Oleh: Muhammad Plato
Menurut dasar teori ekonomi pasar, terciptanya harga terjadi karena banyaknya permintaan dan sedikitnya penawaran maka harga turun. Sebaliknya sedikitnya permintaan dan banyaknya penawaran, maka harga turun. Ini adalah konsep dasar dari terciptanya turun naik harga.
Naik dan turunnya permintaan dan penawaran disebabkan apa? Hal inilah yang dapat diolah dan dimainkan oleh manusia. Harga pasar bisa dikendalikan sesuai dengan keinginan. Orang yang bisa mengendalikan harga pasar syaratnya punya kekuatan modal besar, atau persekutuan dari orang-orang yang punya modal besar.
Sebuah harga saham bisa dikunci pada harga tertentu, kemudian harga bisa dipompa naik dengan berbagai isu dan kebijakan, kemudian setelah mengalami kenaikan signifikan, pemilik modal akan menjual saham di hargai tertinggi, dan akan terjadi kepanikan karena harga melorot turun. Begitulah strategi pengendalian harga oleh pemilik modal besar.
Dalam kehidupan sehari-hari harga pasar dipengaruhi dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal diawali dari kebutuhan, emosi, dan fantasi. Harga pasar bisa meningkat karena meningkatnya kebutuhan dasar masyarakat seperti makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Meningkatnya kebutuhan dasar bisa terjadi karena jumlah penduduk bertambah, dan prilaku hidup berubah.
Meningkatnya kebutuhan bisa juga diciptakan dengan memengaruhi emosi masyarakat. Untuk mengendalikan emosi masyarakat biasanya menggunakan iklan. Jadi iklan bukan hanya memperkenalkan produk, tetapi didalamnya mengandung unsur-unsur untuk mengendalikan emosi seseorang. Emosi yang diciptakan bisa rasa takut, benci, fanastisme, khawatir, tergesa-gesa, dan kesenangan.
Ketakutan dan kesenangan adalah emosi manusia yang bisa dengan cepat merubah harga. Pandemi Covid-19 adalah cara cepat meningkatkankan harga pasar. Pandemi Covid-19 merupakan contoh bagaimana cepatnya masyarakat mengenalkan zoom sebagai media komunikasi untuk memfasilitasi kegiatan belajar, rapat, dan bekerja dari jarak jauh. Ketakutan yang diakibatkan pandemi Covid-19 telah berhasil dengan cepat mengubah mindset masyarakat untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam berbagai bidang.
Para pelaku ekonomi dapat menggunakan agama untuk menciptakan pasar. Isu terorisme berbasis agama dapat menciptakan pasar. Senjata, radar, alat pendeteksi bom, sistem keamanan, bisa jadi komoditas yang ditawarkan pada isu terorisme. Ketika isu terorisme sudah jenuh, maka para pengendali pasar akan menciptakan isu-isu baru yang bisa memunculkan ketakutan.
Isu-isu penting di dunia sekarang bisa diketahui dengan bantuan big data, yang dikumpulkan dari data prilaku manusia di internet. Pemilik big data adalah pemilik teknologi informasi. Isu akan diolah dan diterapan dalam berbagai aspek kehidupan untuk menciptakan pasar-pasar baru.
Agar hidup kita tidak dikendalikan pasar, dimanapun kita berada, diwilayah apapun, kita harus belajar terus menendalikan emosi. Seperti di pasar saham, banyak orang bangkrut uangnya habis karena tidak bisa mengendalikan emosi. Alat pengendali emosi adalah melatih kompetensi sabar. Kompetensi sabar bisa dilatih dengan mengendalikan hasrat pada kehidupan dunia.
Sikap tergesa-gesa ditandai sebagai prilaku yang cenderung merugikan. Kompetensi sabar juga harus didukung oleh kemampuan literasi tinggi, dan kemampuan berpikir logis untuk mengendalikan segala keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan logis berdasarkan pembendaharaan pengetahuan. Sebagaimana kita saksikan, kualitas kesabaran manusia sangat berkaitan dengan keluasan dan kedalaman kelimuan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi keluasan dan kedalaman keilmuan seseorang semakin teruji kualitas kesabarannya.
Jadi dapat dipastikan bahwa manusia-manusia dengan pengetahuan sempit, dan dangkal hidupnya sangat mudah dikendalikan oleh pasar. Untuk itu teori-teori pemasaran saat ini dikembangkan dengan pendalaman ilmu psikologi dan emosi manusia dilihat dari budaya, pola pikir, dan usia. Pengajaran budaya baca di sekolah-sekolah untuk wilayah Asia perlu terus ditingkatkan, agar kelak bisa berkontribusi menjadi pengendali dan penyeimbang pasar.***