada ketentuan siapa pemimpinnya. Suami, istri dan anak akan berseteru untuk menentukan siapa pemimpinnya. Mungkin akan ada pemilu dan kampanye dalam pemilihan pemimpin di keluarga seperti kampanye pemilihan RT, RW dan Kepala desa. Dengan adanya ketetapan Tuhan, kehidupan keluarga bisa lebih cepat harmonis karena sudah ada kesepakatan tentang kepemimpinan. Struktur ini sudah sedemikian rupa diatur Tuhan dalam keluarga, agar sistem berjalan sebagaimana mestinya.
Hal yang harus dipahami, ketaatan Istri (perempuan) pada suami (laki-laki) sebagai pemimpin, jangan dibaca sebagai ketaatan laki-laki kepada kepemimpinannya laki-laki, tapi harus dibaca sebagai bentuk ketaatan perempuan pada ketentuan Tuhan. Sebagaimana difirmankan Tuhan bahwa wanita shaleh bukanlah yang taat pada suami sebagai pemimpin tetapi taat pada ketentuan Allah bahwa suami sebagai pemimpin yang harus ditaati dan dihormati. Maka pembangkangan kepada kepemimpinan suami bukan pembangkangan biasa tetapi sebagai pelanggaran terhadap ketentuan Tuhan.

Juga, ketaatan perempuan terhadap laki-laki sebagai pemimpin keluarga, tidak bertepuk sebelah tangan. Suami sebagai pemimpin memiliki tanggung jawab besar, yaitu menjadi pengambil keputusan, bekerja keras banting tulang untuk mencukupi seluruh kebutuhan keluarga, dan memperlakukan perempuan dengan penuh kemuliaan jika didapati perempuan tersebut sudah taat pada ketentuan Tuhan.
Kemutlakkan kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga, bukan merendahkan perempuan, tapi demi tercapainya tujuan dan berjalannya fungsi-fungsi kehidupan keluarga. Keretakan dan perpecahan dalam keluarga, biasanya terjadi jika antara laki-laki dan perempuan saling mendominasi atas ego-ego (pikiran-pikiran rasional) pribadinya, tanpa mengancu pada ketentuan Tuhan.

Jika dalam faktanya, ada perempuan yang mendominasi laki-laki karena itu tanda bahwa kaum perempuan harus banyak belajar, dan membuktikan tentang kebenaran-kebenaran  dibalik logika Tuhan. Dan jika ada laki-laki yang dinilai kurang layak jadi pemimpin, itu tanda laki-laki harus lebih memperdalam ilmu tentang kepemimpinan dari Tuhan.
Sudah barang tentu jika ada ajaran yang ingin menyamakan peran (status) laki-laki dan perempuan perlu diwaspadai. Bukan karena laki-laki ingin tetap menjadi pemimpin dalam kehidupan keluarga, tapi ajaran itu berpotensi menentang pada ketentuan Tuhan. Dan Tuhan sudah mengancam dengan ketentuan bahwa mereka yang hidup dengan cara menentang dari ketentuan Tuhan akan berakhir dengan perpecahan (perceraian), kehancuran. Semoga Tuhan mengampuni kita semua.

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan  

No comments:

Post a Comment