Friday, September 28, 2018

PESAN MALAIKAT MAUT DI MINGGU PAGI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sebuah kebodohan besar jika peristiwa yang membuat luka batin menganga, tidak meninggalkan pesan bermakna untuk kehidupan. Hukumnya setiap kejadian akan meninggikan dan merendahkan kedudukan seseorang. Tafsir bagi orang-orang beriman setiap kejadian akan meninggikan kedudukan kita dihadapan Tuhan.

Kejadian singkat Minggu, tanggal 9 September 2018, meninggalkan berbagai hermeneutik (tafsir) dari dalam pikiran penulis yang bukan hanya akan terjadi pada penulis saja. Untuk itu penulis sampaikan beberapa hermeneutik dari kejadian tersebut untuk jadi pelajaran bagi penulis, umumnya bagi sahabat-sahabat tercinta dan para pembaca yang dirahmati Allah swt.

Kejadian yang menimpa anak kandung penulis, tanggal 9 September 2018 adalah teguran dari Allah kepada pribadi penulis, terhadap rentetan kejadian yang terjadi selama 18 tahun. Teguran sangat singkat terjadi di sampaikan malaikat maut. Dua hari dan menjelang ajalnya hanya kurang lebih delapan jam. Rentetan kejadian yang dilakukan penulis selama bertugas 18 tahun menjadi pendidik, kemudian ditegur Allah hanya 8 jam dan sangat mengesankan sampai menghasilkan multi tafsir dari sudut pandang penulis. Inilah kekayaan dan kreativitas Allah dalam memberikan pelajaran kepada makhluknya.


KAMI UCAPKAN TERIMAKASIH ATAS DOANYA, KEPADA KADISDIK PROVINSI JABAR, KACABDIN WILAYAH VI JABAR, MKKS SMA KBB, MKKS SMA KAB. CIANJUR, MKKS SMA PROVINSI JABAR, SMAN 1 CIBINONG CJR, SMAN 1 MANDE, SMAN 1 CIPEUNDUEY, IKA ALUMNI UPI, IKA ALUMNI SEJARAH UPI, PESANTREN ASSUYUTIAH DAN SEMUA REKAN TEMAN SEJAWAT. SEMOGA BAPAK IBU SEHAT SEJAHTERA DAN SELALU DALAM LINDUNGAN ALLAH SWT.  
Tafsir pertama; Kejadian minggu 9 September 2018 mengingatkan penulis pada suatu prilaku meremehkan dan kurang perhatian terhadap anggota keluarga. Dunia kerja yang menyita waktu, telah mengabaikan hak-hak anggota keluarga. Jika diprosentasekan perhatian ke keluarga, anak, istri, orang tua, kerabat, dengan ke dunia kerja, hampir 30 persen perhatian ke keluarga, dan 70 persen untuk dunia kerja. Panggilan anggota keluarga, dianggap gangguan terhadap dunia kerja, padahal mereka adalah amanah, dan penyuplai energi untuk penulis bisa bekerja dengan tenang.

Prilaku buruk bertahun-tahun ini, ternyata mengundang teguran keras dari Allah, dengan mengutus malaikat maut. Prilaku ini mengabaikan perintah Allah kepada penulis sebagai kepala rumah tangga yang senantiasa menjaga amanah anak (keluarga) sebagai titipan Allah, dan selalu berbakti kepada orang tua sebagai ketetapan Allah. Pelanggaran ini, sepertinya sepele tetapi masuk pada kategori pelanggaran besar dihadapan Allah swt.

Tafsir kedua; kejadian itu telah mengajarkan kepada penulis dalam hal ibadah. Selama ini, kegiatan-kegiatan ritual ibadah cenderung tendensi untuk harapan dunia, hingga menyepelekan masalah akhirat. Pikiran penulis tidak pernah seimbang memperlakukan dunia dan akhirat. Jika melihat perbandingan harapan dunia dan akhirat, prosentase itu seharusnya 38 persen harapan dunia dan 62 persen harapan akhirat. Kerja keras kita di dunia, harapannya bukan tendensi untuk dunia tetapi 62 persen harus untuk akhirat. Itulah kesimbangan hidup yang harus kita ciptakan dalam pikiran.

Prosentase pembagian kerja, bisa didapatkan mengacu kepada konstanta golden ratio yang dijelaskan Prof. K. H. Fahmi Basya dalam Flying Booknya di youtube. Konstanta Golden ratio 1,618 terdapat dalam seluruh struktur tubuh manusia dan alam. Perbandingannya adalah b/a = 1,618. Tepatnya nilai b adalah 3,236 dan a adalah 2. Maka 3,236/2 = 1,618.

Jika kita ubah dalam angka prosentase maka 3,236+2=5,236. Untuk itu kita dapat prosentase hidup manusia yaitu 2/5,236=0,38x100=38%, dan 3,236/5,236 = 0,62x100=62%. Sebagaimana kita ketahui bahwa kehidupan akhirat lebih besar dari kehidupan dunia. Prosentasenya adalah 62 persen kehidupan akhirat dan 38 persen kehidupan dunia. Dengan prosentase ini, tujuan hidup manusia akan mengalami keseimbangan dan itulah kehidupan sejahtera manusia di dunia dan akhirat.

Menurut Prof. K. H. Fahmi Basya, pemisahan urusan dipisahkan oleh Allah dengan bijaksana. Beliau merujuk kepada dalil dalam Al-Qur’an, “Padanya dipisahkan tiap urusan dengan bijaksana”. (Ad Dukkhan, 44:4).

Penulis mendapat pemahaman bahwa dalam menjaga keseimbangan hidup antara dunia kerja dan keluarga harus berada pada titik keseimbangan sesuai dengan konstanta, 1,618. Maka untuk menjaga keseimbangan antara dunia keluarga dan dunia kerja, prosentasenya adalah 62 persen perhatian untuk keluarga dan 38 persen untuk dunia kerja. Logikanya kita harus bekerja profesional menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat dalam prosentase 38%, dan sebagian besar  62% untuk menyelesaikan tugas membangun keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan titik keseimbangan ini, dunia kerja harus dibentuk menjadi sebuah sistem kerjasama, profesional dan kondusif. Sebab jika kita tidak bekerja profesional maka yang malu adalah keluarga.

Dari 24 jam per hari, pemerintah hanya menuntut kerja delapan jam per hari selama lima hari. Jika kita prosentasekan, dunia kerja hanya menuntut 33 persen kerja per hari, dan sisanya sekitar 67 persen  bersama keluarga. Ditambah libur Sabtu dan Minggu, dunia kerja kita sudah memberi peluang kepada kita untuk membangun keluarga sejahtera.

Tafsir ketiga;  ibadah rutin kita sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan tidak menjamin kita terbebas dari kesalahan, juga tidak akan terbebas dari ketetapan Tuhan bahwa manusia akan ditimpa kesulitan dan bencana. Ibadah rutin sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan Yang Esa, menghindarkan manusia dari derita dan bencana bukan dalam bentuk fisik tetapi dalam bentuk ruhaniyah yaitu terbentuknya jiwa damai dan sejahtera. Inilah derajat tertinggi keimanan manusia kepada Tuhan yaitu terbentuknya jiwa-jiwa yang damai dan sejahtera, jiwa-jiwa yang selalu dirahmati Tuhan yang Esa, jiwa-jiwa yang merasa selalu dekat dengan Tuhan Yang Esa,  dalam menghadapi segala kejadian di muka bumi.

Tafsir ke empat; dosa batin lebih berbahaya dari dosa lahir. Dosa batin tidak terlihat secara kasat mata. Dosa batin hanya diketahui oleh Tuhan dan diri kita, yang bisa memperbaikinya adalah diri kita sendiri. Ada orang berzina, sekalipun manusia tidak mengetahui karena ditutupi, namun secara batin dirinya mengakui Tuhan mengetahui. Itulah contoh dosa batin.

Untuk mengobati dosa batin hanya kesadaran diri kita yang merasa selalu diawasi oleh Tuhan. Tanpa kesadaran ingat kepada Tuhan, dosa batin akan membawa kebinasaan manusia di dunia dan akhirat. Dosa batin meliputi dosa-dosa yang ada dalam pikiran dan hati manusia, sangat rahasia dan tersembunyi. Dosa batin bersarang dalam niat-niat jahat dan prasangka-prangka buruk manusia kepada Tuhan dan makhluknya. Dosa batin akan diperingati oleh Allah dengan luka batin yang lebih dahsyat dari luka lahir.

Dosa batin bisa menimpa siapa saja, tidak peduli orang berpangkat, berkedudukan, dan pemegang jabatan. Dosa batin bisa menimpa siapa saja, sekalipun manusia itu sudah mencapai derajat pemimpin atau ulama di hadapan manusia. Tidak ada manusia yang bisa luput dari dosa batin. Tidak ada manusia yang luput dari dosa dihadapan Tuhan. Maka dari itu tidak boleh merasa terbebas dari dosa karena ibadah-ibadah kita, kita harus merasa tetap waspada, mengoreksi pikiran dan hati kita dihadapan Allah swt.

Aktivitas lahir kita tidak akan dinilai baik oleh Allah swt. tanpa didasari oleh batin-batin yang taat kepada Allah swt.  Kelak Allah akan mengadili batin-batin manusia, dan yang lahir akan menjadi saksi-saksi kita. Semoga Allah melindungi batin kita tetap taat kepada-Nya. Itulah pesan Allah melalui malaikat maut di minggu pagi (Sunday Morning) untuk penulis, semoga bermanfaat.

Kami ucapkan terimakasih untuk para pimpinan, sahabat-sahabat,  dan kerabat semua yang telah berusaha menguatkan batin kami sekeluarga. Semoga kita semua berkumpul di syurganya Allah swt. Amin. Wallahu ‘alam.

(Master Trainer logika Tuhan) 

Saturday, September 15, 2018

KEGAGALAN SANG JENDERAL

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Nasehat dalam tulisan ini, saya dapatkan dari Motivator Terbaik di bumi ini, Beliau adalah Khattab ‘Aliyy Suharya. Dia adalah anak saya sendiri, yang meninggal karena penyakit meningitis. Dalam menjelang sekarat beliau mengajari bapaknya (Sang Jenderal di rumah tangga) bagaimana menjadi seorang pemimpin.

Hari Kamis dan Jum’at, saya masih mengantar beliau sekolah. Selama diperjalanan dia bercerita bahwa di sekolah dia dengan seorang temannya setiap hari melaksanakan shalat dhuha. Dia juga melihat ada satu orang guru yang sering shalat dhuha di pagi hari sebelum Istirahat pertama. Saya katakan, itu prilaku yang baik sekali, membanggakan, dan seorang calon pewirausaha harus rajin shalat dhuha. Kemudian permintaan terakhirnya, dia hendak membaca buku Jack Ma, untuk belajar bagaimana menjadi pengusaha. Pada saat akhir khayatnya, buku Jack Ma masih terselip di tas sekolahnya.

Beliau juga cerita, bahwa dirinya di sekolah kerap mendapat ejekan karena badannya gemuk. Namun khawatir saya hilang, karena dia sendiri mengatakan aku tidak peduli dengan ejekan, karena ejekan telah memotivasi dirinya untuk menjadi pengusaha sukses. Dia tahu bahwa kisah-kisah pengusaha sukses lahir karena ejekan-ejekan yang kerap diterimanya. Kedua kalinya bangga saya mendengar ceita anak tersebut. Harapan saya semakin kuat bahwa kelak anak saya akan jadi pengusaha sukses. Cita-citanya ingin jadi pengusaha bis, seperti Pak Haryanto idolanya, pemilik perusahaan bis PO Haryanto.

Menjelang ajal, Beliau menderita sakit panas. Dimulailah pelajaran pertama dari sang Inspirator. Saya menganggap sakit panas adalah sakit biasa yang diderita anak-anak yang dalam waktu satu atau dua hari bisa kembali normal. Saya nasehatkan dia untuk banyak minum dan makan, makan obat maag, dan minum madu, lalu istirahat yang cukup.

MOTIVATOR: KHATTAB 'ALIYY SUHARYA, CITA-CITA PENGUSAHA. SEMOGA HIDUP DAMAI DI SYURGANYA ALLAH swt. 
Panasnya menurun, tapi nafsu makan dan minum hilang. Saya nasehatin supaya mau makan dan minum agar kesehatan cepat pulih. Lalu anak makan nasi lontong beberapa suap dan minum. Inilah awal yang sangat mengenasnya terjadi. Dalam kondisi ini, anak masih disepelekan, kurang diperhatikan,  dengan candaan yang tidak pantas bagi seorang Jenderal di rumah tangga.

Saya tidak mengetahui jika gejala tidak mau makan dan minum adalah tanda bahwa tentara pencabut nyawa sudah bergelombang-gelombang melakukan serangan mematikan ke organ-organ vital. Rupanya saya sebagai jenderal masih belum menyadari kehadiran para pencabut nyawa yang sudah mengincar seluruh organ vital.

Pagi itu saya masih tetap beraktivitas dengan tenang, mengantar istri berdagang di tempat terbuka yang banyak orang berolahraga setiap hari minggu. Setelah memasang tenda, saya lanjutkan berolah raga seperti biasa. Tanpa diketahui, anak saya sedang berjuang melawan berpuluh-puluh ribu pasukan pencabut nyawa. Dia bertempur sendiri, tanpa komando, bantuan, petunjuk dan instruksi dari Jenderal.

Setelah berolah raga saya pulang ke rumah, dan langsung membuka laptop lalu belajar toefl dari youtube. Sementara anak saya masih belum masuk makanan dan minuman. Saya masih belum sadar bahwa gelombang pasukan pencabut nyawa telah berhasil membuat badan anak saya kaku duduk sulit bergerak.

Saya beranjak dari laptop dan mulai membujuk anak saya untuk makan dan minum. Tanpa sadar anak sudah mulai tidak berdaya terhadap pasukan pencabut nyawa, saya mencoba memberi minum satu gelas air madu dengan bantuan sendok. Setengah gelas air madu masuk ke perutnya dengan susah payah.

Setelah itu saya papah anak saya ke meja makan. Begitu sulit badan anak saya digerakkan. Untuk bangun saja perlu perjuangan dengan bantuan tiga orang. Saya belum sadar pasukan pencabut nyawa sudah menyerang bagian perut. Ketika masuk ruang makan, anak saya sudah sulit sekali bergerak. Memorinya masih memerintahkan untuk pergi ke wc dan membuka celana. Tetapi pasukan pencabut nyawa sudah mengeluarkan seluruh kotoran sebelum masuk wc. Kotoran tersebar di mana-mana memenuhi ruang makan dan dapur.

Disinilah kegagalan saya sebagai Jenderal, dalam situasi darurat, dengan hati kasar melemparkan omelan kepada anak saya dan dua kali sentuhan tidak bersahabat. Masih terlihat lirikan anak saya saat itu penuh dengan arti.  Seolah-olah dia ingin mengatakan,  “Ade lagi sekarat papi! Tolong Ade!

Bodohnya sang Jenderal masih dengan hati kasar membawa anak ke kamar mandi. Membersihkan kotoran dengan air hangat dengan hati tidak bersahabat. Anak masih mengeluarkan sisa-sisa kotoran sambil berdiri. Saya perintahkan untuk duduk di kloset supaya nyaman buang air besarnya, dengan tidak bersahabat pula. Untuk kesekian kalinya sang Jenderal tidak sadar bahwa pasukan pencabut nyawa sudah semakin massif menyerang organ-organ vitalnya. Anak saya sudah terlihat limbung dan kehilangan daya ingat.

Sekalipun terlambat, sang Jenderal baru sadar bahwa anaknya (pelabuhannya) sudah mendapat serangan-serangan mematikan dibagian vital yaitu otak. Anak saya sudah terkena serangan kaku duduk, kehilangan daya ingat, sulit komunikasi, dan seluruh kontrol kesadaran hampir lumpuh. Perutnya sudah dikuasai penuh oleh pasukan pencabut nyawa. Sang Jenderal memeluknya dan mulai khawatir. Romannya berubah seperti pecundang.

Evakuasi dilakukan segera  ke rumah sakit terdekat, hitungan nyawanya ternyata hanya tinggal hitungan jam. Sesampainya di klinik, pasukan pencabut nyawa sudah menyerang paru-paru dan hampir ke Jantung. Napasnya sudah tersengal-sengal. Mulutnya kejang dan giginya beradu menimbulkan bunyi menyakitkan. Tiba-tiba semburan darah kotor menyebur keluar dari mulut dan hidungnya. Sang Jenderal belum sadar bahwa itu adalah pertanda pelabuhannya akan musnah dari permukaan bumi.

Evakuasi dilanjutkan ke rumah sakit besar yang terbaik dekat kota. Di tengah jalan rencana berubah tanpa sepengetahuan. Anak dievakuasi ke rumah sakit terbesar tetapi dengan kualitas layanan buruk. Jenderal menyerah karena kondisi daraurat.

Di rumah sakit tersebut, anak sudah masuk ruangan darurat dengan penanganan sesuai prosedur tanpa menjamin bisa sembuh atau tidak. Para penjaga ruang gawat darurat bekerja benar-benar sesuai prosedur tanpa memperhatikan faktor lain. Prosedur sudah dilaksanakan, pekerjaan selesai dan mereka kembali beraktivitas seperti tidak sedang menghadapi situasi darurat.

Napas buatan, selang udara, selang penarik cairan dari lambung masuk melalui mulut dan hidung. Anak saya bernafas dengan tersengal-sengal. Sang Jenderal masih berinisiatif, membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk memotivati dan memberi energi. Terlihat tenang dan detak jantungnya masih bisa dipertahankan. Kondisi detak jantungnya mulai menurun setelah dipindahkan ke ruang rawat sementara. Sang Jenderal tidak bisa mendampingi dalam jarak dekat karena ruangan sumpek dan sempit sehingga tidak punya keleluasaan untuk mendekati telinganya untuk membisikan energi-energi ilahi. Itulah kegagalan Jenderal yang terus menerus diperlihatkan oleh Tuhan. Hingga, kondisi kesadaran anak terus menurun dan berakhirlah sudah harapan hidupnya di dunia fana, jiwanya bangkit hidup di alam baka dengan tenang dan bahagia.

Sang Jenderal baru sadar bahwa pelabuhannya telah mendapat serangan mendadak. Serangan pasukan pencabut nyawa seperti serangan pasukan Jepang menyerang pelabuhan Pearl Harbour di Hawai pada hari minggu pagi 7 Desember 1941. Jenderal Franklin D. Roosevelt baru sadar setelah pelabuhannya bumi hangus oleh pasukan berani mati Jepang.

Peristiwa serangan pasukan pencabut nyawa juga terjadi hari minggu, 9 September 2018. Dalam hitungan jam, serangan-serangan dari kurang lebih 30.000 (data lekosit dari lab) pasukan pencabut nyawa, mematikan organ-organ vital di pelabuhan. Semua sirna, 12 tahun pelabuhan dikembangkan dan dipelihara, punah seketika karena kelalaian sang Jenderal dalam mendeteksi dan memahami adanya serangan pasukan pencabut nyawa.

Maka bukan hancurnya kapal induk yang membuat hati Jenderal terluka, tetapi kegagalannya sebagai seorang Jenderal dalam melaksanakan tugasnya memelihara dan menjaga pelabuhan. Kegagalan ini menjadi motivator sang Jenderal untuk hidup lebih cerdas, waspada, bijaksana, dan selalu siaga. Kegagalan ini menjadi motivator untuk menjadi seorang Jenderal yang selalu penuh perhatian, penuh kasih dan pemelihara tanpa melihat situasi dan kondisi. Kegagalan ini menjadi motivator untuk  menjadi seorang jenderal yang pandai merasa dan selalu terbuka terhadap segala nasihat dari manapun dan dimanapun berada.

Terimakasih Khattab ‘Aliyy Suharya, terimakah Allah swt, saya bangga diajari oleh orang-orang hebat dan dikirim langsung oleh sang Pencipta. Sang Jenderal belajar dan memahami, keluarga dan anggotanya adalah pelabuhan yang harus selalu dijaga, karena keluarga adalah pelabuhan sebagai suplai energi untuk kita bisa bekerja dengan semangat mengabdi untuk negara, dengan gagah perkasa. Itulah energi dari Allah yang disimpan di keluarga. Wallahu ‘alam.

(Master Trainer Logika Tuhan)    

Saturday, September 8, 2018

BELAJAR ISLAM DARI TAIWAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Perjalanan lima jam lebih dari Jakarta menuju Taiwan, menjadi pengalaman pertama saya. Kunjungan penting ini bertujuan membangun kerja sama antara sekolah-sekolah menengah di Jawa Barat dengan salah satu perguruan tinggi ternama di Taiwan. Kegiatan ini diikuti oleh kepada dinas pendidikan provinsi Jawa Barat beserta jajarannya. Perjalanan berlangsung selama empat hari, tanggal 31 agustus sampai dengan 3 september 2018.

Dalam pesawat berbagai minuman dan makanan di tawarkan oleh pramugari cantik berkulit putih keturunan bangsa China. Mereka berpakaian rapi tidak memperlihatkan belahan sensitif. Saya apresiasi cara berpakaian pramugari di pesawat yang saya tumpangi, karena mereka tidak menjadikan perempuan sebagai objek layanan jasa transportasi.

Taiwan adalah negara sekaligus provinsi, tergantung dari sudut mana memandang. Saya mengikuti pola pikir orang Taiwan yang menginginkan satu kepulauan di situ menjadi satu daerah otonomi di luar China. Tapi itu bukan urusan saya, yang penting saya harus beralajar dari orang Taiwan.

Pelajaran pertama yang saya lihat di Taiwan adalah masalah sungai. Di tengah kota ada sungai, seperti sungai Cikapundung di Bandung. Dari lantai 24 sungai tersebut terlihat bersih tanpa sampah. Esok paginya, saya datangi sampai ke bibir sungai. Saya melihat memang bersih tidak ada sampah, namun air masih terlihat tidak terlalu jernih.

Satu hal yang membuat saya yakin bahwa masyarakat Taiwan sudah sadar pentingnya kebersihan sungai dan airnya, adalah terlihat bergerombolnnya ikan-ikan mujair di sungai dengan ukuran selebar tangan orang dewasa. Gerombolan ikan-ikan tersebut membuktikan bahwa sungai di tengah kota yang ada di Taiwan tidak tercemar limbah pabrik atau pun rumah tangga.

Pelajaran kedua adalah tentang prilaku berkendaraan roda dua. Masyarakat Taiwan rata-rata menggunakan motor matic buatan dalam dan luar negeri. Kebanyakan menggunakan motor matic buatan dalam negeri. Pelajaran penting dari prilaku berkendaraan roda dua di Taiwan adalah tidak ditemukan kendaraan bermotor dengan jenis knalpot bising. Bahkan masyarakat sudah diperkenalkan pada produk kendaraan bermotor bertenaga listrik dengan suara nyaris tak terdengar.

Pelajaran ketiga, lingkungan kota sudah tergolong tertib. Trotoar lebar-lebar, dan tersedia sepeda yang terparkir di tempat umum dalam keadaan terkunci. Kunci sepeda bisa dilepas dengan menempelkan kartu seperti etoll. Semua sepeda terparkir rapi dalam kondisi siap pakai. Jika penggunaan sepeda dibawah 30 menit, pemakaian gratis. Di Taiwan, transaksi transportasi, belanja di minimarket sudah menggunakan uang non tunai dengan menggunakan kartu.

Pelajaran keempat, kegiatan demontrasi di Taiwan sangat tertib. Demontrasi bisa dilakukan oleh perorangan atau kelompok. Orang Taiwan tidak begitu tertarik untuk demontrasi, karena saya lihat demontrasi hanya dilakukan satu dua orang saja dengan memasang tulisan berisi tuntutan demo. Saya perhatikan hal tersebut tidak begitu menarik perhatian orang di sekitarnya. Demontrasi di Taiwan bebas dilakukan oleh siapa saja syaratnya tidak mengganggu ketertiban dan hak orang lain.

PADA TATARAN IDE DAN IMPLEMENTASI ISLAM ADA DALAM SETIAP KEHIDUPAN MASYARAKAT.
Pelajaran kelima, orang Taiwan sangat menghargai tamu. Selama kunjungan mereka terlihat sibuk dan serius melayani tamu. Ketika di rumah makan, orang Taiwan begitu bersedia ikut membantu pemilik rumah makan dengan menjadi pelayan, mengantar makanan, dan mengambil piring bekas, dilakukan untuk melayani tamu, tanpa mempertimbangkan  posisi dan kedudukan mereka.

Orang Taiwan berkarakter rendah hati dan sangat berjiwa sosial tinggi. Seorang Taiwan, untuk membiayai program kuliah anak-anak Indonesia, mereka berani mengeluarkan uang sampai 10 miliar rupiah dengan pinjaman dari perbankan di Taiwan dengan agunan rumah pribadi. Mereka juga sangat menghargai waktu, dan bergerak cepat agar semua pekerjaan diselesaikan dengan sempurna dan tepat waktu.

Bangunan-bangunan di Taiwan terlihat sederhana, namun semua terlihat bersih dan tertata rapi. Di jalan raya banyak sekali zebra cross tempat orang-orang menyebrang. Lampu stopan selalu ditandai, kapan boleh menyebrang dan tidak, dan semua berfungsi. Di jalan raya cukup tertib dan jarang sekali terjadi kemacetan karena jumlah kendaraan masih terkendali.

Itulah sebagian gambaran kehidupan manusia yang seharusnya seperti digambarkan dalam hadis dan Al-Qur’an. Setiap orang pasti punya kekurangan, termasuk orang Taiwan. Tapi, buat apa menggali kekurangan orang lain, karena kita harus membiasakan meniru kebaikan yang dilakukan orang lain. Pertanyaannya, mengapa prilaku Islam sampai ada di orang-orang Taiwan, karena Islam adalah rahmat bagi seluruh Alam. Jadi sudah pasti, contoh prilaku muslim ada tersebar di seluruh penjuru alam.

Orang Taiwan memang tidak begitu memandang penting agama, sekalipun mereka percaya kepada adanya Tuhan. Namun cara hidup mereka bukan bersumber dari aturan agama yang mereka percayai. Cara hidup mereka bersumber dari kepentingan untuk hidup bahagia dengan mengelola lingkungan alam menjadi lingkungan yang menyenangkan. Kebahagian hidup mereka wujudkan melalui adaftasi dengan alam yang dituangkan dalam kesepakatan aturan bernegara. Sudah barang tentu dalam beberapa hal ada prilaku orang Taiwan yang tidak sesuai dengan tuntunan seorang muslim, terutama dalam tata cara berpakaian dan beberapa dari apa yang mereka makan.

Namun kita bisa belajar dari hal-hal positif yang mereka lakukan dan kenapa tidak kita lakukan padahal ada dalam aturan agama kita. Jadi bukan orang Taiwan yang bermasalah, tapi negara kita. Itulah yang harus kita pikirkan.

Saya memahami bahwa Islam adalah ajaran general untuk seluruh alam. Maka dari itu contoh-contoh prilaku muslim tersebar di seluruh pelosok, bangsa, dan suku di dunia. Untuk itu kita diciptakan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal dan bertukar pikiran. Karena negara yang mengaku muslim belum tentu dalam implementasinya seperti seorang muslim yang dijelaskan dalam hadis dan Al-Qur’an. Wallahu ‘alam.

(Master Trainer Logika Tuhan)