Friday, February 3, 2023

TERPAKSA SHALAT KARENA TERPAKSA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Diskusi ini diangkat dari kasus di sekolah, perihal pelaksanaan shalat dhuha 12 rakaat. Ada komentar program shalat dhuha 12 rakaat terasa berat dan dirasakan menjadi pemaksaan. Komentar ini terus bergulir dari tahun ke tahun. Sementara, program dhuha 12 rakaat hari demi hari terus berjalan, dan komentar komentar pesimis terus diperbincangkan seiring dengan program dhuha 12 rakaat terus berjalan. 

Diskusi ini akan mengukur sejauh mana program shalat dhuha 12 rakaat memberatkan. Tujuan diskusi ini untuk menakar apakah komentar shalat dhuha 12 rakaat memberatkan dan pemaksaan, apakah  mengandung kebenaran atau hanya argumen yang dilandasi dengan keengganan  dan kesombongan untuk tidak taat pada Allah. 

Secara lahiriah, shalat adalah gerakan fisik rukuk dan sujud. Gerakan ruku dan sujud bukan gerakan yang dikarang oleh seseorang, tetapi gerakan rukuk dan sujud diwariskan dari Nabi Muhammad SAW. Diyakini gerakan rukuk dan sujud adalah gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW bersumber dari wahyu Al Quran. Jadi gerakan rukuk dan sujud adalah gerakan mengikuti ayat-ayat Al Quran. 

Penulis menganalogikan gerakan rukuk dan sujud, seperti gerakan tawaf yang gerakannya mengelilingi Ka'bah. Para ulama berpendapat jika seorang muslim melakukan ibadah haji atau umrah dengan melakukan gerakan tawaf, sekalipun tanpa membaca doa-doa, Allah tetap memberikan balasan kebaikan bagi yang melakukannya. Tawaf adalah gerakan yang bersumber dari ayat Al Quran, demikian juga dengan gerakan rukuk dan sujud. Artinya, jika seseorang melakukan gerakan rukuk dan sujud dalam shalat dia sedang mengerjakan sebuah gerakan yang bersumber dari Al Quran. Insya Allah ada kebaikan bagi pelakukanya. 

Shalat, rukuk dan sujudlah kepada Allah, dengan senang hati atau terpaksa, sesungguhnya shalat perintah Allah dan mengandung kebaikan bagi yang taat melakukannya.  

Artinya, gerakan shalat berupa rukuk dan sujud saja mengandung kebaikan, apalagi jika bacaan-bacaannya dilakukan dengan benar. Allah Maha Pemurah, bagi pengamal shalat jangan merasa putus asa, pesimis, shalat tidak diterima. Berpikirlah optimis pada Allah, setiap gerak yang didasarkan pada perintah Allah, geraknya saja Allah pasti menilainya sebagai sebuah kebaikan. Keraguan, kemalasan, keengganan, kekhawatiran, secara berlebihan ketika kita seudah belakukan kebaikan adalah pemikiran dan perasaan yang dibisikkan setan.  

Jika kita dilanda keraguan, kemalasan, keengganan, dan kekhawatiran, di saat melakukan shalat, maka solusinya adalah melakukannya sekalipun dengan terpaksa. Melakukan perintah Allah dengan keterpaksaan lebih baik dari pada diam memelihara keraguan, kemalasan, keengganan, dan kekhawatiran. Melakukan shalat perintah Allah sekalipun dengan keterpaksaan akan menghasilkan kebaikan karena kebaikan tetap akan berbalas kebaikan. Melakukan perintah Allah dengan keterpaksaan justru akan jadi obat untuk menghilangkan keraguan dan kekhawatiran. 

"Hanya kepada Allah-lah sujud segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari" (Ar r'ad, 13:15).

Shalat yang mengandung gerakan rukuk dan sujud, adalah gerakan perintah Allah. Bagi siapa saja yang merasa sukarela atau terpaksa sujud kepada Allah, dia telah melaksanakan perintah Allah. Namun bagi orang-orang berakal sehat, tidak ada keterpaksaan untuk melaksanakan perintah Allah. 

"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". (Fushshilat, 41:11). 

Dari mulut siapapun datangnya perintah shalat rukuk dan sujud, perintah itu hakikatnya dari Allah pemilik kebenaran. Kesombongan dan keangkuhan yang membuat orang tidak mau bersujud, seperti iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Bagi seorang muslim, tidak ada keraguan untuk melaksanakan perintah Allah, dia harus melaksanakannya baik dalam kondisi suka hati ataupun terpaksa. Namun bagi muslim yang hati dan pikirannya diberkahi, dia akan memilih melaksanakan perintah Allah dengan suka hati, karena segala perintah Allah pasti mengandung kebaikan di dunia maupun di akhirat.***




No comments:

Post a Comment