Oleh: Muhammad Plato
Jika kita sadari, masyarakat terlalu larut dengan budaya politik. Obrolan di warung kopi, kantor, sekolah, di media sosial, kadang tidak sadar yang diobrolkan soal politik. Padahal yang diobrolkan masyarakat hanya sebatas obrolan, karena yang berkepentingan dalam politik adalah anggota partai politik. Berita-berita di media mainstream selalu memainkan isu politik untuk menarik perhatian masyarakat agar rating meningkat. Kalau rating meningkat, maka cuan akan bertambah banyak.
Sudah cukup untuk rakyat kita belajar demokrasi. Sejak tahun 1998 kita sudah belajar menjadi masyarakat berdemokrasi. Situasi konflik, saling hujat, saling ejek, saling hina, bertahun-tahun kita lalui sebagai wajah demokrasi. Saling ejek "kampret" dan "kadrun" mewarnai demokrasi konflik yang cukup melelahkan. Kayaknya, rakyat harus mulai bosan dengan politik konflik saling ejek begitu.
Situasi politik menjelang tahun 2024, masyarakat Indonesia harus berkomitmen menjadi masyarakat dengan demokrasi politik yang santun. Sudah saatnya masyarakat berdemokrasi rasional jangan emosional. Masyarakat emosional hanya dimanfaatkan oleh politisi untuk mendulang suara. Setelah berhasil kesejahteraan itu didapat tidak langsung oleh masyarakat, tapi langsung oleh pribadi-pribadi politisi. Mereka mendapat tunnjangan-tunjangan yang cukup bisa hidup sejahtera. Seelah tahun politik usai, masyarakat kalau ingin sejahtera tetap saja harus giat bekerja.
Diskusi Kita Harus Lebih Banyak Tentang Pendidikan, Karena Itu Profesi Kita. |
Sikapi saja tahun politik dengan biasa-biasa saja. Ikuti debat para politis lalu tentukan dalam hati mana yang akan dipilih. Tidak perlu ikut-ikut komentar di media sosial saling dukung mendukung, literasi saja melalui internet, para politisi bisa dikenali melalui gagget yang kita miliki. Mulai sekarang kita harus jadi masyarakat rasional. Masyarakat rasional berdiskusi tentang pekerjaan, usaha, rencana-rencana di masa depan. Masalah politik adalah pekerjaan orang yang bergerak di partai politik. Seorang guru diskusinya tentang pendidikan. Seorang pengusaha diskusinya tentang perkembangan ekonomi.
Masyarakat harus sadar, selama ini kita telah dimanfaatkan oleh para politisi. Diajak untuk berbicara dan berdiskusi tentang politik, dukung mendukung, dan saling berdebat. Padahal ujung-ujungnya ada kepentingan politik yaitu kekuasaan yang ingin diraih oleh partainya. Mulai saat ini, biarkan para anggota partai bekerja, bergerak sendiri, untuk mencapai tujuan partainya. Sebagai masyarakat kita cukup jadi pengamat saja, jangan ikut terjun pada wilayah yang bukan profesi kita, kecuali menjadi anggota partai.
Masyarakat yang tidak menjadi anggota partai harus jadi pengamat atau wasit. Ketika para politisi bertengkar rakyat harus melerasi dan memberi nasehat. Ketika para politisi bertengkar dengan kata-kata kotor, maka sebagai rakyat kita harus mengingatkan pada mereka, tidak pantas berkata-kata kotor. Rakyat harus bisa menjaga sikap netral dalam berkata, sekalipun punya pilihan yang telah ditentukan. Rakyat yang cerdas harus lebih banyak diam, sambil mengamati partai mana, tokoh-tokoh mana, yang layak membawa bangsa ke arah lebih baik.
Untuk menciptakan demokrasi yang damai, sebagai rakyat kita harus meningkatkan kecerdasan berpolitik. Mulai saat ini, jangan melibatkan diri berbicara politik dukung mendukung karena kita tidak tahu kepentingan masing-masing partai. Kita saksikan para anggota partai tidak sedang bertengkar, tapi mereka semua sedang berstrategi untuk mendapatkan kekuasaan, dan itulah tujuan partai politik. Para anggota partai politik, tugasnya adalah bersrategi, berencana, membuat wacana, untuk tujuan-tujuan partai politiknya. Jika rakyat bukan anggota partai, sebaiknya rakyat jadi penonton, wasit, dan pengamat yang bijaksana sebagai penjaga kehidupan damai bangsa.
Ke depan kita alihkan oboral warung kopi, obrolan santai di waktu-waktu senggang, tentang pekerjaan, pendidikan anak-anak, tentang masa depan anak-anak dan keluarga, obrolan ini lebih penting untuk dibicarakan setiap hari. Obrolan-obrolan politik adalah ranah para anggota partai politik karena mereka memang bidangnya. Rakyat harus jadi pengamat untuk melihat sepak terjang para anggota partai politik, dan sebagai rakyat kitalah yang akan menjadi penentu siapa yang akan berkuasa. Sebagai penentu, rakyat harus tetap berbicara hal-hal produktif, positif, dan menentukan tokoh-tokoh politik terbaik dengan tetap menjaga situasi damai dan sejahtera.***