Saturday, February 2, 2019

LOGIKA SUPRA RASIONAL

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sedikit-sedikit para pemikir Qur’ani sudah bermunculan, antara lain, Dr. Moh Sholeh membuktikan secara empiris hadis Nabi Muhammad saw, tentang efek tahajud kepada kesehatan.  Dr. Hidayat Nataadmadja, menemukan intelegensi spiritual, software berpikir yang bersumber dari kitab suci Al-qur’an. Prof. Dr. KH. Fahmi Basya, menemukan rumus matematika Islam, yang berhasil menemukan konstruktsi pesawat luar angkasa dan rumus kecepatan cahaya. Prof. Dr. Taufiq Pasiak, M.Pd. M.Kes, menemukan konstruksi otak manusia dengan rujukan hadis dan Al-Qur’an. Toto Suharya, menemukan konstruksi berpikir logika tuhan, logika sebab akibat dengan panduan Al-Qur’an.

Nataatmadja (2001, hlm. xxxiv-xxxv) menjelaskan sebentar lagi Anda akan melihat “cahaya yang terang benderang”. Ya. Itulah Al-Qur’an yang menerangi Anda dalam suatu kehidupan yang sama sekali baru, sebagaimana matahari menerangi bumi. Di awali dengan hijrah dari logika Aristoteles sebagai ilmu berpikir ke ilmu berpikir Qur’ani, dari intelegeni sekuler ke intelegensi ukhrawi, dan dari intelegensi digital, intelegensi artifisial, intelegensi rasional, ke intelegensi Fithriah, intelegensi spiritual. Inilah yang disebut dengan revolusi cara berpikir, membangun “the grand theory of science” yang baru, yang bukan lagi berpijak pada “Philosopiae Naturalis Principia Mathematica Newton” melainkan berpijak pada “Philosophiae Supra Naturalis Principia Meta Mathematica”.

Pada intinya cahaya terang benderang Al-Qur’an itu akan dirasakan oleh umat manusia manakala Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber dasar pengembangan paradigma berpikir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Revolusi menuju paradigma berpikir Qur’ani bukan semata untuk sekelompok manusia dalam hal ini umat Islam, tetapi untuk seluruh umat manusia bahkan alam semesta.

Tokoh-tokoh ilmuwan Barat, mulai merasakan kerancuan berpikir rasionalisme dan sekulerisme yang sudah mendominasi pola pikir masyarakat. Fritjop Capra dalam bukunya The Turning Point, sudah menemukan paradigma baru bahwa benda-benda bermakna jika saling berhubungan bukan terpisah-pisah. Setiap benda sebenarnya saling berhubungan. Bagi penulis proses saling berhubungan inilah yang menghasilkan kreativitas alam tanpa batas. Proses saling berhubungan ini, bisa kita amati di alam dan bisa kita temukan dalam buku panduan alam untuk memahami alam semesta kitab suci AL-Qur’an.

Renungan Bertrand Russell,  “manusia yang paling rasional itu adalah manusia di daerah tropis, yang dengan sabar duduk di bawah pohon pisang menunggu buah jatuh ke mulutnya”. Renungan Edward De Bono, “saya ragu, apakah teknologi roda diketemukan melalui jalur logika”. (Nataatmadja, 2001, hlm. 4). Kedua filsuf ini sudah mendeteksi adanya kekuatan di luar kekuatan rasional yaitu kekuatan supra rasional. Pola berpikir supra rasional berlaku sesuai dengan ketentuan Tuhan, dengan bermilyaran variasi sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahaminya.   
Sederhananya kemampuan berpikir supra rasional adalah kemampuan berpikir yang tidak mengandalkan kemampuan logika material, tetapi mengandalkan pada logika spiritual. Logika ini telah dipraktekkan oleh para Nabi, dan pengikutnya. Mereka hidup dengan mengandalkan pada logika supra rasional yang diajarkan oleh Tuhan.

Logika supra rasional bersifat baku, dapat diamati dalam dalam kehidupan semesta, dan berlaku dalam berbagai macam variasi kehidupan. Logika supra rasional yang baku, bisa dipahami dalam kejadian sederhana sampai pada tingkat kejadian kompleks. Hukum-hukumnya baku, tidak mengalami perubahan, yang berubah hanya objek atau kondisinya.

LOGIKA SUPRA RASIONAL BERSUMBER PADA PETUNJUK TUHAN 
Logika supra rasional adalah pola berpikir para nabi yang menerahkan segala ketentuan kepada penentu kehidupan. Berpikir mengikuti panduan Tuhan, mengembangkan dan mengolahnya tidak keluar dari ketentuan Tuhan. Pola berpikir supra rasional dirancang oleh Tuhan untuk membawa manusia pada kehidupan damai, sejahteran dunia sampai tembus akhirat.

Contoh pola pikir supra rasional bisa dilihat dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Kita harus berterimakasih pada ulama-ulama besar dahulu yang telah melakukan penelitian dan seleksi ketat, dan mengumpulkan sunnah Nabi Muhammad dalam berbagai aspek kehidupan. Sekian dulu pejelasan saya, semoga bermanfaat. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer logika Tuhan).

No comments:

Post a Comment