Saturday, February 16, 2019

AKBAR = FOKUS


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sebagian besar telah memahami kata Akbar dari Bahasa Arab, diterjemahkan dengan makna BESAR. Baru-baru ini Prof. Fahmi Basya, mengeluarkan tafsir berdasarkan keterangan Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwa kata Akbar ditafsirkan dengan makna Fokus.

Beliau mengatakan setepat-tepatnya tafsir adalah Al-Qur’an. Oleh karena itu Beliau berkesimpulan bahwa menafsirkan Al-Qur’an jika ingin akurat harus dengan Al-Qur’an.

Ayat ini ditafsirkan oleh Prof. KH. Fahmi Basya, "Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil (perumpamaan), melainkan Kami datangkan kepadamu suatu (kamus yang lengkap) yang benar dan yang paling baik (lengkap) penjelasannya dan setepat-tepatnya tafsir. (Al-Furqon, 25:33)


Untuk menjelaskan kata Akbar, Prof. Fahmi Basya menafsirkan kata akbar berdasarkan pada kisah Nabi Yusuf.

“…Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum, terpesona, ‘fokus’, kepada (keelokan rupa) nya dan mereka melukai (jari) tangannya…" (Yusuf, 12:31).

Kata Akbarnahu yang tertulis dalam ayat di atas ditafsirkan dengan makna fokus. Ada juga yang menfasirkan terpesona, dan kagum. Para wanita melukai tangannya karena ada konsentrasi tinggi yaitu fokus mengarahkan pandangannya kepada Yusuf. Menurut Prof. Fahmi Basya, menafsirkan kata Akbar dengan fokus lebih mudah dipahami dan dicerna, mengapa para wanita itu melukai tangannya.

Sedangkan menurut Prof. KH. Fahmi Basya, kata BESAR dalam Al-Qur’an dijelakan dalam kata lain. Beliau menjelaskan masih dalam kisah Nabi Yusuf.

"Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.". (Yusuf, 12:28).

Ketika koyak baju Yusuf di belakang, Raja (suami dari perempuan itu) memfitnah Nabi Yusuf, bahwa fakta itu adalah tipu daya Nabi Yusuf, dan itu tipu daya besar (‘Aim).

Menurut Prof. Fahmi Basya, memahami kata per kata bisa dengan memahaminya dan menafsirkannya dari Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah setepat-tepatnya tafsir.

Kata Allahu Akbar bisa memiliki tafsir alternatif yaitu fokus kepada Allah. Dalam shalat kita selalu mengawali setiap gerakkan dengan kata Allahu Akbar. Dengan makna fokus kepada Allah, bisa dipahami bahwa kata Allahu akbar dalam shalat adalah cara Allah mengajarkan kita agar ketika shalat pikiran selalu fokus pada Allah. Ketika shalat, harus selalu fokus (khusyu, serius) minta tolong kepada Allah. Maka dari itu diingatkan, diperharui dengan kata Allahu Akbar dalam setiap ganti gerakan.

Dalam kehidupan sehari-hari di kantor, di jalan, di rumah, di manapun kita harus selalu fokus kepada Allah, sebagai implementasi dari kata Allahu Akbar. Fokus kepada Allah dalam arti lahiriah adalah fokus pada perintah-perintah  Allah, seperti membiasakan membaca, melaksanakan shalat, berbakti pada ibu bapak, berbuat baik pada sesama, menjaga kedamaian, menjaga silaturahmi, saling menutupi aib, berprasangka baik, tidak putu asa, tidak menyalahkan orang lain, tidak mecemooh, rela berkorban dan sebagainya.  

Dalam hitungan detik pikiran selalu gagal fokus kepada Allah. Pikiran lebih sering memperhatikan kesalahan orang lain, padahal Allah memerintahkan fokuslah pada apa yang kamu lakukan agar hari esok mu lebih baik. Demikian juga, pikiran lebih sering fokus untuk mencari pembenaran prilaku dihadapan manusia, padahal Allah memerintahkan fokuslah untuk memperbaiki diri karena manusia tempatnya salah. Allahu Akbar….fokus pada Allah…!!! Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

Tuesday, February 5, 2019

PENYEBAB PASTI KEMATIAN


OLEH : MUHAMMAD PLATO

Apakah penyebab kematian? Jika sakit adalah penyebab kematian, banyak orang sembuh dari sakit, dan meninggal bukan karena sakit. Jika kecelakaan penyebab orang mati, beberapa kesaksian ada yang berhasil selamat dari kematian sekalipun mengalami kecelakaan berat. Jika racun penyebab kematian, ada orang-orang keracunan berhasil selamat dari kematian.

Banyak macam sebab kematian di dunia ini, karena terlalu banyak sebab, kita tidak akan sanggup menyebutkannya. Itulah variasi sebab kematian dari sudut pandang duniawi. Kita tidak bisa menyebutkan secara tegas apa penyebab kematian. Kesimpulannya ada banyak penyebab kematian di muka bumi ini.

Ilmu tentang keduniawian memang rumit dan sulit dicari keajegannya. Jika sakit biasanya segera diobati, dan sebenarnya sembuh dan tidak setelah diobati tidak dapat dipastikan. Ada yang sembuh diobati, namun ada juga yang meninggal setelah diobati. Dunia ini sifatnya tidak pasti. Kepastian dunia hanya mitos, sebagai bentuk kesepakatan bersama dengan dukungan data-data, agar terlihat pasti.

Kepastian ada dalam kontinum waktu. Kehidupan dunia terlalu singkat untuk melihat kepastian. Guna melihat kepastian, kontinum waktu harus dibaca tembus sampai ke kehidupan setelah mati.

Masa lalu>>>masa sekarang>>>masa depan>>>setelah kematian (akhirat)

Kepastian hidup di dunia dapat kita pahami, jika hidup ini berkelanjutan tembus sampai kehidupan setelah mati. Untuk itu, penting meyakini adanya hidup setelah mati, agar kita punya kepastian dalam hidup. Oleh karena itu, keyakinan kepada adanya hari akhirat, adalah keyakinan sesungguhnya yang harus benar-benar diyakini oleh manusia.  Pola pikir ini dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Mukmunuun, 23:74).

Surat ini menegaskan bahwa keyakinan kepada akhirat adalah kebenaran mutlak. Harus dimiliki oleh setiap orang agar punya kepastian dalam hidup.

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Al Ankabuut, 29:64).

Keterangan ini, menguatkan lagi bahwa kehidupan nyata ada di akhirat, dan manusia harus berusaha mengetahuinya sampai haqul yakin. Tanpa keyakinan pada kehidupan akhirat, tidak akan ada kepastian hidup di dunia ini.


Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh. (An Nahl, 16;122)

Orang-orang yang mendapat kebaikan di dunia, bukan karena terlihat kasat mata kebaikannya di dunia, tetapi karena dinilai baik oleh Allah di kehidupan akhirat kelak. Bagi penglihatan manusia di dunia, kebaikan harus menghasilkan kebaikan, namun di akhirat, apa yang dilihat kasat mata keburukan bisa jadi pembuat kebaikan seseorang. Maka kebaikan tidak dapat dinilai pada saat kebaikan dilakukan, tetapi kebaikan seseorang dinilai setelah kebaikan itu berlalu. Untuk itu agar kita dapat memahami kebaikan seseorang di dunia dibutuhkan waktu dan pengamatan. Maka dari itu, kita sering menemukan kebaikan-kebaikan seseorang setelah orang itu pergi dari sisi kita.

Kebaikan sifatnya ada dalam keyakinan pribadi seseorang dengan Tuhannya. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kebaikan seseorang dinilai dari niatnya. Niat hanya ada dalam hati dan pikiran seseorang. Maka kebaikan dna keburukan yang mutlak ada di kehidupan setelah mati (akhirat). Hati-hati menilai seseorang, jangan terlalu cepat mengambi kesimpulan, karena kebaikan tidak dapat dinilai pada saat kebaikan itu dilakukan, tetapi beberapa saat setelah kebaikan itu dilakukan. Maka untuk menilai sesuatu bernilai baik atau tidak, butuh waktu sampai akhirnya kebaikan di nilai di akhirat. Atas dasar itu, dilarang manusia berprasangka buruk terhadap prilaku seseorang, karena pandangan mata fisik tidak dapat dijadikan ukuran mutlak.

Allah lah penyebab segala kebaikan, demikian juga dengan kematian. Bukan sakit, kecelakaan, bencana, sebagai penyebab kematian manusia, tetapi semata-mata karena takdir Allah swt. Allah lah penyebab segala sebab, dan kepada Allah lah kita akan berakhir.

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al Hadid, 57:3)

Suatu kepastian adalah takdir Allah penyebab kematian seseorang, dan terjadi dalam berbagai cara secara kasat mata. Namun dari setiap kejadian yang beraneka ragam akan ada pelajaran dari Allah agar manusia belajar dari setiap kejadian alam termasuk kematian. Instrospeksi diri karena segala kejadian yang menimpa adalah hasil ulah diri sendiri, maka sucikan diri dengan selalu berprasangka baik pada segala takdir Allah, untuk persiapan kita kembali kepada Allah Yang Maha Suci, karena Allah lah tempat semuanya kembali. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer logika Tuhan)

JALAN LURUS?

Setiap hari kita selalu berdoa minimal 17 kali, minta tolong kepada Allah untuk ditunjukkan kepada jalan lurus. Lalu apa jalan lurus itu? Penting untuk kita ketahui, supaya kita tahu mana jalan lurus itu? Pengetahuan itu bisa kita dapatkan informasinya dari Al-Qur’an.

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (Alfatihah, 1:6)

Saya selama ini hanya minta jalan lurus, tetapi belum pernah mendapati apa itu jalan lurus. Mari kita cari wujudnya dengan mencari informasinya dari Al-Qur’an.

“Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (Ali Imran, 3:51).

Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam, 19:36).

“dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus”. (Yasin, 36:61)
“Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.” (Az Zukhruf, 43:64).

Jalan lurus adalah menyembah Allah swt, Tuhan Yang Esa. Inilah agama yang dibawa Nabi Ibrahim bapak para nabi, dan disampaikan kembali oleh Nabi Muhammad saw. Barang siapa bertauhid mengesakan Allah swt dialah orang-orang yang berada di jalan lurus. Batu, pohon, binatang, matahari, bintang, patung, air, nenek moyang, ulama, kiyai, habib, imam besar, dan para nabi sekalipun, bukan lah mahkluk yang harus kita sembah. Siapa yang menyembah, kepada selain Allah dia berada di jalan sesat.

Jalan lurus ada dalam ketauhidan hati dan pikiran, yang selalu menghambakan diri kepada Allah Tuhan Yang Esa. Ketauhidan hati dan pikiran ada dalam jagad batiniah. Bukti mendasar ketauhidan seseorang dalam tataran lahir yang bisa dilihat secara kasat mata adalah melaksanakan shalat dan menafkhakan rezeki. Secara tidak kasat mata, beriman kepada yang ghaib (Allah dan segala ketentuan-Nya), beriman kepada kitab Al-Qur’an dan kitab sebelumnya, serta beriman kepada adanya kehidupan akhirat.

JALAN LURUS ADALAH BERSUJUD PADA TUHAN YANG ESA
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al Baqarah, 2:2-5).

Berdasarkan informasi dari Al-Qur’an, secara mendasar kita bisa mengevaluasi diri setiap hari untuk selalu berada di jalan lurus dengan ukuran mendasar bersumber dari Al-Qur’an. Jalan hidup manusia bisa lancar, mudah, dan ringan jika memiliki pokok iman paling mendasar di jalan lurus yaitu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah swt. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer logika Tuhan)

Sunday, February 3, 2019

SEKOLAH TINGGI TAPI IQ = 0

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Menarik renungan Bertrand Russell, “manusia yang paling rasional itu adalah manusia di daerah tropis, yang dengan sabar duduk di bawah pohon pisang menunggu buah jatuh ke mulutnya”.  (Nataatmadja, 2001, hlm. 3). Russell sedang memperkenalkan pola berpikir cerdas yang sesungguhnya, yaitu berpikir supra rasional yaitu pemikiran yang dipandu dari pemilik alam semesta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Masalah menarik untuk diteliti, pernyataan Nataatmadja (2001, hlm. 5), dalam bukunya berjudul Intelegensi Spiritual, menjelaskan bahwa dirinya tengah memberi penjelasan pentingnya mengubah pola pikir rasional dengan pola pikir intuitif, kepada para ilmuwan yang semakin banyak jumlahnya tetapi tetap memiliki IQ = 0 . Baginya menyadarkan para ilmuwan cerdas ber IQ = 0 adalah sebuah mission imposible.

Sama halnya, mengajarkan logika Al-Qur’an kepada ilmuwan cerdas tetapi IQ = 0. Lebih susah lagi mengajarkan logika Al-Qur’an kepada kaum agamawan yang telah mendapat kehormatan di kelompoknya dan dikultuskan sebagai pembawa kebenaran dan bersih dari kesalahan. Pengajaran sulit dilakukan kepada mereka yang menurut Hussein Alatas memiliki sifat bebalisme intelektual.

DARI DULU TUHAN ITU ESA, MANUSIA BER IQ=0 MEMBUAT TUHAN JADI BANYAK
Siapakah ilmuwan ber IQ = 0? Mereka adalah yang selama kurun waktu 14 abad lamanya belum bisa memahami makna Pena dalam surah Al-Alaq. Pena adalah segala ciptaan-Nya, seperti Air, sungai, udara, gunung, tanah, pohon, hewan, manusia, atom, molekul, bumi, dan seterusnya. Semua Pena itu bisa menulis, dan tulisan itu disebut prilaku yang bisa dibaca oleh manusia. (Nataatmadja, 2001, hlm. 4). Prof, Fahmi Basya, memberi tafsir bahwa Pena (Qalam) adalah logika, yaitu sebagai alat manusia untuk memahami atau belajar.

Mereka yang ber IQ = 0 adalah yang berpendidikan tinggi tetapi hanya focus membaca logika alam, tanpa menggunakan panduan dari Qalam (logika) yang diajarkan Tuhan. Pola berpikirnya cenderung pada kebenaran berdasarkan penglihatan dan fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Pola pikirnya kaku dan cenderung egois, men-tuhan-kan manusia, serta menyepelekan sumber-sumber pengetahuan dari supra rasional yaitu kitab suci (Al-Qur’an).

Mereka juga ber IQ = 0, menebarkan kebencian dan perpecahan atas dasar perintah Tuhan dengan mengutip sebagian dari kitab suci Al-Qur’an. Mereka mengajak orang-orang fokus pada pendapat-pendapat manusia, pribadi dan golongan bukan mengajak tunduk kepada ketetapan Tuhan. Mengajarkan fenomena alam sebatas gejala alam, dan menciptakan teknologi untuk kesenangan dunia tanpa mengajarkan moralitas dari Tuhan untuk kesejahteran lahir dan batin.

Renungan Russell menjadi motivasi bagi kita bahwa logika rasional manusia dengan membaca alam tidak sepenuhnya menentukan segala kejadian, tetapi meyakini bahwa Tuhan, akan memberi kehidupan yang baik untuk manusia adalah kecerdasan supra rasional yang sepenuhnya menetukan. Intelegensi manusia yang selama ini mengutak ngatik logika rasional dan sekular belum dikatakan cerdas atau IQ = 0, karena tidak sampai memahami logika spiritual, logika supra rasional yang mengakui bahwa Tuhan sebagai penentu segala kejadian di muka bumi dan alam semesta.

Hukum kehidupan dari Tuhan ini sederhana,bisa dipahami oleh siapa saja dengan mudah. Pada prinsipnya Tuhan untuk semua. Kerumitan berpikir terjadi karena bercampur aduknya pemikiran rasional mausia dari alam, dan ketidakpahaman terhadap aturan logika supra rasional yang segala sesuatunya telah ditetapkan oleh Tuhan sejak Nabi Adam belum diciptakan.

Secanggih apapun teknologi kesehatan diciptakan, ujung-ujungnya pasti mati. Dari dulu cara hidup yang terbaik itu adalah berjihad di jalan Allah mencari penghidupan dunia untuk persiapan kehidupan akhirat. Lalu manusia IQ = 0 membuat pemikiran sendiri, memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat. Semua nabi utusan Allah mengajarkan Islam, lalu manusia ber IQ = 0, memecah agama menjadi kelompok-kelompok dengan tuhan masing-masing. Pegangan hidup itu, Al-Qur’an dan hadis, namun manusia ber IQ = 0 menjadikan ahli-ahli kitab nya sebagai berhala sehingga mempertajam perpecahan.

Pendidikan mendasar itu, mengajarkan keesaan Tuhan dan keharusan berbuat baik terhadap sesama terutama kepada ibu bapak, namun oleh manusia ber IQ = 0 pendidikan diarahkan untuk menaklukkan alam demi kesenangan dunia. Semakin tinggi pendidikan,IQ = 0.  Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer logika Tuhan)

Saturday, February 2, 2019

LOGIKA SUPRA RASIONAL

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sedikit-sedikit para pemikir Qur’ani sudah bermunculan, antara lain, Dr. Moh Sholeh membuktikan secara empiris hadis Nabi Muhammad saw, tentang efek tahajud kepada kesehatan.  Dr. Hidayat Nataadmadja, menemukan intelegensi spiritual, software berpikir yang bersumber dari kitab suci Al-qur’an. Prof. Dr. KH. Fahmi Basya, menemukan rumus matematika Islam, yang berhasil menemukan konstruktsi pesawat luar angkasa dan rumus kecepatan cahaya. Prof. Dr. Taufiq Pasiak, M.Pd. M.Kes, menemukan konstruksi otak manusia dengan rujukan hadis dan Al-Qur’an. Toto Suharya, menemukan konstruksi berpikir logika tuhan, logika sebab akibat dengan panduan Al-Qur’an.

Nataatmadja (2001, hlm. xxxiv-xxxv) menjelaskan sebentar lagi Anda akan melihat “cahaya yang terang benderang”. Ya. Itulah Al-Qur’an yang menerangi Anda dalam suatu kehidupan yang sama sekali baru, sebagaimana matahari menerangi bumi. Di awali dengan hijrah dari logika Aristoteles sebagai ilmu berpikir ke ilmu berpikir Qur’ani, dari intelegeni sekuler ke intelegensi ukhrawi, dan dari intelegensi digital, intelegensi artifisial, intelegensi rasional, ke intelegensi Fithriah, intelegensi spiritual. Inilah yang disebut dengan revolusi cara berpikir, membangun “the grand theory of science” yang baru, yang bukan lagi berpijak pada “Philosopiae Naturalis Principia Mathematica Newton” melainkan berpijak pada “Philosophiae Supra Naturalis Principia Meta Mathematica”.

Pada intinya cahaya terang benderang Al-Qur’an itu akan dirasakan oleh umat manusia manakala Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber dasar pengembangan paradigma berpikir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Revolusi menuju paradigma berpikir Qur’ani bukan semata untuk sekelompok manusia dalam hal ini umat Islam, tetapi untuk seluruh umat manusia bahkan alam semesta.

Tokoh-tokoh ilmuwan Barat, mulai merasakan kerancuan berpikir rasionalisme dan sekulerisme yang sudah mendominasi pola pikir masyarakat. Fritjop Capra dalam bukunya The Turning Point, sudah menemukan paradigma baru bahwa benda-benda bermakna jika saling berhubungan bukan terpisah-pisah. Setiap benda sebenarnya saling berhubungan. Bagi penulis proses saling berhubungan inilah yang menghasilkan kreativitas alam tanpa batas. Proses saling berhubungan ini, bisa kita amati di alam dan bisa kita temukan dalam buku panduan alam untuk memahami alam semesta kitab suci AL-Qur’an.

Renungan Bertrand Russell,  “manusia yang paling rasional itu adalah manusia di daerah tropis, yang dengan sabar duduk di bawah pohon pisang menunggu buah jatuh ke mulutnya”. Renungan Edward De Bono, “saya ragu, apakah teknologi roda diketemukan melalui jalur logika”. (Nataatmadja, 2001, hlm. 4). Kedua filsuf ini sudah mendeteksi adanya kekuatan di luar kekuatan rasional yaitu kekuatan supra rasional. Pola berpikir supra rasional berlaku sesuai dengan ketentuan Tuhan, dengan bermilyaran variasi sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahaminya.   
Sederhananya kemampuan berpikir supra rasional adalah kemampuan berpikir yang tidak mengandalkan kemampuan logika material, tetapi mengandalkan pada logika spiritual. Logika ini telah dipraktekkan oleh para Nabi, dan pengikutnya. Mereka hidup dengan mengandalkan pada logika supra rasional yang diajarkan oleh Tuhan.

Logika supra rasional bersifat baku, dapat diamati dalam dalam kehidupan semesta, dan berlaku dalam berbagai macam variasi kehidupan. Logika supra rasional yang baku, bisa dipahami dalam kejadian sederhana sampai pada tingkat kejadian kompleks. Hukum-hukumnya baku, tidak mengalami perubahan, yang berubah hanya objek atau kondisinya.

LOGIKA SUPRA RASIONAL BERSUMBER PADA PETUNJUK TUHAN 
Logika supra rasional adalah pola berpikir para nabi yang menerahkan segala ketentuan kepada penentu kehidupan. Berpikir mengikuti panduan Tuhan, mengembangkan dan mengolahnya tidak keluar dari ketentuan Tuhan. Pola berpikir supra rasional dirancang oleh Tuhan untuk membawa manusia pada kehidupan damai, sejahteran dunia sampai tembus akhirat.

Contoh pola pikir supra rasional bisa dilihat dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Kita harus berterimakasih pada ulama-ulama besar dahulu yang telah melakukan penelitian dan seleksi ketat, dan mengumpulkan sunnah Nabi Muhammad dalam berbagai aspek kehidupan. Sekian dulu pejelasan saya, semoga bermanfaat. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer logika Tuhan).