Kasus suap menyuap sebetulnya bukan masalah baru di Indonesia. Sejak dinobatkan sebagai negara terkorup di dunia, sudah pasti bermacam-macam suap ada di Indonesia. Seorang Profesor Dosen kakak saya berbicara, suap tidak bisa hilang dengan mudah di bumi Indonesia. Bagaimana tidak, sejak dahulu nenek moyang kita selalu mengajarkan dan mempraktekkan suap.
Setiap malam selasa, malam jumat, nenek moyang kita melakukan ritual suap kepada para leluhurnya dengan menyajikan sesajian. Mereka punya keyakinan jika tidak melakukan acara ritual ini, akan kehilangan berkah dalam hidupnya. Saking percayanya, kebiasaan ini bisa bertahan turun-temurun lo sampai sekarang.
Demi mempertahankan ritual suap dan proses adaptasi dengan zaman, ritual suap antara manusia dengan roh nenek moyang berubah menjadi suap diantara sesama manusia. Suap dilakukan untuk memuluskan proyek yang dinilai bisa menghasilkan uang banyak. Suap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Tiada hari tanpa suap, itulah mungkin pepatah yang pas untuk menggambarkan kehidupan di Indonesia
Alang kepalang, masyarakat kita sudah biasa dengan suap, mau dibagaimanakan lagi, kita tidak bisa hidup tanpa suap. Satu-satunya jalan kita harus ikut-ikutan main suap. Kalau tidak ikut-ikutan suap jelaslah tidak akan kebagian tender, alias dapur tidak ngebul.
Tapi kita modifikasi sedikit lah cara suapnya. Kalau masyarakat dahulu melakukan suap terhadap nenek moyang, masyarakat sekarang main suap kepada sesama manusia. Kita lain! Kita main suap kepada Allah yang memiliki kekuasaan rezeki di dunia dan akhirat. Tentu saja menyuap Allah juga harus sembunyi-sembunyi karena itulah hakikat suap. Semakin tersembunyi semakin baik kan?
Jika selama ini orang-orang menginginkan kekayaan, jabatan, dengan cara suap, kita juga lakukan hal yang sama. Jika orang-orang melakukan suap kepada pejabat, atau atasan penentu kebijakan, kita juga lakukan suap kepada Penentu Keputusan yaitu Allah SWT.
Jika orang ingin jadi pegawai negeri (PNS), tentara, guru, dan polisi, berani keluarkan dana 30 sampai 150 juta, kita juga sama harus berani. Mengapa kita tidak sanggup keluarkan juga dana sebesar itu untuk Allah. Kalau Anda orang beriman suap saja Allah dengan dana sebesar itu. Caranya keluarkan dana sebesar itu untuk fakir miskin, panti asuhan, dan kaum dhuafa.
Suap kepada manusia hasilnya bisa kita saksikan, banyak yang tertipu oleh oknum-oknum yang menjanjikan pekerjaan dan jabatan. Para penyuap kehilangan uang dan akhirnya jatuh miskin. Sekarang anda pikirkan bahwa uang yang anda berikan kepada fakir miskin untuk menyuap Allah, akan dikembalikan 10 sampai 700 kali lipat. Ini adalah janji Allah dalam Al-Qur’an surat Al An’am ayat 160 dan Albaqarah ayat 261. Bayangkan jika Anda menyuap Allah 30 juta saja, bukan hanya jabatan atau pekerjaan yang akan anda dapatkan, justru anda akan mendapatkan kelimpahan harta dari Allah SWT.
Berpikirlah para penyuap! Jika saja untuk memproleh keinginan Anda berani berbuat jahat dengan melakukan suap terhadap sesama manusia, mengapa juga Anda tidak berani berbuat baik, dengan cara menyuap Allah. Menyuap kepada manusia dan kepada Allah modalnya sama, KE-BE-RA-NI-AN. Berani buruk atau baik? Kata Mario Teguh, “pemberani itu ciri dari orang-orang beriman lo” Berpikirlah para penyuap!!!
Salam sukses dengan logika Tuhan! Follow me @logika Tuhan
Thursday, January 31, 2013
Tuesday, January 29, 2013
BALASLAH KEBURUKAN DENGAN KEBAIKAN
oleh: Muhammad Plato
Dalam Al-Qur’an Tuhan berfirman;
"Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)". (Ar ra’ad : 22).
Dalam ayat lain Tuhan berfirman:
"Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan". (Al-Qashshas :54)
Lebih terang dan jelas, Tuhan memberi petunjuk dalam firmannya:
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia". (Fushilat, : 34).
Lalu mengapa Tuhan menyuruh kita membalas kejahatan dengan keburukan? Pemahamannya dapat kita peroleh dari hukum yang telah ditetapkan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan menetapkan hukum bahwa kebaikan yang kita lakukan akan berbuah kebaikan dan kejahatan yang kita lakukan akan berbuah kejahatan.
Maka, jika kita membalas kejahatan dengan kejahatan, kita akan mendapat balasan kejahatan. Jadi membalas kejahatan dengan kejahatan akan menjadikan kita terperangkap dalam lingkaran kejahatan. Membalas kejahatan dengan kejahatan tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menambah masalah semakin bermasalah.
Membalas kajahatan dengan kebaikan memang selalu dianggap sebagai sikap selalu mengalah, terlalu mengalah, bahkan dianggap lemah. Pandangan itu bagi mereka yang tidak memahami logika Tuhan. Bagi yang mengerti logika Tuhan, membalas kejahatan dengan kebaikan adalah kemenangan, sebab membalas kejahatan dengan kebaikan, akan menghasillkan kebaikan dan mengakhiri kejahatan. Pada kenyataannya kejahatan yang dibalas dengan kebaikan, akan menolak kejahatan berikutnya dan menjadikan kehidupan berada terus dalam lingkaran kebaikan. Pikirkan itu!
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan
Sunday, January 27, 2013
KETIKA ANJING BERPUISI
“Hai anak muda!!!”, kata anjing.
"Berhentilah... menyalahkan ku", kata anjing.
"instrospeksi diri", kata anjing.
sejak kecil kalian biasa menyalahkan anjing
kenapa anjing selalu jadi sasaran
kesalahan kalian
setiap hari anjing di
maki-maki oleh kalian
“teu
baleg anjing
dasar
anjing
gara-gara
elu anjing
gua
gampar lu anjing
anjing
siah”
jika saja anjing bisa
berkata-kata
stop....!
berhentilah!
Jangan selalu menyalahkan
anjing!
aku tidak tahu menahu
sedikit pun urusan kalian!
Hai manusia
Apakah kalian tidak membaca
firman Tuhan?
Jangan menyalahkan orang
lain.
Sekalipun sama anjing.
ttd
ANJING
Kang Master Mei 2008
Saturday, January 26, 2013
RAHASIA SUKSES MEMBINA KELUARGA
Saya tersadar
untuk berbagi dengan kawan-kawan semua, setelah mendengar seorang ibu menangis
terisak-isak, menangisi nasib anak perempuannya yang sudah sekian puluh tahun
menikah ternyata harus berakhir dengan perceraian. Si ibu berkata, “jika saya
yang disakiti, saya bisa bertahan, tetapi kalau anak yang disakiti, nelangsa
rasanya hati ini”.
Lalu apa
gerangan yang membuat pernikahan anak perempuan ibu itu kandas setelah 10 tahun
bertahan? Diceritakan bahwa selama membina rumah tangga, anak perempuannya tidak
pernah rukun dengan ibu mertua. Tidak disadari kondisi ini membuat suami duduk
dalam persimpangan jalan (galau). Akhirnya cerai adalah cara suami untuk
mengakhiri kegalauannya, dan lebih memilih kembali kepada pangkuan ibu yang
telah melahirkan dan menyusuinya.
Mari kita
belajar dari kejadian ini, dan kita doakan semoga kawan-kawan yang sedang
mengalami masalah ini diberikan hidayah oleh Allah swt untuk menyelesaikannya
dengan damai dan sejahtera. Bismillah... kita analisa di mana sebab utama
kegagalan rumah tangga anak perempuan ibu itu.
Rahasia sukses
dalam membina keluarga bahagia dan sejahtera adalah menjaga silaturahmi antara
menantu dengan mertua. Hubungan tidak harmonis antara menantu (istri) dan
mertua (ibu), bukan kali pertama dan bukan hanya terjadi di masyarakat kita.
Hal ini terjadi di masyarakat dunia, dan di negara-negara maju sekalipun.
Dosen saya
waktu kuliah pernah cerita. Di masyarakat Barat, dalam sebuah iklan piring sosok
mertua (ibu) digambarkan sebagai sosok yang menakutkan. Ketika sang menantu
(istri) sedang mencuci piring, tiba-tiba mertua (ibu) datang. Sang menantu
(istri) kaget, sampai piringnya terjatuh ke lantai tetapi piring itu tidak
pecah.
Yang ingin
disampaikan dalam iklan itu bukan mertuanya yang menakutkan tapi iklan produk
piring anti pecah. Namun dari iklan itu, kita bisa membaca fenomena hubungan
kurang harmonis antara menantu (istri) dengan mertua (ibu) merupakan gejala
umum. Kasarnya kalau dianalogikan persis seperti film kartun Tom and Jerry.
Lalu bagaimana
agar hubungan menantu (istri) dan mertua (ibu) harmonis. Mari kita kembali
kepada ketentuan Tuhan. Sekuat apapun perkawinan dipertahankan, jika tanpa
ketaatan pada ketentuan Tuhan, semuanya akan berakhir berantakan, seperti yang
dialami anak perempuan ibu di atas.
Ketentuan
pertama yang paling mendasar dan tidak boleh tidak, harus ditaati adalah
ketaatan seorang anak kepada perintah Tuhan yaitu supaya berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya.
“Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya...”. (Al Israa:23)
Selama kita
hidup, kewajiban sebagai anak kepada orang tua tidak akan bisa dibatalkan, kecuali
kita dilahirkan dari batu. Kewajiban anak berbuat baik pada orang tua, sudah
jadi sunatullah (ketentuan Allah) yang tidak akan pernah bisa diubah.
Sekarang
bagaimana jika kita sudah berkeluarga? Apakah kewajiban berbakti kepada orang
tua masih berlaku? Tentu masih. Namun dalam sebuah keluarga terjadi lagi
hirarki, sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan Tuhan.
“Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita”,...
(An Nisaa:34)
Seorang
perempuan (istri) sudah ditentukan berkewajiban untuk taat kepada suami yang
dijadikan Allah sebagai pemimpin dalam keluarga. Dalam kehidupan keluarga, ketaatan
istri harus sudah seperti tidak terpisahkan lagi dengan suami. Dalam keluarga,
suami dan istri bukan lagi dua individu, melainkan satu kesatuan (manunggaling).
Ketentuan manunggaling istri dan suami dijelaskan dalam keterangan berikut:
“...mereka itu
(istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun (suami) adalah pakaian bagi
mereka...” (Al Baqarah:187)
Dengan
demikian dalam kehidupan keluarga, kewajiban berbakti kepada orang tua
sepenuhnya menjadi tanggung jawab suami, sebab kekuasaan tertinggi dalam rumah
tangga ada pada suami. Untuk itulah para ulama mewajibkan setiap laki-laki yang
sudah menikah untuk menafkahi kedua orang tuanya.
Lalu bagaimana
dengan orang tua dari istri? Siapa yang bertugas memeliharanya jika istri dalam
rumah tangga sudah diikat harus taat pada suami. Tugas memelihara orang tua
istri, sama-sama ada di pundak sang suami. Dalam rumah tangga, posisi suami
bukan lagi anak dari ibu bapak kandungnya, melainkan juga anak dari ibu bapak
istrinya, karena telah manunggalingnya istri dan suami.
Kedudukan
suami sebagai anak dari orang tua istrinya dan sebaliknya dijelaskan dalam sebuah keterangan “Ibu
mertua kedudukannya sebagai ibu”. (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Jadi, seorang
suami harus menjadi pemimpin dalam keluarga, untuk mengajak seluruh anggota
keluarga untuk hormat dan berbakti kepada orang tua, baik kepada orang tua kandungnya
maupun pada orang tua dari istri.
Untuk itu
seorang istri wajib tunduk pada ketetapan suami, bukan karena takut pada suami
tapi karena ketetapan yang ditentukan suami adalah bagian dari ketentuan Tuhan.
Untuk itulah ketaatan istri bukan ketaatan pada suami semata, tapi hakikatnya ketaatan
karena suami menegakkan ketentuan Tuhan.
Maka, jika
seorang istri kurang harmonis dengan ibu atau bapak dari suami, atau sebaliknya
suami kurang harmonis dengan ibu atau bapak dari istri, sampai kapan pun
cita-cita membina keluarga harmonis dan sejahtera akan sulit terwujud. Apa
sebab? Karena keluarga tersebut dibentuk diluar atau bertentangan dengan
ketentuan Tuhan.
Jadi, rahasia
sukses membina keluarga sejahtera utamanya adalah suami dan istri harus
memahami posisi masing-masing berdasarkan pada ketentuan Tuhan. Keharmonisan
dan kesejahteraan dalam membina keluarga sangat tergantung pada ketaatan kita terhadap
Tuhan. Berpikirlah wahai para suami dan istri. Hidup ini bukan hawa nafsu mu
yang mengatur, tapi berdasar ketentuan Tuhan. Salam sukses dengan logika Tuhan.
Follow me
@logika_Tuhan.
Wednesday, January 16, 2013
SUKSES LAKI-LAKI TERGANTUNG PEREMPUAN
Isu gender awalnya seperti membela kaum perempuan. Isu gender bertujuan membantu kaum perempuan “tertindas” dan meningkatkan peran perempuan dalam kehidupan masyarakat. Faktanya diberbagai belahan dunia, setiap masyarakat punya cara dan tradisi dalam mendudukan status perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Diberitakan banyak perempuan yang hidupnya tertindas tidak boleh mendapatkan pendidikan, menduduki posisi kelas dua, tidak punya kekuasaan, dan menjadi korban kekerasan di rumah tangga.
Kedudukan perempuan di masyarakat dipengaruhi oleh kebiasaan, budaya, dan agama. Di Indonesia, Ibu Kartini dianggap sebagai perempuan pemberontak terhadap tradisi masyarakat yang membatasi perempuan menjadi orang rumahan. Kartini dianggap sosok berjasa yang memperjuangkan kaum perempuan mendapatkan pendidikan sebagaimana kaum laki-laki. Sampai di sini kami (laki-laki) setuju.
Selanjutnya isu gender mulai menyesatkan kaum perempuan ketika muncul tuntutan hak kaum perempuan dengan laki-laki sama. Tuntutan ini persis seperti propaganda kaum komunis yang menuntut persamaan kelas. Kaum komunis merampok kekayaan orang-orang kaya dan membagi-bagikannya kepada kaum miskin dengan tujuan mewujudkan masyarakat tanpa kelas (sama rasa sama rata). Maka terjadilah konflik sosial antara kelas atas (kaya) dan kelompok bawah (miskin).
Apa jadinya? Kaum komunis berakhir dalam kehancuran, karena menentang kehendak Tuhan. Hidup harus memiliki perbedaan tingkatan. Tanpa perbedaan tingkatan dunia akan mengalami stagnasi dan kehancuran.
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain)... (Al Israa:21)
Sekarang tuntutan persamaan hak perempuan bukan hanya di pendidikan, tapi di pekerjaan, dan kekuasaan. Di keluarga, antara istri dan suami konflik karena sama-sama ingin memiliki kekuasaan. Karena merasa punya hak, istri tidak mau diatur suami, sudah pasti suami tidak mau diatur istri. Jadi siapa yang jadi pemimpin? Sedangkan dalam sebuah kelompok (keluarga) harus ada pemimpin. Banyangkan apa jadinya jika dalam sebuah kelompok, keluarga, lembaga, negara, tanpa ada pemimpin? Hancuuurrr....
Lalu karena pendidikannya tinggi, sekarang perempuan menuntut ingin bekerja keluar rumah seperti laki-laki. Katanya, “ingin jadi wanita karir”. Jadilah banyak perempuan bekerja di luar rumah karena ingin disebut wanita karir. Sementara menjadi ibu rumah tangga dianggap kerjaan orang rendahan dan diremehkan.
Karena perempuan dan laki-laki sama-sama mencari kerja, lapangan pekerjaan di luar rumah menjadi terbatas untuk laki-laki. Pencari kerja bertambah dua kali lipat karena perempuan ikut mencari kerja di luar rumah. Karena jumlah pencari kerja banyak, besaran gaji yang ditawarkan kepada laki-laki menurun tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, perempuan (istri) dan laki-laki (suami) menjadi harus sama-sama berada di luar rumah.
Lalu di rumah anak-anak sama siapa? Mereka tinggal sama pembantu dan baby sitter. Tugas menididik diserahkan kepada lembaga pendidikan. Fungsi pendidikan di keluarga tidak ada, karena ibu dan bapak sibuk di luar rumah. Sadarilah, isu gender sebenarnya telah berhasil mengacaukan sistem kehidupan keluarga, dan berdampak pada penurunan kualitas hidup di masyarakat dan negara.
Taatilah ketentuan dari Tuhan mu...ini ketentuan gender dari Tuhan.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), (An Nisaa:34).
Sadarilah dirimu adalah wanita. Dibesarkan oleh adat dan kodrat dari Tuhan mu. Kalian tidak bisa menunut sama seperti kaum laki-laki. Kodrat mu berhak mendapat pendidikan yang terbaik untuk mendidik anak-anak agar menjadi pemimpin-pemimpin besar dan ibu-ibu yang baik untuk generasi kemudian. Sedangkan kami (laki-laki) diperintahkan oleh Tuhan untuk mencari penghidupan di luar rumah agar bisa memuliakan dan mensejahterakan kalian (perempuan)....
Kami (laki-laki) akan berusaha sekuat tenaga tetap taat pada perintah Tuhan.
Kemudian jika mereka (wanita) menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. (An Nisaa:34)
Permasalahan kalian ada pada kami yang kurang taat pada Tuhan. Doakan lah kami (laki-laki), menjadi pemimpin-pemimpin adil. Kunci keberhasilan kami (laki-laki) ada pada diri kalian (perempuan). Jangan didik kami, jadi laki-laki pembangkang.
Dengan tuntutan persamaan hak, kami merasa kasihan, sekalipun kalian telah bekerja di luar rumah menjadi wanita karir, tetap saja kodrat memanggil kalian untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Itu harus kalian kerjakan saat pulang kerja di luar rumah. Dengan persamaan gender, pekerjaan kalian menjadi dua kali lipat (double job). Kalian harus hamil dan berkarir, menyusui dan berkarir, memasak dan berkarir, mencuci pakaian dan berkarir, mencuci piring dan berkarir, mendidik anak di rumah dan berkarir.
Sementara kodrat kami (laki-laki) adalah bekerja keras sekeras kerasnya di luar rumah dan istirahat di rumah. Mungkin kalian (perempuan) perlu lebih bijaksana atas tuntutan kalian. Mana yang kalian pilih, disejahterakan Tuhan atau mengikuti hawa nafsu mu? Surely...I love you. Percayalah kepada Tuhan mu, Dia tidak akan menyakitimu.
Yang akan menyakiti kalian (perempuan) adalah mereka yang kalian lahirkan dan kalian abaikan di rumah atas nama persamaan gender. Mohon ampun dan kembalilah kepada Tuhan mu. Salam sukses dengan logika Tuhan. Loving you...follow me @logika_Tuhan
Diberitakan banyak perempuan yang hidupnya tertindas tidak boleh mendapatkan pendidikan, menduduki posisi kelas dua, tidak punya kekuasaan, dan menjadi korban kekerasan di rumah tangga.
Kedudukan perempuan di masyarakat dipengaruhi oleh kebiasaan, budaya, dan agama. Di Indonesia, Ibu Kartini dianggap sebagai perempuan pemberontak terhadap tradisi masyarakat yang membatasi perempuan menjadi orang rumahan. Kartini dianggap sosok berjasa yang memperjuangkan kaum perempuan mendapatkan pendidikan sebagaimana kaum laki-laki. Sampai di sini kami (laki-laki) setuju.
Selanjutnya isu gender mulai menyesatkan kaum perempuan ketika muncul tuntutan hak kaum perempuan dengan laki-laki sama. Tuntutan ini persis seperti propaganda kaum komunis yang menuntut persamaan kelas. Kaum komunis merampok kekayaan orang-orang kaya dan membagi-bagikannya kepada kaum miskin dengan tujuan mewujudkan masyarakat tanpa kelas (sama rasa sama rata). Maka terjadilah konflik sosial antara kelas atas (kaya) dan kelompok bawah (miskin).
Apa jadinya? Kaum komunis berakhir dalam kehancuran, karena menentang kehendak Tuhan. Hidup harus memiliki perbedaan tingkatan. Tanpa perbedaan tingkatan dunia akan mengalami stagnasi dan kehancuran.
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain)... (Al Israa:21)
Sekarang tuntutan persamaan hak perempuan bukan hanya di pendidikan, tapi di pekerjaan, dan kekuasaan. Di keluarga, antara istri dan suami konflik karena sama-sama ingin memiliki kekuasaan. Karena merasa punya hak, istri tidak mau diatur suami, sudah pasti suami tidak mau diatur istri. Jadi siapa yang jadi pemimpin? Sedangkan dalam sebuah kelompok (keluarga) harus ada pemimpin. Banyangkan apa jadinya jika dalam sebuah kelompok, keluarga, lembaga, negara, tanpa ada pemimpin? Hancuuurrr....
Lalu karena pendidikannya tinggi, sekarang perempuan menuntut ingin bekerja keluar rumah seperti laki-laki. Katanya, “ingin jadi wanita karir”. Jadilah banyak perempuan bekerja di luar rumah karena ingin disebut wanita karir. Sementara menjadi ibu rumah tangga dianggap kerjaan orang rendahan dan diremehkan.
Karena perempuan dan laki-laki sama-sama mencari kerja, lapangan pekerjaan di luar rumah menjadi terbatas untuk laki-laki. Pencari kerja bertambah dua kali lipat karena perempuan ikut mencari kerja di luar rumah. Karena jumlah pencari kerja banyak, besaran gaji yang ditawarkan kepada laki-laki menurun tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, perempuan (istri) dan laki-laki (suami) menjadi harus sama-sama berada di luar rumah.
Lalu di rumah anak-anak sama siapa? Mereka tinggal sama pembantu dan baby sitter. Tugas menididik diserahkan kepada lembaga pendidikan. Fungsi pendidikan di keluarga tidak ada, karena ibu dan bapak sibuk di luar rumah. Sadarilah, isu gender sebenarnya telah berhasil mengacaukan sistem kehidupan keluarga, dan berdampak pada penurunan kualitas hidup di masyarakat dan negara.
Taatilah ketentuan dari Tuhan mu...ini ketentuan gender dari Tuhan.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), (An Nisaa:34).
Sadarilah dirimu adalah wanita. Dibesarkan oleh adat dan kodrat dari Tuhan mu. Kalian tidak bisa menunut sama seperti kaum laki-laki. Kodrat mu berhak mendapat pendidikan yang terbaik untuk mendidik anak-anak agar menjadi pemimpin-pemimpin besar dan ibu-ibu yang baik untuk generasi kemudian. Sedangkan kami (laki-laki) diperintahkan oleh Tuhan untuk mencari penghidupan di luar rumah agar bisa memuliakan dan mensejahterakan kalian (perempuan)....
Kami (laki-laki) akan berusaha sekuat tenaga tetap taat pada perintah Tuhan.
Kemudian jika mereka (wanita) menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. (An Nisaa:34)
Permasalahan kalian ada pada kami yang kurang taat pada Tuhan. Doakan lah kami (laki-laki), menjadi pemimpin-pemimpin adil. Kunci keberhasilan kami (laki-laki) ada pada diri kalian (perempuan). Jangan didik kami, jadi laki-laki pembangkang.
Dengan tuntutan persamaan hak, kami merasa kasihan, sekalipun kalian telah bekerja di luar rumah menjadi wanita karir, tetap saja kodrat memanggil kalian untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Itu harus kalian kerjakan saat pulang kerja di luar rumah. Dengan persamaan gender, pekerjaan kalian menjadi dua kali lipat (double job). Kalian harus hamil dan berkarir, menyusui dan berkarir, memasak dan berkarir, mencuci pakaian dan berkarir, mencuci piring dan berkarir, mendidik anak di rumah dan berkarir.
Sementara kodrat kami (laki-laki) adalah bekerja keras sekeras kerasnya di luar rumah dan istirahat di rumah. Mungkin kalian (perempuan) perlu lebih bijaksana atas tuntutan kalian. Mana yang kalian pilih, disejahterakan Tuhan atau mengikuti hawa nafsu mu? Surely...I love you. Percayalah kepada Tuhan mu, Dia tidak akan menyakitimu.
Yang akan menyakiti kalian (perempuan) adalah mereka yang kalian lahirkan dan kalian abaikan di rumah atas nama persamaan gender. Mohon ampun dan kembalilah kepada Tuhan mu. Salam sukses dengan logika Tuhan. Loving you...follow me @logika_Tuhan
EVOLUSI MENUJU SUKSES
Teori Evolusi dikemukakan oleh Charles Darwin. Keismpulan Beliau, manusia dan kera punya nenek moyang yang sama yaitu sejenis sel primata. Dalam jangka waktu jutaan tahun sel ini terus berevolusi ada yang menjadi kera dan manusia. Menurut Beliau, antara manusia dan kera memiliki cabang keturunan berbeda. Tapi tetap saja kalau diambil kesimpulan akhir, manusia dan kera punya nenek moyang yang sama yaitu sel primata (sejenis kera). Jadi manusia dan kera ada hubungan saudara, hehehe....
Saya tidak begitu percaya pada teori evolusi Darwin yang menghubung-hubungkan kera dengan manusia. Kata orang Sunda, “aya-aya wae kang Darwin mah...”. Tapi saya percaya dalam kehidupan ini ada evolusi, yaitu perubahan dalam bentuk tahapan yang berlangsung terus dalam jangka waktu lama. Tuhan pun mengisyaratkan keberadaan evolusi dalam kehidupan.
“...Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian”. (QS. Nuh:14)
Kesalahan Darwin dalam teori evolusi adalah terlalu yakin bahwa eksistensi manusia dimulai dari satu sel sejenis primata. Maklum, Darwin adalah orang materialis yang tidak percaya Tuhan, jadi dia memaksakan diri untuk menjawab dengan logika, dari mana asal usul munculnya manusia di muka bumi ini.
Maka dari itu dia manfaatkan teori evolusi dengan mengait-ngaitkan manusia dengan sel primata. Lalu dia gunakan bukti-bukti makhluk purbakala untuk menjelaskan bagaimana proses terjadinya evolusi tersebut. Kelihatannya sih, evolusi dari sel primata menjadi manusia seperti nyata, namun baru-baru ini diketahui teori evolusi yang mengaitkan manusia dengan sel primata penuh dengan rekayasa. Spekulasinya terlalu tinggi, sebagian besar hanya berdasarkan sangkaan dan mengundang kontroversi.
Namun demikian tidak berarti teori evolusi runtuh. Yang runtuh adalah teori evolusi yang mengaitkan penciptaan manusia dengan sel primata (kera), evolusinya sendiri (perubahan bertahap) adalah hukum dalam kehidupan. Semua ciptaan Tuhan akan mengalaminya.
Lihat saja bagaimana Tuhan menciptakan manusia dari mulai air mani yang dipancarkan sampai menjadi manusia dilahirkan. Mata pencaharian manusia mulai dari berburu, mengumpulkan makanan, bercocok tanam, sampai mengenal industri dan teknologi. Semua berjalan melalui proses evolusi.
Ditemukannya pesawat terbang tidak ujug-ujug jadi pesawat air bus seperti sekarang. Awalnya ada orang yang uji coba berlari-lari dengan menggunakan sayap ditangannya. Mobil diciptakan berkaitan dengan penemuan roda. Mengolah besi menjadi perkakas berkaitan dengan penemuan api.
Evolusi juga berlaku bagi mereka yang ingin hidup sukses dan sejahtera. Setiap orang pasti butuh proses (evolusi) untuk mewujudkan cita-citanya. Proses itu mulai dari 0,1,2,3,4,5.....
“sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan). (Al Insyiqaaq:19).
Yo kita berevolusi menuju hidup sejahtera mulai dari sedekah sekemampuan, 2,5 persen, 10 persen, barang dicintai, dan berkorban..... Yo kita berevolusi menuju hidup sejahtera dengan sholat wajib plus dhuha, dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat, delapan rakaat, 12 rakaat setiap hari, seminggu, sebulan, setahun dan selamannya... Evolusi menuju sejahtera butuh komitmen, ketekunan, kesabaran. Dan Tuhan pasti mengabulkannya...Insya Allah.
Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.
Saturday, January 12, 2013
SEHARUSNYA AGAMA ITU JADI CANDU
“Agama
adalah candu masyarakat”, begitu kata orang-orang Atheis. Pernyataan ini sangat
provokatif. Menyamakan agama dengan candu sama dengan merendahkan kedudukan
orang-orang beriman.
Tapi
apa alasan kelompok Atheis mengatakan agama adalah candu? Ketika itu mereka
melihat, orang-orang beriman yang taat pada ajaran agama hidup menjauhkan diri
dari kehidupan dunia. Waktu mereka habis untuk berdoa, berdzikir, sampai lupa
bekerja. Karena kebanyakan waktu berdoa, kelompok Atheis menilai orang-orang beriman
sebagai kelompok pemalas, anti perubahan, dan tidak mau berjuang keras untuk kepentingan
dunia. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan hidup kelompok Atheis yang
pada saat itu sangat menginginkansebuah perubahan dalam waktu cepat (revolusioner).
Karena
bertentangan dengan pandangan hidup kelompok Atheis, orang-orang beriman pada
saat itu disamakan dengan para pemakai candu. Para pemakai candu asyik menikmati
candunya sendiri (fly), dan tidak lagi peduli dengan kehidupan sekitar. Para
penikmat candu, selalu asyik menimati candunya, mereka menjadi pemalas, dan lebih
senang menikmati ekstasi kehidupan sebagai efek dari candunya.
Pandangan
kelompok Atheis sah-sah saja. Pandangan mereka terbatas dari apa yang mereka
lihat (materialis). Tapi sebagai umat beragama perlu juga instrospeksi diri. Jangan
sampai kita bertindak ekstrim, terlalu mengutamakan kehidupan akhirat,
terus-terusan shalat, berdoa, dzikir, dan mengasingkan diri dari kehidupan
dunia. Tuhan tidak mengajarkan demikian. Tuhan menganjurkan hidup seimbang.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi...”. (Al-Qashash : 77)
Perihal
agama sebagai candu, pandangan orang-orang Atheis tidak salah-salah amat. Menurut
pandangan saya, sudah seharusnya agama itu menjadi candu, dalam arti yang
menyebabkan manusia ketergantungan pada Tuhan. Tidak ada yang patut disembah
dan tempat kita bergantung kecuali Tuhan. Perhatikan bunyi ayat di bawah ini,
“Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu”. (Al Ikhlash:1-2)
Maka
siapakah manusia-manusia yang dikehendaki Tuhan di dunia ini? Dialah yang hidupnya
ketergantungan (kecanduan) pada Tuhan. Mereka yang kecanduan Tuhan, sepenuhnya
menggantungkan diri pada kehendak Tuhan.
Mereka
yang tergantung pada Tuhan tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Mereka bekerja keras untuk urusan dunia seperti akan hidup selamanya, dan
bersungguh-sungguh untuk urusan akhirat seolah-olah akan mati besok. Hidup mereka
seimbang, mencari kehidupan akhirat tanpa melupakan dunia.
Jadi
sudah seharusnya agama menjadi candu, dalam arti membuat manusia selalu tergantung pada
Tuhan. Kalau agama belum jadi candu (membuat diri Anda tergantung pada Tuhan),
justru Anda belum beragama dengan baik. Wallahu ‘alam.
Friday, January 11, 2013
RUMUS MENOLAK SANTET
oleh: Muhammad Plato
Tiga belas tahun saya hidup di
daerah selatan Jawa Barat. Terus terang awalnya miris, karena wilayah selatan
Jawa Barat dikenal dengan dunia mistisnya. Cerita-cerita mistis diberitakan
dari mulut ke mulut membuat hati kecut. Karena banyak diceritakan dan dibenarkan
orang-orang, cerita-cerita mistis itu seperti kenyataan.
Masih membekas dalam ingatan,
ketika saya pertama kali datang ke wilayah selatan Jawa Barat, di sana sedang
terjadi isu pembunuhan dukun santet. Mereka yang diisukan dukun santet diarak
dan diusir warga, bahkan sampai menjadi korban penganiayaan. Suasana sangat
mencekam, seperti hidup di zaman jahiliyah saja.
Benarkah santet itu ada? Saya
percaya tapi tidak yakin. Kenapa percaya? Karena Tuhan menciptakan yang ghaib
dan yang nyata. Kenapa tidak yakin? Hal-hal seperti itu tidak perlu kita ladeni
sampai mempengaruhi perbuatan atau tindak-tanduk kita. Hal ghaib yang perlu
kita percayai dan kita yakini harus punya dasar yang jelas, dan bersumber langsung
dari Tuhan melalui kitab suci. Hal-hal ghaib yang berdasarkan pada cerita
masyarakat dari mulut ke mulut, tidak memiliki kebenaran yang meyakinkan, dan hal
itu termasuk pada kategori prasangka. Sedangkan sebagian besar prasangka adalah
salah.
Lalu perlukah kita takut
disantet? Tidak perlu. Ini perintah dari Tuhan agar kita jangan takut santet.
Bacalah ini kepastian (hukum) dari Tuhan mu yang tidak akan mengalami perubahan
sejak zaman Nabi Adam as.
“...Rencana yang jahat itu tidak
akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri...” (QS. Faathir:43)
Mengapa rencana jahat akan
kembali pada perencananya? Dalam hidup manusia berlaku gravitasi, seperti yang
terjadi pada bumi. Benda-benda yang dilempar ke atas akan jatuh kembali ke bumi
karena ada gaya tarik (gravitasi) bumi.
Apa manusia punya gaya tarik
(gravitasi) seperti bumi? Tanya saja guru Fisika, setiap benda yang ber massa
pasti punya gaya tarik (gravitasi), termasuk manusia. Apa ada keterangannya
dalam wahyu Tuhan? Ini bacalah atas nama Tuhan mu...
“Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka
kejahatan itu bagi dirimu sendiri,... (QS. Al Israa:7).
Dari dua firman Tuhan di atas
jelas sekali. Kalau ada manusia merencanakan jahat kepada orang lain, sudah pasti kejahatan
itu akan kembali kepada perencananya. Mengapa? Karena manusia bertanggung jawab
sendiri-sendiri atas apa yang dilakukannya. Itulah ketetapan pasti dari Tuhan mu.
Masih takut disantet? Tidak
layau..........
Jadi
apa rumusnya supaya tidak terkena santet atau rencana jahat orang lain?
Bismillah...berbuat baiklah selalu dalam hidup Anda (banyakin sedekah), maka
yang akan anda dapatkan adalah kebaikan, keberkahan bukan santet (rencana
jahat) orang lain. Kata Gus Dur (Alm), “Gitu aja repot....”. Salam sukses dengan
logika Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)