Tuesday, February 21, 2023

PAHAMI PSIKOLOGI UANG, UNTUK BANGUN KEKAYAAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Tulisan ini dapat inspirasi dari Morgan Housel penulis buku The Psychology of Money. Buku ini internastional best seller dan diterjemahkan ke dalam 26 bahasa. Setelah saya membacanya ternyata Morgan Housel menjelaskan tentang bagaimana orang-orang kaya berprilaku sehingga kekayaan mereka berlipat ganda. Dari awal Morgan Housel mengatakan bahwa kekayaan tidak berkaitan signifikan dengan kecerdasan intelektual, tetapi sangat berkaitan dengan kelakukan seseorang.  

Saya melihat apa yang dijelaskan tentang prilaku orang-orang yang memiliki kekayaan seperti yang dijelaskan di dalam Al Qur'an. Morgan Housel mengatakan orang-orang yang memiliki kekayaan tetapi prilakunya angkuh, sombong, tidak ramah, dan tamak, mereka tidak bertahan lama memiliki kekayaan. Dalam beberapa tahun saja mereka sudah kembali jatuh bangkrut. Kisah ini sama dengan kisah orang kaya yang dijelaskan di dalam Al Quran, yang terkenal dengan kisah Qarun. Melalui penjelasan Morgan Housel, kita jadi paham bahwa kekayaan bukan bagaimana cara memilikinya, tetapi bagaimana cara kita belajar bersikap rendah hati, ramah, dan hidup sederhana. 

Tulisan ini hanya ingin mempertegas, bahwa kekayaan adalah "akhlak mulia". Orang-orang yang memiliki kekayaan dijelaskan oleh Morgan Housel sebagai karakter. Kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan yang tidak terlihat. Kekayaan yang tidak terlihat adalah karakter bagaimana seseorang berhasil memperoleh kekayaan. Kesabaran, komitmen, kesederhanaan, investasi jangka panjang, dan visi adalah kekayaan tidak terlihat. Warren Buffett tercatat menjadi orang terkaya di dunia, karena investasi jangka panjang yang dilakukannya sejak usia 10 tahun. 

Investasi jangka panjang, perjuangan menghadapi kegagalan, penderitaan, dan jatuh bangunnya menghadapi kegagalan adalah kekayaan yang tidak terlihat. Pendidikan yang akan menghasilkan orang-orang kaya yaitu pendidikan karakter. Pendidikan yang membentuk akhlak-akhlak yang baik sesungguhnya kekayaan yang akan dimiliki generasi berikut. Mengajarkan peserta didik disiplin, berani gagal, survival, berpikir optimis, itulah pendidikan yang akan melahirkan kekayaan. 

Kekayaan sesungguhnya adalah soft skills bagaimana siswa mengendalikan hawa nafsu agar selalu mengarah kepada hal-hal yang positif dan produktif. Hard Skills hanya alat yang bisa dipelajari dalam waktu singkat. Sedangkan soft skills adalah pelajaran yang harus dilakukan sepanjang hayat. Praktek investasi saham di pasar modal adalah hard skills, sedangkan kemampuan mengelola uang, mengendalikan keinginan, kesabaran menghadapi ujian, adalah soft skills yang perlu dilatihkan berulang-ulang dan berkelanjutan. 

Tabungan adalah selisih antara ego dan pendapatan.

Praktek nabung saham sejak dini adalah alat untuk membentuk kekayaan yang tidak terlihat, yaitu kemampuan menjaga komitmen berinvestasi dalam jangka waktu panjang. Praktek nabung saham sejak dini bukan masalah uang, tetapi ujian kesabaran untuk melakukan akumulasi kekayaan dalam jangka panjang. Kemampuan bersabar dalam jangka panjang adalah kekayaan yang tidak terlihat. 

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Ali Imran, 3:200).

Kesabaran adalah kekayaan yang tidak terbatas yang dijanjikan Tuhan kepada manusia yang mampu menapakinya. Warren Buffett, Lo Kheng Hong, Sandiaga Uno, mereka tercatat sebagai tokoh dengan kekayaan tak terbatas, karena kesabarannya dalam berinvestasi. Maka kekayaan tak terlihat telah dimiliki oleh mereka yaitu kesabaran, dan kekayaannya terlihat. 

Morgan Housel mengatakan membangun kekayaan tidak ada hubungan dengan pendapatan atau hasil investasi, tetapi  berhubungan dengan tingkat tabungan. Penghematan, gaya hidup sederhana, efisiensi keuangan sesungguhnya pengumpulan kekayaan yang realitis, 100% bisa dilakukan sekarang juga dan di masa yang akan datang dari pada menambah penghasilan. Inilah kekayaan yang tidak terlihat.

Morgan Housel katakan, "jika anda memandang pembangunan kekayaan membutuhkan banyak uang sebagai sesuatu yang membutuhkan banyak uang atau hasil investasi besar, maka anda orang pesimis, karena anda akan selalu merasa kurang. Jika anda memandangnya sebagai hidup hemat dan efisien, maka nasib anda lebih jelas". Hemat dan efisiensi adalah kekayaan tidak terlihat. Kekayaan hanya sekumpulan sisa sesudah anda membelanjakan apa yang anda dapat. 

Bandingkan, orang dengan penghasilan dua juta rupiah, dengan 10 juta rupiah. Jika orang dengan penghasilan dua juta rupiah bisa hidup hemat dengan bahagia dan bisa menabung saham 500 ribu rupiah, maka dalam jangka waktu 10 tahun dia bisa mengumpulkan kekayaan. Sebaliknya jika orang dengan penghasilan 10 juta rupiah, dengan gaya hidup tinggi, suka membeli barang mewah dan tidak ada alokasi untuk investasi, dalam jangka 10 tahun tidak akan terjadi akumulasi kekayaan. 

Cara hidup sederhana dan bahagia didapatkan dalam ajaran agama. Jika ajaran agama benar-benar diimplementasikan, sudah dapat dipastikan para penganut agama akan memiliki akumulasi kekayaan. Sebagaimana diajarkan dalam ajaran agama. Pendapatan Anda ditentukan oleh ego anda. Suka pamer, konsumtif, ingin terlihat kaya adalah tanda anda pernah punya uang, dan tabungan anda sedikit. Tabungan adalah selisih antara ego dan pendapatan. Jadi cara dahsyat untuk menambah tabungan adalah kerendahan hati, sebagaimana diajarkan dalam ajaran agama. Kata Morgan Housel, "akumulasi kekayaan lebih mengandalkan psikologi dari pada pengetahuan keuangan".









No comments:

Post a Comment